Dia menabrak tanah padat dengan muka terlebih dahulu. Hidungnya nyeri sekali, seperti diinjak - injak oleh gajah tempur Romawi. Dia langsung berbalik badan dengan punggung menghadap batu sebagai lantainya. Dia meraih untuk memegang hidungnya dan merasakan benjolan tak wajar di tulang hidungnya serta darang lengket yang mengalir dari lubang hidungnya. Dia merobek kaosnya untuk menyerap darah yang mengalir. Dia melihat lurus dan tidak melihat tanda - tanda tempat lorong tadi dia jatuh. Dia lalu melihat ke sekeliling nya. Gelap. Dia meraih ke sakunya dan merasakan sebuah pulpen tersimpan dengan aman di dalamnya. Dia mengeluarkan pulpen itu dan mencabut tutupnya, seketika memanjanglah pulpen tersebut menjadi pedang 60 cm mematikan dari perunggu langit. Di sekelilingnya terdapat gelas piala, vas bunga, piring dan banyak barang lainnya yang terbuat dari emas. Mirip seperti koleksi Midas. Dan setahu Percy, sebutir informasi dari Jason adalah Midas bukanlah orang yang baik hati dan penolong. Dia segera berdiri dan mengitari ruangan itu. Di dinding sebelah kanannya, sekitar 2 meter di atas tanah, ada sebuah lubang yang bisa dilewati Percy hanya dengan merangkak. Secara tiba - tiba, suara Abrielle memanggil - manggil dalam tempurung kepalanya dan mengatakan bahwa adiknya dalam bahaya. Mengapa pula Abrielle meminta maaf kepadanya? Rasa khawatir menyeliputi kepala Percy, dia harus cepat - cepat pergi dari sini.
Tiba - tiba ada suara sesuatu copot. Dia berbalik dan melihat, ditemani oleh cahaya remang - remang dari pedang perunggu langit miliknya, seseorang dengan bilur - bilur kehijauan, pembulu darah yang timbul di kulitnya, hidung yang sudah tidak ada, matanya mengkerut, membebaskan diri dari akar di tembok yang sepertinya adalah urat - urat dari tubuhnya sendiri. Makhluk itu mengeluarkan suara yang sangat tidak manusiawi. Makhluk itu mengeluarkan suara geraman yang sangat memekakkan. Dia tahu bahwa pergi diam - diam adalah rencana paling baik saat itu. Percy mundur pelan - pelan sambil meraba tembok di belakangnya untuk berjaga - jaga supaya tidak menabrak. Akan tetapi, belum sampai satu meter dekat lubang itu dan makhluk itu menoleh ke arah Percy sambil menyeringai, yah dia tidak yakin sih karena kulit di sekitar rahanya sudah hampir menghilang seluruhnya. Percy menyiagakan Riptide. Makhluk itu berjalan sempoyongan ke arah Percy dan mungkin akan sampai kepadanya dalam waktu 10 detik. Saat - saat 5 detik terakhir, makhluk itu melompat ke arah Percy dan dengan reflek, dia menebaskan Riptide ke atas, ke arah makhluk itu sambil menutup mata, Percy tidak sanggup melihat makhluk itu, terlalu menjijikan. Sepertinya setelah ini, Percy harus menonton operasi infeksi saluran kencing untuk Gorilla agar bisa melupakan sosok itu.
Akan tetapi Percy hanya mendengar tebasan pedang di udara kosong yang artinya tidak mengenai makhluk itu. Malah Percy merasa sebuah gigitan ditanamkan di pundak kirinya. Dia tidak tahan sehingga membuka mata. Sebuah luka dengan bekas gigi - gigi merekah di pundak kirinya, dengan darah yang mengalir deras. Luka itu terasa panas dan membakar. Percy terinfeksi, dia yakin 100%. Dia menebaskan Riptide ke arah kepala makhluk itu dan pedang nya hanya menembus tanpa melukai makhluk itu sama sekali. Yang seperti ini sangat menurunkan semangat Percy. Dia tidak pernah mendengar tentang makhluk ini sebelumnya, walaupun dia pacaran dengan cewek terpintar satu perkemahan. Percy menginjak suatu mahkota yang terbuat dari emas dan melemparkan benda itu ke makhluk yang semakin dekat dengannya. Suara desisan timbul ketika mahkota tersebut mengenai perut makhlul itu, yah Percy memutuskan untuk memanggilnya si Jelek saja. Sebuah luka bakar hitam sekarang menghiasi perut jelek milik si Jelek. Wajah si Jelek menjadi semakin jelek ketika dia menggeram marah kepada Percy atas hadiah Percy yang berupa luka bakar. Dia memungut sebuah keping emas, denarius, dan melemparkannya ke arah kepala makhluk itu dan mendesis lagi. Dia berusaha mencari pedang emas ke seluruh ruangan selagi si Jelek menikmati luka bakar di kepalanya. Tidak ada pedang. Dia melihat di sudut ruangam ada sebuah rantai dari emas, dan Percy memikirkan sebuah ide tercerdas yang pernah keluar dari Otak Ganggangnya. Dia berlari ke arah rantai itu dan dengan sigap melilitkan rantai tersebut ke bilah pedangnya. Dia mengangkat pedangnya yang lebih berat 15kg. Dia meneriakkan pekik perang dengan lantang walaupun kerongkongannya terasa kering sekali. Dia menebas makhluk itu diarah pinggang dan terbelah lah makhluk itu. Dari darahnya yang mengalir, keluarlah kecoak - kecoak hitam yang lumayan besar. Dia tahu itu adalah tanda dia harus pergi sekarang juga.
Dia memanjat lubang itu dan merayap keluar. Saat tiba di ujung lubang dia melihat ke bawah untuk memeriksa apakah lantainya benar - benar ada atau tidak, dia tidak akan mengulangi kesalahan dua kali. Dia bisa melihat ada lantai batu di bawahnya dan dia langsung melompat ke bawah dengan mantap. Tanpa memikirkan harus kemana, dia berlari ke arah kanan, karena itu merupakan ide yang paling benar (kanan = right). Dia berlari - lari kecil sambil ditemani pedang kesayangannya saat tiba - tiba bekas gigitan si Jelek membuat tulang Percy ngilu. Dia jatuh berlutut dan melihat luka gigitan si Jelek menghitam dan mengeluarkan buih - buih panas. Air mata mengalir dari mata kanan Percy, karena tidak bisa menahan sakit di pundaknya. Dia tidak boleh lemah seperti ini. Dia sudah mengalahkan banyak sekali musuh dan dia tidak akan kalah dengan hanya satu bekas gigitan, yah walaupun dari makhluk yang tidak jelas asalnya. Dia terus berlari sambil mencengkram pundaknya untuk mengurangi rasa sakitnya. Dia tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Abrielle dan Tyson, mereka adalah satu keluarga, harus melindungi satu sama lain. Dengan pemikiran yang menyemangati itu, dia menambah kecepatan larinya dan memasuki kegelapan yang lebih pekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night
FanfictionApa yang akan terjadi jika sang Malam, Ibu dari segala macam kegelapan dan kekejaman ikut turun tangan dalam misi untuk menggagalkan Abrielle untuk menyelamatkan dunia?