Part 20

346 30 0
                                    

Sela POV

Pesta selesai!, gue dan yang lainnya telah sampai di rumah. Gue, Lytta, Chel langsung pergi membersihkan diri kami, setelah itu kami pun beristirahat. Kita berbaring bersama-sama di ranjang yang lebar ini, Sela berada di tengah sedangkan Lytta dan Chel berada di samping

"Tadi mereka bertiga terlihat sangat tampan" Ucap Chel sambil tersenyum

Pletak...

Satu jitakan berhasil mendarat di kepala Chel, Chel melirik Sela yang habis menjitak kepalanya, Sela hanya terkekeh melihat wajah Chel yang sangat lucu akibat jidatnya merah.

"Jahat lo Sela!" Lirih Chel, sambil menatap langit kamar.

"Tapi lo sayang gue kan?" Sindir gue sambil mencolek pipi Chel.

"Iya juga sih!" Kata itu keluar dari mulut Chel tanpa Chel sadari. Mereka bertiga pun tertawa lepas.

"Sela, Apa lo akan pergi lagi?" Tanya Lytta sambil tengkurap dan memopang wajahnya.

"Mungkin!" Lirih gue sambil tersenyum kecut.

"Kapan?" Serius Chel

"Sampai kakak kita pergi dari indo," gue mengucapkan kalimat itu dan langsung Lytta dan juga Chel memasang muka malas.

Kami terdiam dan akhirnya Lytta dan Chel tertidur, gue bangun dan turun dari tempat tidur, gue berjalan mengambil ransel gue, tak lupa gue meninggalkan catatan kecil dan 4 buah kertas foto yang berisi foto-foto kami waktu di pesta tadi.

"Gue sayang kalian! Gue akan kembali lagi!" Gumam gue, sambil melihat kedua temannya yang sedang tertidur.

Gue bingung mau keluar lewat mana, jika gue turun kebawah, kemungkinan Kak Juna belum tidur, gue masih berdiri di balkon, terlintas sebuah ide.

***

Gue mengambil kain panjang dan mengikatnya di tiang balkon, dan gue turun lewat kain ini, sesampainya gue di bawah, gue langsung lari secepat mungkin agar tidak ketahuan, gue berhenti di saat pak Satpam sedang berjaga malam.

Gue masih melihat Satpam itu berdiri di depan pagar rumah gue, gue melihat satpam itu pergi mengecek rumah yang lain, gue tidak akan membuang kesempatan ini.

Gue berlari keluar dan sampai juga di trotoar jalan, berjalan pelan sambil bergumam yang tak jelas itu sebuah kebiasaan gue. Gue masih berjalan menuju Vila gue, tetapi menurut gue Vila itu terlalu Jauh, dan saat itu sebuah taksi berhenti di samping trotoar yang gue injaki.

"Butuh tumpangan?" Ucap lelaki itu

"Tentu!" Lirih gue dan langsung membuka pintu taksi itu.

Jangan kalian fikir bahwa gue suka nerima tumpangan gratis, gue ngelakuin ini karena gue tidak sanggup untuk berjalan kaki. Badan gue terasa sangat pegal, sepertinya gue kehabisan tenaga.

Gue menyandarkan punggung gue ke sandaran kursi taksi itu. Baru saja gue mau menutup mata tiba-tiba sang supir taksi itu langsung menepikan mobilnya dan langsung menghadap kearah gue.

"Apa?" Tanya gue santai

"Eemm... Lo mau gak kita main kuda-kudaan?" Ia tersenyum kecut setelah mengatakan hal itu.

Gue tau apa yang ia maksud, demi apapun gue merasa jijik berdekatan dengan pria ini, walaupun dia memang terlihat muda, tapi ia tetap pria mesum dan juga seorang Supir.

"Aa..a..apa? Lo kira gue cewe apaan?" Bentak gue

"Entar kalo terjadi sesuatu, gue tanggung jawab" jelasnya dengan nada santai, gue mulai berfikir bahwa orang yang berada di depan gue ini pasti baru keluar dari RSJ. Gue sebenarnya gak mau berbuat dosa malam ini, gue juga masih sangat lelah tetapi apa boleh buat, gue udah gak tahan dengan pria ini.

