XV. Abrielle

777 66 12
                                    

Abrielle berada di Bukit Blasteran. Aneh rasanya. Abrielle merasa jauh sekali dari rumah. Dari Inggris, tempatnya tumbuh besar. Dari Yunani, tempatnya membangun Legiun untuk melindungi dia dan orang - orang seperti dia, putra - putri dewa - dewi bangkotan yang berusia ribuan tahun. Dari atas sana, Abrielle bisa melihat 12 pondok yang mewakili masing - masing dewa - dewi utama Olympia, dilengkapi dengan pondok - pondok tambahan disekitarnya, untuk dewa - dewi minor. Dia ingat hari pertama dia mengetahui bahwa dia punya kekuatan, saat masih duduk di kelas 4 SD. Dia sedang berjalan dekat air mancur, ketika Jessica Davis dan antek - anteknya mendorong Abrielle ke dalam air mancur. Abrielle tidak pernah mencoba untuk berenang sebelumnya dan disekolahnya harus bayar untuk masuk ekstrakulikuler berenang. Panti asuhan tidak menyediakan biaya yang lain, hanya cukup untuk sekolah.

"Rasakan itu pecundang. Saking payahnya kau, orangtua mu sendiri membuang mu dan memasukkan mu ke dalam panti asuhan St. Agnes yang penuh dengan pecundang payah lainnya!" ucap Jessica mengejek.

Biasanya Abrielle tidak pernah menghiraukan ejekan seperti itu, akan tetapi dia sudah bosan diledek -ledek, diejek - ejek, disakiti di lorong sekolah, di kamar mandi dan dia sudah lelah menjadi target bola saat olahraga. Kapan pun waktunya jam olahraga, Abrielle sudah siap. Tidak peduli apakah bermain volley atau basket atau apa pun, permainan bukanlah untuk menang atau melatih mereka, akan tetapi berubah 180 derajat menjadi 50 poin jika kau bisa mengenai perut Abrielle, 100 poin jika kau bisa mengenai kepalanya! Guru olahraganya pun, Mr. Wood tidak pernah berusaha menghentikan mereka menyerang Abrielle. Malahan, menurut Abrielle, Mr. Wood suka melihat Abrielle dipermalukan. Dia marah. Dia berharap air mancur itu meledak dan menyemburkan air di muka Jessica Davis. Tetapi itu benar - benar terjadi. Semuanya masih terheran - heran kenapa air mancur yang sudah berdiri bertahun - tahun, hancur berantakkan. Semuanya menganggap Abrielle yang menyebabkan hal tersebut, makin banyak orang yang menganggap bahwa dia orang aneh. Semua berbisik - bisik tentang Abrielle, menyebarkan rumor bahwa orangtua Abrielle adalah penyihir yang menggunakan sihir hitam. Di sekolahnya, hanya satu orang yang peduli padanya, yang mau menjadi temannya, yang selalu membantu Abrielle. Justin Foley. Seorang putra Duta Besar Amerika untuk Inggris pada saat itu.

Tidak seperti Abrielle, Justin adalah sesosok orang yang selalu dipuja oleh semua orang. Dia pintar, baik, rajin dan yah tampan. Dia populer. Semua orang mau berteman dengannya. Dia mempunyai kelompok teman - teman cowoknya, sepeti Bryce Lawrence si besar jahat, Zach Dempsey, Alex Standall, dan Paul Montgomery. Akan tetapi, dia selalu membantu Abrielle, terutama karena Abrielle mengidap disleksia, dia dicap bodoh oleh semua orang. Tetapi tidak dengan Justin.

"Disleksia itu tidak berarti kau bodoh. Itu kelainan bawaan, tenang saja, jangan hiraukan mereka. Aku akan mengajarkan cara membaca padamu pelan - pelan. Ok?"

Hanya Justin yang peduli dengannya, di panti asuhan pun juga tidak berbeda. Semua orang yang dia dekati untuk diajak berteman selalu beringsut menjauh seakan - akan Abrielle adalah penyakit menular. Justin selalu ingat ulang tahun Abrielle. Dia selalu membawakan kue mangkuk, yang ditancapi lilin berwarna hijau. Lalu mereka membaginya bersama di halaman belakang sekolah. Sampai suatu saat Justin menghilang. Orang - orang bilang bahwa Ayah Justin dipanggil kembali ke Amerika. Akan tetapi tetap saja, dia sakit hati, ternyata memang Justin baik kepada semua orang, Abrielle bukanlah sebuah pengecualian. Justin bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal, seakan Abrielle bukanlah hal yang penting. Sekitar pada waktu kelas 6 SD, Abrielle kabur. Dia lari dari sekolah, dari panti asuhan. Di jalan, dia bertemu Hermes. Dan akhirnya, Hermes membimbing, menunjukkan jalan pada Abrielle untuk membangun perkemahan di Yunani Selatan. Abrielle tidak pernah memikirkan Justin sejak saat itu, rasanya terlalu menyakitkan. Tiba - tiba pusaran gelap muncul di hadapan Abrielle dan menghisap dia ke dalamnya.

Abrielle sontak bangun, terkejut. Dia terisak menangis memikirkan Justin. Dia mengira - ngira dimana kiranya Justin berada sekarang. Kalau Ayah Justin dipanggil kembali ke Amerika, berarti Justin juga ada disini. Mungkin saja, dia bisa bertemu dengannya. Abrielle mungkin mencintai Apollo, akan tetapi Justin William Foley adalah cinta pertamanya, cinta yang tidak akan pernah hilang di dalam diri Abrielle. Abrielle tidak boleh terpuruk dalam rasa rindu dan kesedihan. Dia harus bangkit. Dia berdiri di kakinya, melihat ke sekeliling. Kakinya diborgol dengan rantai, dan sekelilingnya hanya ada tembok, lalu  bagaimana Abrielle bisa masuk kesini? Penjaranya berupa kubus dengan tembok padat. Trisulanya sudah diambil. Dan satu hal yang mengusik Abrielle. Jika tidak ada ventilasi udara, udara di dalam kubus akan berubah menjadi beracun, dan Abrielle akan mati sebentar lagi.

The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang