Rachel sudah siap dengan pakaian perginya. Ia duduk sejenak ditepi ranjangnya, menghadap kejendela, menunggu-nunggu orang yang akan menjemputnya.
Ia juga telah menunggu orang itu selama 2 tahun. Tapi Ia tak kunjung peka. Rachel masih terus memendam perasaannya pada Abi dan hanya Rafa yang tau.
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat didepan gerbangnya. Ia pun beranjak dari kasurnya dan mengambil tasnya untuk segera turun kebawah.
"Bu, Rachel pergi dulu yah!", ucap Rachel sambil menyalami tangan ibunya.
"Loh, Abi ngga diajak masuk dulu?", tanya ibunya lagi.
"Ngga usah bu.", Rachel langsung berjalan cepat keluar dari rumahnya.
Ia pun menaiki bagian penumpang depan mobil Abi. Abi menatapnya sambil tersenyum simpul. Ia pun mulai menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya menuju café dimana Ia biasa belajar bersama keempat sahabatnya.
Begitu sampai, Rachel dan Abi pun memasuki café itu. Mereka belum juga melihat satu diantara teman-teman mereka. Seperti biasa, mereka berdua memang selalu datang paling awal.
Abi pun memesan minuman sementara Rachel mencari tempat duduk yang kosong. Entah mengapa perasaannya hari ini begitu datar dan tidak bersemangat seperti biasanya bersama keempat sahabatnya. Ia merasa bosan.
Gue bosen nunggu lo, Bi.
Lo udah ngasih gue berbagai perlakuan manis selama kita sama-sama berempat.
Dan sampe sekarang gue ngga tau gimana sebenernya perasaan lo.
Gue bosen, Bi.
Gue capek nunggu lo 2 tahun.
Lo ngga kunjung-kunjung peka.
"Hel?", panggil Abi tepat didepannya.
Rachel mengerjapkan matanya lalu kembali menatap Abi. "Lo kenapa?", tanya Abi lagi.
Rachel hanya menggeleng dengan datar. Dia sama sekali tak menunjukkan ekspresi.
"Cerita dong, hel.", Abi memasang wajah sok manisnya tepat didepan Rachel. Menopang dagunya dan mendekatkan wajahnya kewajah Rachel.
Rachel akhirnya tertawa kecil lalu menempelkan telapak tangannya tepat diwajah Abi. "Appaan sih lo bi.", ucapnya sambil memalingkan wajahnya ke spot lain.
"Cerita.", kata Abi dengan mata berbinar-binar.
Gini lah lo, Bi.
Selalu sukses buat gue makin suka sama lo.
Tapi pada akhirnya gue lo jatuhin.
Gue ngga yakin ini bakal berakhir bahagia.
Entah mengapa emosi Rachel hari ini benar-benar ingin meluap. Hatinya sudah tak tenang memendam semuanya.
"Lo kenapa sih bi, suka ngasih perlakuan manis ke gue tapi ujung-ujungnya lo jadi jatuhin gue!", gerutu Rachel tanpa sadar.
Abi mengernyit bingung. "Maksudnya?"
"Iya bi! Lo tuh cowok ngga peka!", pekik Rachel lagi berapi-api.
"Sumpah Hel, gue ngga ngerti."
"Duh, Bi! Gue tuh udah suka sama lo sejak pertama kita ketemu! Ditambah lo yang selalu bersikap manis ke gue! Sampe kapan lagi gue harus mendem perasaan gue ke lo bi, sampe gue bener-bener sakit pas tau lo udah dapet cewek lain?", kata Rachel lagi. Matanya sudah terasa berat dan panas. Rasanya Ia ingin menumpahkan semuanya disini. Tapi tidak, jangan didepan Abi. Ia mengucek matanya untuk menghilangkan sedikit air yang memberatkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
O'Clock [REVISI]
Fiksi RemajaIni kisah persahabatan, lika-liku hidup, juga kisah cinta yang sulit dijelaskan. Sebuah kisah perasaan yang terpendam, mencarinya, dan pada akhirnya menemukan akhir kebahagiaannya. Ini kisah enam orang sahabat yang menemukan hidup mereka dikisahnya...