Gue memajukan badan gue dan mendekatkan muka gue ke arah muka pria itu, pria itu hanya tersenyum kecut, gue pun membalas senyuman itu, tangan gue mengambil benda kesayangan gue dari kantong celana jeans di belakang gue, Hup! Gue langsung menancapkan gunting itu ke arah perutnya, ternyata masih belum mengeluarkan darah, gue mengerutkan kening gue, pria di depan gue sudah keringat dingin dan wajahnya sangat pucat. Padahal gunting gue masih belum menancap di perutnya.

"Tumpul?" Gumam gue, ternyata gunting gue udah tumpul, yah! Sangat beruntung pria ini, tetapi di saat gue ingin mengambil pisau di tas gue, ternyata pria ini sudah pingsan di kursi bagian depan. Gue hanya bisa menahan tawa gue, tangan gue mulai mengambil benda tajam dari tas gue, langsung gue berpindah posisi duduk di samping pria tadi.

Gue memainkan pisau gue di muka pria itu, gue menancapkan pisau gue kearah lehernya dan pria itu langsung membuka matanya, mukanya berubah menjadi sangat merah, pria itu masih memegang lehernya yang mengeluarkan darah yang sangat banyak, kepuasan gue belum selesai, sehingga gue langsung menguliti pria itu, gue mengambil garam dari dalam tas gue, dan langsung menaburkan garam itu ketubuh pria yang telah gue kuliti.

Gue juga menusuk perut pria itu, mengeluarkan isi perutnya, bau anyir yang gue rindukan mulai menyengat di hidungku, gue mengambil tas gue yang berada di bangku belakang dan langsung keluar dari taksi itu. Gue lanjut berjalan dengan kondisi badan penuh dengan darah.

Matahari hampir terbit dan gue juga hampir mendekati Vila gue, sesampainya di halaman Vila, gue membuka pintu dan melihat ana dengan kondisi pucat.

'Gue belum memberinya makan' batin gue, gue langsung berjalan menuju dapur dan mengambil beberapa makanan ringan dan juga minuman, gue berjalan mendekatinya dan langsung memberinya makanan.

"Lo gak beri gue makan dari kemarin, kemana saja?" Teriak Ana sambil menatap tajam gue.

"Makan saja makanan lo, gue pengen isrirahat!" Balas gue sambil menaiki tangga.

"Sela,Sela,Sela" panggil Ana, gue tak menoleh kearahnya, gue tetap berjalan menaiki anak tangga, gue membuka pintu kamar gue dan langsung menuju kamar mandi, setelah gue membersikan diri, gue langsung merebahkan badan gue keatas kasur dan memejamkan mata.

****

Cherly POV

Gue dan Valeria baru pulang dari berlibur, dan saatnya gue pergi untuk mencari Ana, gue kangen sama sahabat gue itu, siapapun yang menculik Ana, akan ku pastikan ia mati di tangan gue. Iya! Gue memang pembunuh, tetapi gue baru sekali membunuh orang, dan gue gak mau di bilang seorang pembunuh ganas, gue hanya membunuh orang yang mengganggu hidup gue dan teman gue.

Pasti kalian semua bertanya kenapa gue gak membunuh Sela, yap, gue gak ngebunuh Sela karena gue masih belum kuat untuk melawannya, tetapi dengan Otak yang gue miliki, gue akan membuat sahabatnya membenci dirinya sendiri, dan gue akan membuat orang yang ia cintai pergi meninggalkannya. Gue juga akan membuat kakak kesayanganya mati di hadapannya seperti gue melihat kakak gue mati di tangannya.

Gue masih menyewa detektif untuk mencari Ana, sudah berminggu-minggu Ana belum kembali ke rumahnya, gue khawatir keadaanya.

***

Vote? Or Coment?

Thiwi Maharani

My Best Friends is a Psychopath [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang