Si pencekik kembaran dewa Frike ini pergi, menghilang begitu saja, membawa serta Abrielle, yang tidak sadar. Percy jatuh berlutut. Satu lagi keluarga yang direnggut darinya. Tapi tidak mungkin. Abrielle tangguh. Dia tidak akan meninggal begitu saja. Mustahil. Dia pasti akan mengeluarkan jurus karatenya dan menggorok leher kembaran Frike. Lalu Percy menoleh ke arah Frike dan mendorong Frike lalu menjepit pedang ke arah leher Frike.
"Siapa itu tadi? Aku tahu dia saudara mu, ya kan? Karena kalian sama jeleknya!" bentak Percy.
"Tenang dulu Percy!" jawab Frike.
"TENANG?! BAGAIMANA KAU MENGHARAPKAN AKU AGAR TENANG! ABRIELLE BARU SAJA MENGHILANG DENGAN MAKHLUK BURUK RUPA YANG MIRIP DENGANMU!" teriak Percy.
"Itu Fonoi, dia saudara kembarku, tenanglah, kita cari dia bersama - sama." lugas Frike. Percy ingin menghantamkan muka Frike ke tembok kuat - kuat, tapi Frike benar. Percy lebih baik mencari Fonoi bersama - sama dengan Frike karena disana tidak aman. Selain dari fakta bahwa bisa saja Frike mengelabui Percy dan ini semua cuma jebakan. Tapi mencari bersama dewa minor ini lebih baik daripada mencari Abrielle sendiri. Percy jadi ingat pengalaman dia masuk ke Labirin beberapa tahun silam, saat Percy ketakutan setengah mati kalau Annabeth terluka. Sekarang Percy mengulang pola yang sama, terseok - seok di Labirin untuk mencari Abrielle, tidak tahu apakah Abrielle baik - baik saja atau... Percy bergidik. Tidak, dia tidak boleh berpikiran seperti itu. Dia harus percaya bahwa Abrielle baik - baik saja.
"Ehm, sepertinya kita harus ke kanan." ujar Frike.
"Kenapa begitu? Kau mencium bau busuk saudara mu?" balas Percy.
"Aku tahu kau membeciku, tapi kau harus bekerja sama dengan ku untuk menemukan adikmu. Kita harus ke kanan karena di kanan lebih gelap dan pekat. Tidakkah kau merasakannya?"
Percy melihat ke lorong di sebelah kanannya. Memang benar ucapan Frike. Di kanan hawanya terasa jahat, apek dan lebih dingin. Mata Percy harus berusaha keras untuk menyesuaikan dengan cahaya redup dari pedangnya. Sekalipun Riptide memancarkan cahaya, lorong di kanan gelap gulita. Dia teringat Rumah Malam yang dia masuki bersama Annabeth selagi mereka terseok - seok di dalam Tartarus. Dia ingat betapa takutnya dia saat itu, tapi dia tidak bisa mengenyahkan wajah ngeri Annabeth saat Percy hampir membunuh Akhlys dengan racunnya sendiri. Mereka sudah bertemu Nyx. Dia, yah gelap. Dia memakai gaun bertahktakan bintang - bintang dan kulitnya hitam berkabut. Dia punya kereta perang dan kuda yang terbuat dari asap hitam. Tali cambuknya berupa seutas tali yang disusun dengan bintang - bintang terang. Percy pernah bertemu Malam, dengan M besar. Di Tartarus, dia dan Annabeth berhasil kabur dengan tipu daya dan akal bulus. Percy ragu Nyx mau dibodohi untuk kedua kalinya. Misi ini jauh berbahay berpuluh - puluh kali lipat, karena dewa - dewi primordial tidak bisa dibunuh. Beda dengan Kronos. Percy berharap Kronos masih tidur, terapung - apung dalam kumpalan debu jahat.
Gaea? Yah, sudah setahun yang lalu dia dan teman - temannya mengalahkan dewi Bumi. Tapi ini lain. Nyx bahkan lebih tua daripada Gaea. Nyx jauh lebih kuat. Dia tinggal di kekelaman Tartarus. Dan dia ingin membalas dendam.
Percy sebenarnya takut setengah mati, tetapi dia tidak mau bilang - bilang.
"Ya sudah. Kita ke kanan." ucap Percy.
Frike berbelok ke kanan dan Percy mengekor di belakangnya. Mereka berjalan lurus sekitar 10 menit. Sesekali mendengar suara monster menggeram di kejauhan. Tiba - tiba Frike mendadak berhenti sampai - sampai Percy menabraknya.
"Bung, jangan berhenti mendadak bisa tidak?" ujar Percy kesal.
"Tutup matamu, sembunyi di balik tembok itu." jawab Frike sambil menunjuk ke celah kecil, akan tetapi cukup besar untuk muat satu orang.
"Ada apa memangnya? Aku tidak mau . Kau pasti berencana untuk mengelabui ku kan?"
"Aduh tidak. Cepat! Nyx mencium bau mu. Dia sudah datang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night
FanfictionApa yang akan terjadi jika sang Malam, Ibu dari segala macam kegelapan dan kekejaman ikut turun tangan dalam misi untuk menggagalkan Abrielle untuk menyelamatkan dunia?