•5•

42 10 1
                                    

Maggie's Pov

Setelah kami menghindar dari kericuhan di kantin itu, aku berpisah dengan sahabat-sahabatku berhubung sebentar lagi bel dan sekolah ini luar biasa besarnya, seperti biasa aku berjalan sambil memegang novel ditanganku dan mendengarkan lagu. Aku tidak memperhatikan sekitarku, jika aku sendirian aku lebih memilih menundukkan kepalaku untuk membaca, bukannya aku nerd tapi aku tidak suka dengan suasana yang ramai dan banyak orang itu sangat mengangguku. Sesekali aku melihat keatas untuk melihat apakah sebentar lagi aku sampai kelas atau tidak, saat aku sudah hampir sampai dikelas kaki ku tersandung dan apa yang terjadi.

"BRAKKKK" aku jatuh tepat di depan kaki cowo, mungkin sekarang jika dilihat-lihat aku seperti babu yang minta belas kasihan sama tuannya. Tadinya aku ingin berdiri sendiri tapi kakiku sakit sekali ah sial.

"Lo gapapa?". Tanya cowo itu sambil mengulurkan tangannya.

"Gapapa." Ucapku sambil menerima bantuan darinya.

"Makanya lain kali, jalan liat kedepan bukan kebawah." Sekarang dia menasehatiku. Ok.
Dan sekarang dia mengedipkan mata kanannya kepadaku . Oh God.

Aku hanya mengangguk dan mengambil novelku yang berada di lantai lalu masuk kekelas dengan menyeret kakiku yang sakit.

Aku melihat jam tanganku, harusnya sekarang sudah mulai belajar tapi kenapa gurunya belum datang ya? Baguslah setidaknya aku bisa membaca novel lebih lama lagi. Baru saja kubilang bagus tidak ada pelajaran tapi ternyta aku salah ,dan sekarang guru yang dikonde bulat itu masuk dengan berbahasa sok inggris tapi tetap pada logat jawa nya. Aku tidak suka dengan pelajarannya yang sesekali menggunakan bahasa inggris dan sesekali menggunakan bahasa Indonesia campur inggris, membuat otakku bekerja keras hanya untuk mendengarkan apa yang guru itu bicarakan.

Saat sekolah selesai aku langsung pulang ke rumah berhubung kakiku ini terkilir jadi aku tidak bisa hang out bareng sahabat-sahabatku.

Aku mengambil handphoneku dan mencari kontak yang bertuliskan "mama." Aku menelefonnya agar aku dan sahabat-sahabatku bisa satu kelas.

"Yes Gie? Ada apa?". Tanyanya.

"Besok aku mau sekelas sama Cassey, Blair,Dello." Ucapku memohon. "Boleh ya ma."

"Sip itu urusan gampang, ada lagi?"

"Nopee. Thank you mom love you so muchhhh!! ". Aku sangat senang sekarang akhirnya aku tidak akan sendirian di kelas itu.

Aku menulis pesan singkat ke Dello.

"Dello, besok kita sekelas kasih tau yang lain ya."

Pasti nanti kalo kami sudah bersama sekolah akan jadi lebih seru dan lebih menyenangkan.
-----
Kebesokan harinya aku sungguh semangat, karena sahabat-sahabatku akan pindah ke kelas ku dan otomatis terjadi perombakan kelas ulang.

"Maggieeee... Kamu beneran telfon mama kamuu yaaa !! Aku seneng bangett bisa sekelas!". Ucap Dellony sambil jingkrak-jingkrak.

"Iya dongg, kan kemaren pada mau sekelas. Jadi aku telfon mama." Balasku.

"Mereka gatau kan kalo nyokap lo yang nelfon?". Tanya Cassey.

"Mereka siapa?." Tanyaku bingung.

"Ya anak-anak disini lah, kalo mereka tau pasti mereka bakalan ngomongin lo anak mami." Cerocos Blair. Ups, mereka ada benarnya juga.

"Gue memang anak mami kalee, lagian juga mereka kurang kerjaan lah ngurusin gue." Aku berubah pikiran, aku memang sayang bangeet sama mami. Gimana engga dia itu sosok malaikat dimataku, sungguh baik dan penyayang.

Baru saja kami merasa senang bisa satu kelas, datanglah perkara kalian tau? Kami sekelas dengan iblis yaitu Vabian si cowo bermuka dua dan Chad temannya. Setidaknya kami tidak sekelas dengan teman-temannya yang lain 2 lebih baik daripada 4.

OURS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang