Rein kembali masuk sekolah hari ini. Memasuki kembali dunia yang selalu menjadi hal terburuknya. Ia memasuki kelasnya yang sudah sangat ramai dan membanting tubuh beserta tasnya dibangkunya. Rafa sontak menoleh kepadanya, tentunya dengan senyuman manisnya.
"Udah siap?"
Yang ditanya hanya mengangguk meyakinkan.
Rachel dan Reta memasuki kelas bersamaan. Reta dengan wajah sumringahnya berbanding terbalik dengan wajah Rachel yang sangat masam saat memasuki kelas.
Rein dan Rafa nyaris menahan tawanya melihat wajah cemberut Rachel dan wajah Reta yang tersenyum sangat puas. Mereka berdua sudah tau apa yang dilakukan Reta padanya –Rachel maksudnya–.
Rachel membanting tubuhnya dikursi tepat didepan Rein. Tadinya, sebelum Rachel ingin duduk, Rafa berniat menarik kursi yang akan dia duduki kebelakang. Tapi Rein mencegatnya dengan halus.
Rein perlahan mendekati Rachel. "Lo kenapa cemberut gitu?"
Rachel menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Masih pagi uang jajan gue udah ludes dihabisin Reta. Katanya traktiran ultah gue."
Walaupun ingin tertawa, Rein harus menahannya. Ia hanya tersenyum miring dan manggut-manggut mendengar pengakuan Rachel.
"Kalo gitu, kerjain PR gue yah! Umpung nih tangan gue masih sakit.", Rein menepuk bahunya pelan lalu memberikan dua buah buku tulis tepat dihadapan Rachel. Rachel melongo mantap.
"Penderitaan gue kok gini banget yah?!", batin Rachel menggerutu. Dengan terpaksa Ia mengerjakan tugas Rein, karena jujur Ia juga masih merasa kasihan pada kondisi Rein yang masih... you know, lah.
"Ih astaga, hel, lo baik banget deh hari ini. Kerjain PR SBK gue juga yah! Nanggung nih, tinggal diwarnain doang sih. Kerjain yah! Awas loh kalo ngga selesei.", lagi, Rafa membebani Rachel dengan PR nya yang belum selesai.
Rachel hanya pasrah dan hanya mendengus sebal. Lalu menarik kertas bergambar itu. Berbagai pekerjaan menanti didepan matanya sekarang. Ia harus menyelesaikan semuanya sebelum jam istirahat pertama. Otomatis, Ia harus mencuri-curi jam pelajaran pertamanya untuk mengerjakan satu persatu PR dari temannya itu.
Kring... Kring... Kring...
Bel masuk berbunyi. Rachel masih berkutat dengan pekerjaannya hingga bu Jena datang.
Selama pembelajaran berlangsung, Rein dan Rafa yang duduk sebangku tak henti-hentinya bertulis-tulis dikertas belakang bukunya untuk mengobrol. Mereka membicarakan hal-hal selanjutnya yang akan dilakukan pada Rachel. Khusus hari ini saja.
Bel istirahat kembali berdering diseluruh antero koridor. Rachel beranjak dari kursinya sambil membawa dua buku tulis milik Rein dan juga secarik kertas bergambar yang sudah bagus terwarnai.
"Nih.", kata Rachel lalu memberikan pekerjaan yang telah selesai kepada pemiliknya masing-masing. Ia kemudian berjalan keluar meninggalkan kelas.
"Mission complete.", kata Rafa dan Rein bersamaan sambil memberi tos bersama.
"Kasihan juga sih liatnya. Pasti sekarang dia capek banget. Apalagi, tadi bu Jena ngasih tugas lagi buat besok. Uangnya juga udah dihabisin Reta. Bener-bener akan sengsara."
***
RACHEL's
Aku kurang beruntung hari ini. Pertama, uang jajanku ludes dihabisin Reta dan teman-temannya. Kukira saat aku kembali ke kelas, Rafa, Rein, atau Abi akan memihakku. Tapi ternyata dugaanku salah. Rafa memberikanku gambarnya yang belum selesai untuk dikerjakan. Rein juga memberikan dua buku tugasnya untuk diselesaikan. Semuanya harus selesai saat jam istirahat pertama berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
O'Clock [REVISI]
Ficção AdolescenteIni kisah persahabatan, lika-liku hidup, juga kisah cinta yang sulit dijelaskan. Sebuah kisah perasaan yang terpendam, mencarinya, dan pada akhirnya menemukan akhir kebahagiaannya. Ini kisah enam orang sahabat yang menemukan hidup mereka dikisahnya...