Setelah menempuh perjalanan menuju rumah Kim Bum selama 15 menit, mereka berdua turun dari taksi di depan rumah megah yang mampu membuat So Eun menganga lebar.
So eun langsung sadarkan diri, ia mengatup rapat-rapat mulutnya itu. "Kau tinggal di rumah ini?" So Eun membuntuti Kim Bum yang berjalan masuk ke dalam gerbang rumahnya.
"Ya."
"Kim bum-ssi!" Panggil So Eun yang membuat Kim Bum berhenti, lalu menoleh ke belakang.
"Sebagai imbalannya, kau bisa memperkejakan ku sebagai pembantu rumah tangga mu disini, lalu sisanya akan ku bayar ketika sudah kembali ke korea." Ujar so eun, ini benar-benar tulus. Ia sadar menumpang tinggal dirumah orang sebesar ini semestinya tidaklah gratis.
Kim bum yang mendengar hanya mampu mengernyitkan dahinya heran, "Bagaimana?" tawar so eun lagi.
"Masuk dulu, kita bisa bicarakannya di dalam ini sangat panas." Kata Kim bum seraya meringis karena sinar mentari menusuk kulit putihnya.
So eun menyetujui ajakan Kim Bum, gadis itu sangat terperangah melihat isi rumah pria tersebut. Bahkan So Eun bisa langsung melihat lautan biru dari balik pintu kaca besar rumah itu.
"Wah, indah sekali." gumamnya dengan mata berninar, Kim Bum hanya berjalan menuju dapur.
"Apa kau tinggal sendiri?"
"Ini rumah singgah saja, aku tinggal di korea aslinya."
"Rumah singgah? Rupayanya kau orang kaya ya." So Eun sedikit minder.
"Lalu kau liburan ke Paris?"
"Perjalanan bisnis."
So Eun hanya mengangguk lalu duduk di sofa sambil menunggu Kim Bum menghampirinya, "Lalu dengan mu, bagaimana bisa kecopetan?" Kim Bum kembali dengan dua gelas jus orange, cuaca yang panas tidak mungkin dia menyuguhkan teh panas kan?
"Awalnya aku kesini karena memenangkan undian, Paris adalah kota impianku. Tapi ketika aku berfoto di menara Eifell aku lupa meninggalkan koper ku di belakang, ketika aku kembali semuanya sudah lenyap. Seharusnya aku mendengarkan ibu untuk tidak pergi ke Paris walaupun pada akhirnya dia mengijinkanku, dan sekarang aku kecopetan semuanya adalah karma untukku." Cerita So Eun dengan lirih mengingat semua musibah yang telah menimpanya barusan.
"Bagaimana bisa kau seceroboh itu? Semua hal penting ada di koper mu? Ponsel, dompet mu?"
So Eun menganggukan kepalanya tanda bahwa pertanyaan Kim Bum benar. Semua barang berharganya ada di koper, "Bagaimana passport mu?" lanjut Kim Bum. Lagi, jawaban yang di dapat hanya anggukan lesu dari So Eun
"Kosong melompong! Hanya pakaian yang aku kenakan dan kamera peninggalan ayah ku saja yang tersisa. Tidak mungkin aku menjual kamera ini, benda ini sangat berharga bagiku walau usia sudah terbilang tua." ujar So Eun seraya memandangi kamera yang ia genggam.
Kim Bum memandang datar kearah gadis itu, ceroboh sekali pikirnya.
"Jadi ku mohon tolong kerjakan aku disini dan beri aku gaji, uangnya tidak akan ku pakai macam-macam. Hanya untuk membeli tiket pulang dan membuat passport lagi, itu saja." tiba-tiba So Eun memohon kembali pada Kim Bum, yang sontak membuat pria di depannya itu terlonjak kaget.
Wanita ini penuh kejutan, pikirnya.
Kim bum masih tidak menjawab, ia menelusuri wajah cantik So Eun. Wanti-wanti wanita ini berusaha menipunya. Tapi tidak mendapat apa-apa, So Eun benar-benar tulus dengan ucapannya tersirat dari iris matanya.
"Kau yakin akan bekerja di rumah ku?"
So eun mengangguk mantap, "Ya! Aku pandai memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, bahkan kolam renang mu yang besar itu bisa aku bersihkan sendiri." Ujar so eun begitu pedenya menyebutkan semua keahliannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment In Paris ✔
FanfictionSeorang gadis cantik yang hidup dengan serba kekurangan, tiba-tiba memenangkan undian liburan gratis ke Paris. Gadis itu sangat senang, ketika ia bisa mengunjugi negeri impiannya. Disanalah ia bertemu dengan CEO muda yang tampan serta hidup dengan b...