Pergelangan kakinya terkilir saat dikejar - kejar laba - laba raksasa yang baunya amit - amit. Dia lari sambil terpincang - pincang berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan rasa sakit yang berdenyut - denyut pada saraf nya. Apollo yang berada di belakangnya melirik cemas pada Abrielle. Abrielle secara teknis tidak takut dengan laba - laba, tetapi Arachne terlalu menjijikan. Arachne meraung gila - gilaan saat Apollo sekali lagi menembakkan panah ke kaki Arachne. Apollo bisa saja menghanguskan Arachne dengan memperlihatkan wujud sejatinya. Akan tetapi di tempat gelap dan terbatas ini, bukan hanya mematikan Arachne tetapi juga menghanguskan Abrielle dan saudara - saudaranya. Apollo tidak perlu menjadi dewa pengobatan untuk tahu bahwa akibatnya akan fatal. Trisula Abrielle masih tertancap di perut Arachne yang tampaknya tidak bisa dikeluarkan tanpa merobek isi perut Arachne. Abrielle harus mencari cara lain. Dia mencari air di sekitarnya, di dinding - dinding yang melapisi gorong - gorong ini. Memang ada air yang menggenang di bawah mereka, akan tetapi airnya bahkan tidak mencapai mata kaki.
Tiba - tiba, kepala Abrielle serasa ditimpa besi panas. Dia menemukan saluran air bertekanan tinggi di dinding sebelah kanan. Dia mengangkat tangan dan menyembur lah air itu. Pipa - pipa berhamburan keluar sementara tembok hancur berkeping - keping memuntahkan air yang berlimpah yang Abrielle kendalikan untuk menjadi dinding untuk menahan Arachne sementara. Apollo memandang Abrielle takjub, akan tetapi Abrielle belum bisa berdiam diri, mengagumi senyum ulas Apollo yang sangat manis itu. Dia menyerang ke balik tembok dinding dan mengesot dengan punggung di bawah perut Arachne yang ada gambar jam pasir warna merah, untuk merebut trisula nya kembali. Dia menariknya dan keluar dari bawah perut ke belakang Arachne. Arachne serta - merta menyadari Abrielle yang sudah melompat ke atas punggung Arachne. Ini mah kecil, laba - laba merangkap menjadi banteng rodeo. Abrielle pernah mengendari banteng Colchis dan itu jauh lebih parah daripada laba - laba ini. Walaupun kakinya terkilir, pikirnya. Dia terus berlari menusuk sana - sini selama dia bisa. Dia mencapai kepalanya yang menjijikan dan menusuk kepalanya dengan trisula miliknya sampai menembus tenggorokkan Arachne. Tubuh laba - laba itu menggelepar dan jatuh terguling.
Abrielle berguling melompat dan jatuh di atas kakinya yang tidak sakit. Abrielle menyaksikan dengan puas saat kaki - kaki Arachne menekuk dan dia meledak menjadi debu keemasan. Serbuk - serbuk itu hanyut di air yang menggenang. Abrielle mengangkat tangan untuk mengarahkan air itu agar cepat - cepat lewat saluran air menuju gorong - gorong lain. Tubuh Abrielle kotor, tapi tidak basah, rambutnya berhiaskan bubuk emas Arachne, dia pasti kelihatan habis mandi dengan glitter. Dia menoleh ke belakang, dinding air sudah menghilang. Di baliknya berdirilah Tyson, Percy dan Apollo. Abrielle berjalan ke arah mereka tetapi langsung berjengit saat menapak dengan kaki yang salah. Abrielle ambruk sambil meringis. Apollo lari dan menaruh tangan di atas kaki Abrielle dan berkomat - kamit dalam bahasa Yunani. Rasa hangat menjalari tungkai kaki Abrielle dan sekejap dia tidak lagi merasakan sakit. Abrielle berdiri kembali sambil merasakan semangat yang menggebu - gebu dalam dirinya. Jika harus melawan Nyx ya sudah. Abrielle kan sudah sering menantang maut, kalau memang terjadi dalam beberapa hari ke depan, ya sudah, dia tidak peduli.
Sebuah lubang seperti lubang saluran di Times square di New York menganga di jarak beberapa kaki dari mereka. Lubang itu menghantarkan perasaan yang sama sekali tidak membuat perasaan nyaman.
