21. Hey June!

2K 132 0
                                    

Rein sudah dibolehkan pulang kerumah hari ini. Yah, dia begitu bosan berada dan harus terkepung dirumah sakit. Buang air kecil saja sangat susah. Makan, Ia tak pernah mau memakan makanan rumah sakit yang kebanyakan hanya berupa bubur. Menatap dunia luar, hanya lewat jendela yang agak jauh dari ranjangnya. Ia hanya bisa menonton tv dan sesekali memainkan ponselnya yang baru dibelikan lagi oleh mamanya setelah ponsel sebelumnya rusak.

Rein sedikit dibantu berjalan oleh mamanya ke parkiran. Ia pun naik kebagian penumpang depan. Tangannya kini dijahit. Jenni pun ikut naik dan langsung menancapkan gas nya keluar dari parkiran rumah sakit.

"Temen kamu pada baik yah.", kata Jenni membuka mulut ditengah keheningan.

Rein hanya membalasnya dengan senyum kecil. Ia jadi teringat Rafa yang selalu membuatnya merasakan hal lain terjadi dalam dirinya.

Inikah cinta?

"Kamu juga udah banyak berubah loh, pas sering ikut belajar bareng mereka.", kata mamanya lagi sambil tetap fokus menyetir. Sesekali Jenni tersenyum.

Lagi-lagi Rein hanya membalasnya dengan senyuman.

"Siapa tuh nama temen kamu yang cowok? Duh, mama lupa.", tanya Jenni lagi sambil menunjuk-nunjuk pelipisnya tanda sedang berpikir.

"Abi? Rafa?"

"Iya, Rafa!"

"Kenapa dia?", Rein tertawa.

"Ngga, dia itu baik aja sih. Terus ganteng. Peduli. Setia. Mama liat sih dia cowok bertanggung jawab.", Jenni tersenyum jahil.

Tawa Rein pecah seketika, mendengar penjelasan dari Jenni.

Ganteng?

Peduli?

Setia?

Bertanggung jawab?

Hahaha, impossible for troublemaker people like him.

Rein masih dengan tawanya kini menoleh penuh pada mamanya.

"Kamu ngga ada rasa gitu sama dia?", tanya Jenni lagi begitu antusias. Rein masih saja tertawa. Tapi dalam pikirannya, Ia sedang menimbang-nimbang jawaban dari perasaannya sendiri.

"Apaan sih ma.", desis Rein dengan malu-malu. Pipinya memerah.

"Ih serius loh. Kamu yakin ngga mau sama dia? Dia baik loh, dia juga itu mama yah liat lagi pdkt sama kamu.", tawa Jenni ikut pecah dengan perkataannya sendiri.

Rein ikut makin tertawa.

Pdkt?

Sama gue?

Cowok seganteng itu pdkt sama bocil petakilan dan bego macem gue?

Impossible, mah.

Dia cuman anggep gue sahabat.

Eh, sejak kapan gue akuin kalo dia ganteng?

Ya ganteng sih...

Mereka pun sampai dirumah mereka. Kehidupan baru mereka juga. Berdua. Setelah memarkirkan mobil, Jenni dan Rein turun bersamaan dari mobil dan sama-sama memasuki rumah. Rein langsung naik keatas, tepatnya dikamarnya.

Ia rindu dengan kamar dan balkonnya. Ia rindu lantai parkitnya yang hangat. Ia rindu ranjangnya yang lebih empuk daripada ranjang rumah sakit. Ia rindu semua hal yang berada dikamarnya.

Ia melentangkan tubunya diatas kasur, mencoba merasa lebih rileks. Berharap Ia tertidur sekarang juga. Ia capek.

Drrrrttt... Drrrrttt... Drrrttt...

O'Clock [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang