Abrielle memanjat ke atas dan mengeluarkan trisula nya. Dia baru tahu saat trisula miliknya dilempar ke atas, itu bisa berubah menjadi pedang. Setelah membunuh Algea tadi, Abrielle menjadi lebih percaya diri. Dia tersenyum puas seperti orang gila. Dia mencari - cari di pojok gorong - gorong dan menemukan sebuah papan triplek yang kering. Dia merobek kaos hijau perkemahan Yunani dan mengikatkannya di masing - masing ujung papan.
Tiba - tiba radar internal Abrielle meraung gila - gilaan. Ada sesuatu dibelakangnya. Sontak tangan Abrielle mengambil trisula dan menebas ke belakang dan langsung memutar badan. Seekor Empousa, manusia vampir, mati menggelepar - gelepar terkena sabetan perunggu langit. Abrielle menghampiri bangkai itu, dia menginjakkan kaki di kepala Empousa dan menarik keluar trisulanya itu. Darah hitam lengket menempel pada ketiga ujung bilah pisau pada trisulanya yang Abrielle usap di celananya. Dia melangkah ke arah lubang tadi sambil membawa papan tersebut. Serbuk - serbuk kayu menancap pada tangan Abrielle tapi Abrielle tidak peduli. Dia melompat ke bawah dengan mantap dan berjalan menuju tempat tadi dia meninggalkan Percy dan Tyson tapi dia mendapati tidak ada orang disitu. Dia melihat kesana kemari.
"Percy!" teriak Abrielle. Suaranya menggema ke segala lorong. Sekarang, mungkin, segala makhluk yang ada di Labirin ini dapat mendengarnya. Akan tetapi itu tidak masalah asalkan Percy bisa mendengarnya. Sebuah suara meraung dari lorong di depannya. Dia sekarang ada di pertigaan yang asing, dia baru menyadari bahwa lorong ini berbeda dengan yang tadi dia tempati bersama Percy dan Tyson. Dia akhirnya memutuskan untuk menuju ke lorong yang berada di sebelah kanannya. Dia berlari ditemani dengan trisula miliknya.
Saat dia sedang keasikkan berlari, dia terjerembap dan dagunya membentur batu. Dia meringis kesakitan, tulang rahangnya patah, Abrielle megap - megap kesakitan. Dia menoleh ke arah kakinya dan mendapati bahwa dia telah menginjak lumpur hisap yang panasnya minta ampun. Abrielle bisa merasakan kulit kakinya mengelupas perlahan - lahan. Dia terbenam semakin cepat padahal dia tidak bergerak sama sekali. Dia menancapkan trisulanya dengan kencang di batu sebelahnya dan dia menggunakannya sebagai tumpuan untuk menarik dirinya sendiri ke atas. Dia memegang trisulanya dengan gemetaran dan menarik dirinya sekuat tenaga agar bisa keluar. Bulir - bulir keringat menetes dari pelipis wajahnya. Saking kerasnya, bahu Abrielle berbunyi kletek. Tamat sudah, bahu kanan Abrielle terkilir. Dia mencoba menggapai trisulanya dengan tangan kiri akan tetapi hanya jari tengah yang dapat menyentuhnya. Tunggu, dia kan punya sambungan telepati dengan Percy. Tapi, walaupun begitu, bagaimana Percy akan menemukannya? Tapi dia harus mencoba, dia tidak akan mati karena tulang rahang patah, setengah badan teggelam dalam lumpur melepuh dan bahu yang terkilir.
Percy!
Tidak ada jawaban.
Percy!
Masih tidak ada. Selesai sudah.
Iya!!! Ab!!! Kau dimana?
Abrielle senang bukan main.
Iya, aku- aku tidak tahu ada dimana, kau ada dimana?
Tadi aku jatuh dan sekarang gelap, tetapi banyak perhiasan emas, seperti koleksi Midas.
Maafkan aku
Kenapa? Ada apa Ab?
Aku-
Setelah itu Abrielle tidak bisa menghirup udara segar lagi. Kelopak matanya menjadi perih karena panasnya lumpur yang menghisap dirinya. Abrielle baru tahu begini rasanya tenggelam, karena sebagai putri Poseidon, jangankan tenggelam, bajunya bahkan tidak pernah basah saat dia masuk ke dalam air. Setelah dia lelah menahan nafas, dia akhirnya tidak tahan lagi. Dia merasakan lumpur melepuh itu mengisi paru - parunya dengan cepat. Dia merasakan dirinya semakin ke dalam saat ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan menariknya ke atas dengan kuat sampai - sampai Abrielle pun tersentak. Abrielle didudukkan bersender pada sebuah dinding batu. Dia terbatuk - batuk dan tersengal - sengal saat paru - parunya berusaha mendapatkan udara yang bersih. Dia melihat tangannya memerah mengelupas sehingga dagingnya sudah hampir muncul di permukaan. Kaos hijau legiun robek - robek, sepatu Abrielle hilang entah kemana, celana jeans nya berubah warna dari biru terang menjadi hitam. Tapi Abrielle bersyukur dia tidak mati, dia belum siap, tidak sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Night
FanfictionApa yang akan terjadi jika sang Malam, Ibu dari segala macam kegelapan dan kekejaman ikut turun tangan dalam misi untuk menggagalkan Abrielle untuk menyelamatkan dunia?