"Itu dia." ucap Percy pelan. Disini, hanya Percy lah yang pernah masuk ke dalam Labirin. Hawa yang menguar dari dalam Labirin sangat jahat, tidak manusiawi. Tapi sekarang, setidaknya, Abrielle mengetahui bahwa Ayahnya tidak diculik. Ayahnya aman, sedang memulihkan diri, di Pasifik. Sekarang mereka hanya harus menantang Nyx dan membunuhnya, walaupun membunuh dewi elementer terdengar mustahil tapi mereka pasti bisa. Nyx akan meratakan kedua Perkemahan dengan tanah, jadi bangsa Yunani dan Romawi menaruh harapan pada mereka, yang seluruhnya adalah bangsa Yunani. Abrielle punya rumah, dan dia harus mempertahankan rumahnya. Abrielle punya firasat, kalau mereka tidak berhasil, bangsa Romawi tidak akan segan - segan menyerang bangsa Yunani. Itu, kalau, kedua Perkemahan masih utuh. Apollo merangsek maju dan melompat langsung ke bawah. Tubuh Apollo berpendar sangat terang sampai - sampai Abrielle harus mendorong keinginan hati untuk meminjam kacamata hitam Apollo. Apollo mengacungkan jempol ke atas, tanda bahwa di bawah aman, yah, setidaknya seaman yang bisa di sebuah labirin penyihir jahat.
Abrielle lompat dengan mantap ke bawah dan mendarat di kedua kakinya, dengan segera ia menyingkir dari bawah lubang karena tidak mau digencet oleh Tyson. Tyson jatuh berdebum, debu beterbangan kemana - mana membuat Abrielle bersin. Gema suara nya memantul ke lorong di belakangnya sampai jauh sekali. Semuanya menengok ke arah terowongan itu, menunggu - nunggu monster yang akan keluar dari situ. Biasanya seorang demigod dari salah satu dewa tertua saja baunya sudah dapat dicium oleh monster 10 mil jauhnya. Sekarang ada 3 anak dewa tertua dan satu dewa asli yang akan berjalan - jalan di Labirin. Seharusnya, semua monster yang ada di Labirin ini sudah meraung senang sekarang karena ada mangsa baru yang akan mereka santap. Percy menganggukkan kepala ke arah terowongan di depan mereka, Riptide Percy siaga, trisula Abrielle sudah siap, Apollo sudah memasang sebuah anak panah berwarna emas dan pentungan Tyson tampak mematikan. Mereka berjalan sejauh 3 meter ketika ada sebuah bayangan hitam lwat di atas mereka. Labirin adalah tempat yang gelap, akan tetapi bayangan itu bahkan lebih gelap lagi. Bayangan itu melesat lagi akan tetapi Percy menebasnya dan jatuhlah seekor burung gagak. Tapi itu bukan burung gagak biasa. Burung itu hitam seperti kebanyakkan gagak lainnya, akan tetapi burung ini terbuat sepenuhnya dari asap.
Tiba - tiba sebuah suara muncul, sepertinya berasal dari dinding - dinding yang mengapit mereka. Tawa itu dingin, menusuk tulang, menggetarkan semangat Abrielle. Sebuah bayangan setinggi 3 meter muncul di hadapan mereka. Wajahnya tampan, setara dengan Apollo, tetapi tidak manusiawi. Dia tersenyum seolah - olah penderitaan adalah makanannya sehari - hari.
"Wah lihat! Ibuku bilang aku bisa membunuh seorang dewa dan lihat! Ada Apollo, seorang dewa narsis! Ada 3 anak Poseidon pula. Sungguh kejutan hebat! Nah sekarang-"
"Dasar dewa kelas dua kurang ajar!" raung Apollo. "Berani - beraninya kau mengahalangi jalan kami! Minggir!"
"Oh Apollo, apa yang akan dilakukan Zeus ketika dia tahu bahwa seorang dewa menyertakan diri dalam misi demigod?"
Abrielle maju ke depan dan berkata, "Dan siapakah kau ini?" dengan tegas dan jelas.
"Wah, perkenalkan, aku putra Nyx, Algea, dewa rasa sakit dan penderitaan, dan aku akan menuainya dari kalian!"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Night
FanfictionApa yang akan terjadi jika sang Malam, Ibu dari segala macam kegelapan dan kekejaman ikut turun tangan dalam misi untuk menggagalkan Abrielle untuk menyelamatkan dunia?