XII. Abrielle

872 78 22
                                    

Penampilan Percy tidak lebih baik dari dirinya. Baju Percy terkoyak dan hampir berwarna hitam. Percy menerjang Frike sampai jatuh ke tanah dan ingin meninju muka dewa itu sampai Abrielle berteriak "Hentikan!" Baru mereka berhenti untuk menghancurkan wajah satu sama lain. Percy sepertinya belum puas, sebagai aksi terakhirnya dia membanting kepala Fonoi ke lantai beton lalu dia menghampiri Abrielle.

"Siapa makhluk hina ini? Apa yang dia lakukan padamu?" tuntut Percy.

"Dia itu eh dewa minor, dia tidak melakukan apa - apa padaku. Eh kak mending kau minta maaf kepadanya, kan eh, tidak baik menggetok kepala dewa." jawab Abrielle pelan. Kesadaran mulai tampak di muka Percy dan dia menggumamkan oops dengan pelan. Abrielle melirik ke arah Frike dan melihat dia masih bisa mengontrol emosinya. Dia melihat ke arah Percy dengan jengkel akan tetapi sepertinya dia tidak terluka, bonggol jari Percy memar - memar karena menonjok - nonjok Frike. Abrielle melihat bekas luka gigitan manusia di lengan Percy yang masih meneteskan darah dan nanah berwarna kuning.

"Demi dewa - dewi, apa yang terjadi kepada mu?" tanya Abrielle khawatir sambil memerhatikan luka di lengan Percy.

"Aku digigit si Jelek." jawab Percy singkat.

"Siapa-"

Tiba - tiba gemuruh kencang bergetar dari dinding - dinding Labirin. Abrielle melihat Percy yang sama bingungnya dengan Abrielle. Dia menengok ke arah Frike, dari raut wajah dewa itu, dia sepertinya tidak senang dengan gemuruh itu. Dari atas, langit - langit yang terbuat dari aspal pecah berkeping - keping, membuat suara bergemuruh yang kencang menggema ke seluruh lorong yang ada di Labirin ini. Seseorang berlutut disitu seakan ingin membuat kedatangannya spektakuler. Dia mengenakan baju setelan kerja berwarna biru gelap, lengkap dengan dasi berwarna merah gelap. Dia memegang tongkat bersayap dengan dua ekor ular yang melilit tongkat tersebut.

"Hermes!" jerit Abrielle senang sambil menghampiri Hermes. Dia memeluk Hermes. Ini berita bagus dan Abrielle sangat membutuhkan berita bagus saat ini. Tubuh Hermes hangat, yang lumayan lumrah untuk ukuran dewa - dewi, yah kecuali Boreas. Wah Hermes pasti memakai parfum Eau de Paper, karena wangi tubuhnya seperti kertas lama yang mudah robek.

"Sedang apa kau disini?" tanya Abrielle senang.

"Yah, aku tahu memang kedatanganku selalu dinanti - nantikan, akan tetapi Apollo memintaku untuk memeriksa keadaan kalian, dia dihukum oleh Zeus kau tahu." ujar Hermes sambil angkat bahu. Abrielle tahu bahwa Apollo sudah terlalu sering menuai murka Zeus, Abrielle takut Zeus akan mengubah Apollo menjadi elang botak.

"Aku membawakan ambrosia, nektar, air, perban dan baju ganti." ucap Hermes sambil mengeluarkan tas dari udara kosong. Selain benda - benda yang disebutkan oleh Hermes, ada tali dan senter, tapi Abrielle tidak yakin senter akan berguna, trisulanya sudah menimbulkan cahaya yang cukup. Lalu Hermes menoleh ke arah Frike, lalu mengerutkan wajah.

"Sedang apa kau disini? Kau kan putra Malam." ujar Hermes galak. Sebelum Frike menjawab gemuruh petir terdengar menembus langit - langit Labirin. Hermes mengucapkan oops dengan pelan dan dia menghilang menjadi serbuk - serbuk kertas. Hilang sudah peluang untuk kembali ke atas. Dia memungut tas yang dibawakan Hermes dan menemukan 4 botol air minum yang terisi penuh. Dia membagikan 1 botol kepada Percy dan mengambil 1 botol untuk dirinya sendiri. Dalam 30 detik air di botol tersebut sudah habis. Dia ingin mengabiskan seluruh botol itu, akan tetapi Abrielle tidak seegois itu. Dia harus membagikannya pada Tyson juga. Tiba - tiba Percy menjerit kesakitan lalu terjatuh sambil memegangi bekas luka gigitan itu. Abrielle mengeluarkan ambrosia, air dan perban dari tas pemberian Hermes dan menghampiri Percy. Abrielle memotek bongkahan ambrosia itu menjadi seukuran wafer dan memberikannya pada Percy. Dia menuangkan air pada luka Percy dan luka tersebut berhenti berasap, lalu dia membebat kaki Percy dengan perban. Selagi Abrielle melakukan itu, dia bisa merasakan tatapan Frike yang melekat padanya.

Abrielle sedang memikirkan untuk menjauh dari Frike. Tapi kan dia tidak bisa mengusir Frike begitu saja. Tiba - tiba, ada sesosok hitam berasap mewujud di sebelah Abrielle begitu saja dan mencekiknya. Cengkraman makhluk itu sangat kuat, seperti tang penjepit berlapis perunggu langit. Dia bisa merasakan denyut nadi di lehenya yang melompat - melompat. Kemudian da melihat sosok yang mencekiknya adalah Frike. Tapi itu tidak mungkin! Dia mendengar Percy berteriak putus asa saat menghantamkan pedangnya ke tangan besi Frike. Dia mendengar teriakan murka Frike dan Abrielle memukul - mukul tangan besi milik si pencekik dengan putus asa. Dia bisa merasakan darah terhenti dalam tubuhnya. Pukulan Abrielle yang semakin lemah pun tidak berefek pada lengan tersebut. Tubuh Abrielle yang melayang 1 meter diatas tanah, hanya dipegang oleh tangan besi si pencekik juga tidak membantu. Kesadaran Abrielle sudah mulai berkurang. Dia mendengar Frike berteriak Abrielle! Dan senyum terakhir orang yang mencekiknya dan semua menjadi gelap.

The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang