III. Reyna

1.4K 117 6
                                    

Sekalian saja suruh Reyna memakai sepatu badut dalam medan tempur, itu pun akan lebih tidak memalukan daripada ditodong dengan pisau di bawah leher oleh Abrielle Hiddleston. Reyna sudah mendengar tentang kehebatan Putri Poseidon itu, bahkan Reyna sudah dikalahkan dalam duel oleh Abrielle, tapi Reyna tidak menyangka dia akan sejago itu. Reyna bahkan tidak sempat meraih gagang gladius nya. Itu sangat memalukan sambil disaksikan oleh banyak orang. Tetapi Reyna menghargai itu, Reyna menghargai bahwa Abrielle menjunjung tinggi nama Ayahnya dan kebudayaan Yunani. Reyna, sebagai putri dewi perang ketentaraan Romawi, Bellona, tahu sikap seperti itu. Reyna hampir menanyakan pada Abrielle apakah dia yakin dia bukan seorang perwira Romawi. Rapat dewan perang seharusnya tidak seperti itu. Di Perkemahan Jupiter, namanya Rapat Majelis Perang yang diadakan di via principia dalam garis Pomerian, biasa disebut juga gedung senat. Dan yang jelas, mereka menggunakan toga dan bersikap formal, tidak mengelilingi meja ping pong. Bangsa Yunani lebih santai, tidak terlalu sarat aturan dan jelas, berisan tempur mereka acak - acakan, tidak seperti barisan legiun. Mungkin itulah yang membuat Jason betah disini.

Ya, Reyna memendam rasa untuk mantan koleganya itu. Mereka selalu bekerja berdampingan sedangkan Jason? Yah Jason penuh karisma, tidak salah jika Reyna menaruh hati padanya. Mereka dekat, tetapi tiba - tiba Jason menghilang dan Reyna terpaksa bekerja sendirian. Jason juga tidak pernah menolak Reyna, sehingga seolah - olah, Jason memberikan harapan bahwa mereka memang bisa bersama. Kemudian ada Percy Jackson, sebagai pengganti Jason Grace. Percy naik ke tampuk kekuasaan hanya dalam waktu seminggu dan memerintah bersama Reyna. Tidak sampai 2 hari putra Poseidon itu memerintah, datanglah trireme Yunani dan Jason ada bersama mereka. Jason sudah membawa pacar baru, putri Venu- Aphrodite sedangkan pacar Percy juga ada untuk menjemput Percy pulang. Otomatis Reyna kembali dibebankan untuk memimpin Roma sendirian, sementara Octavian sangat ingin menjabat sebagai Praetor. Untung Octavian sudah tidak ada, karena kalau dia ada disini, mungkin kepalanya sudah akan meledak karena kita melakukan kegiatan ramah tamah antar dua perkemahan.

Sekarang, Reyna berada di lapangan panjat Perkemahan Blasteran. Dia sedang duduk disitu hanya mengenakan kaos ungu Perkemahan Jupiter dan celana jeans. Dia sedemikian larut dalam pemikirannya sehingga tidak menyadari bahawa Putri Poseidon menuju ke arahnya. Reyna serta merta berdiri. Abrielle lebih tinggi beberapa inci dari Reyna.

"Praetor?" tanya Abrielle. Mau apa dia kemari?

"Ya?" jawab Reyna santai.

"Aku ingin minta maaf atas tindakan ku tadi sewaktu rapat, itu sangat tidak pantas." ucap Abrielle. Kemudian Reyna tertawa, tawa Reyna disambut dengan kebingungan Abrielle.

"Maaf? Buat apa kau minta maaf? Ingat, aku ini perwira Romawi, kami menjunjung tinggi Roma. Selain itu, aku adalah putri Bellona, dewi perang. Tidak ada yang salah dengan tindakan mu." jawab Reyna sambil tertawa geli. Mungkin putri Poseidon ini tidak terlalu menyebalkan.

"Oke, jadi tidak apa?" tanya Abrielle, ada nada tidak enak dalam suaranya.

"Tentu dan tak usah tak enak hati pada ku." jawab Reyna sambil tersenyum. Abrielle mengangguk. Abrielle jelas lebih muda daripada Reyna, akan tetapi Annabeth telah memberi tahu Reyna bahwa Abrielle mendirikan legiun di Yunani Selatan. Legiun XII, sama dengan legiun yang Reyna pimpin bersama Frank Zhang sekarang. Melindugi sebegitu banyak demigod di Mare Nostrum? Reyna bahkan ragu dia bisa melakukan itu. Umur Abrielle bukan berarti dia tidak berpengalaman, Abrielle merupakan orang yang mesti diwaspadai. Orang yang bisa akur dengan Annabeth, pasti bisa akur dengan Reyna.

"Aku rasa kita belom berkena-"

"Tunggu. Ada yang datang, Reyna lari!" jerit Abrielle tapi terlamabat. Udara menjadi pekat dan menghitam. Seorang wanita berdiri di depan Abrielle dan Reyna. Reyna mengeluarkan gladius miliknya dan Abrielle menyentakkan pulpen nya yang langsung memanjang menjadi trisula.

"Jadi ini, Abrielle Hiddleston, adik Percy Jackson yang kurang ajar itu." ucap cewek itu. Mimik muka Abrielle mengeras, Reyna bisa mencium keganasan berkobar dari Abrielle.

"Siapa kau?" tanya Reyna.

"Aku?" Kemudian wanita itu tertawa keras sekali dan menggema ke seluruh penjuru perkemahan, Reyna menyadari atmosfir di sekitar mereka lebih parah dibandingkan di luar mereka. Mereka bertiga sedang berada dalam gelembung kegelapan raksasa. Pekemah - pekemah yang lain berdiri di luar gelembung sambil menatap ke arah Reyna atau Abrielle atau wanita ini. Petir menggelegar di atas dan menyambar gelembung hitam, Reyna tidak akan salah mengenali petir Jason, tapi gelembung hitam itu tetap bergeming. Petir sedahsyat itu seharusnya bisa menewaskan 20 orang sekaligus.

"Praetor sebaiknya kau beri tahu teman mu bahwa petirnya tidak akan berguna melawan ku." ucap wanita itu sambil tersenyum licik.

"Kak sekarang!" jerit Abrielle tiba - tiba. Abrielle mengangkat tangannya ke arah pantai, Reyna melihat bahwa di luar gelembung, Percy juga mengangkat tangannya, tiba - tiba di kanan gelembung, ombak setinggi gedung 10 lantai menghantam gelembung dan petir tetap menyambar - nyambar di atas mereka. Reyna sadar bahwa Percy Jackson, Abrielle Hiddleston dan Jason Grace sedang menggabungkan kekuatan untuk memecah gelembung sialan ini. Reyna melihat lurus lagi dan melihat Hannibal, si gajah membenturkan kepalanya ke gelembung beserta anjing neraka milik Percy dan apa itu? Badak? Frank? Frank sepertinya memutuskan unuk berubah menjadi badak (dia mewarisi kemampuan itu dari para argonaut), tetapi tetap saja, gelembung tetap tidak bercacat.

"Aku adalah Malam Nak. Dan Yunani serta Romawi akan mati di tangan ku. Aku tidak akan membuang tenaga ku sekarang, tapi ingatlah Abrielle Hiddleston, kita akan bertarung di Tartarus. Sedangkan Praetor, kalau kau mati, yang pasti tidak akan lama lagi, pasti di tangan anak - anak ku."

The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang