Justin
Udah dua minggu gue jalanin setelah prom night kemaren. Well, you guys can say that my heart was so sick. Kalo inget gue bakal jauh dari Hailsey tuh rasanya nggak kuat, rasanya pengen tinggal di Ontario aja bareng dia. But who cares? I mean, how can? Gue gabisa cabut pernyataan gue jadi siswa London University dengan segampang ngupil dong. Gue gabisa batalin semua jadwal penerbangan gue segampang kentut di muka Hailsey gitu dong. Dan gue gabisa bilang ke bokap kalo gue pengen tetep disini aja dengan alesan ga mau jauh dari Hailsey dong. Geblek banget gue kalo gitu? Trus apa coba gunanya nulis-nulis wishlists yang sebagian besar udah gue coret yang tandanya tercapai itu? Ga guna tau ga, Just. Ga guna.
Oke, sekarang kalo gini caranya, i have to face the truth. Kenyataannya gini, adanya gini, gue harus jauh dari Hailsey, gue harus jauh dari kota Ontario gue tercinta ini, gue harus menimba ilmu disana, gue harus lulus dengan cum laude yang gue idam-idamkan itu, dan pulang dengan sejuta tekad di genggaman gue buat.. lamar si Hailsey. Ok, fine. We'll see.
"Justin.." panggil Hailsey yang menyadarkan kesibukan gue daritadi ngurusin koper-koper bangsat yang memuat barang-barang terpenting gue buat dibawa ke London. Termasuk tetek-bengeknya video games gue itu.
Gue noleh ke arah suara itu berasal, dan ngeliat Hailsey dengan tatapannya yang melas, dan dengan gue yang ngos-ngosan. Sumpah, nggak kuat gue kalo harus liat dia sedih begini. "Come here, come here, babe.." jawab gue sambil rentangkan tangan gue, buat peluk dia.
Hailsey peluk gue erat. Dia sesenggukan disitu.
"Ssshh.. Hails, it's ok. Everything's gonna be ok as long as you believe." Kata gue menenangkan cewe favorit gue ini sambil elus-elus punggungnya. "I know this is hard, totally hard for you and me either, but this is the one of our concequences. Gue pergi bukan buat ninggalin lo, Hails. Gue pergi buat cari kebahagiaan sama lo nanti ketika gue sukses." Lanjut gue.
Hailsey tambah nangis kejer. Lah, bingung gue jadinya. "I will forever miss you, bae. Forever. Please keep our commitment, about everything. I love you even more than Mr. Crap loves his money." Katanya sambil lepas pelukan gue. Yaelah, lagi nangis sempet aja ngelawak.
Gue ngangguk. "Pretty brown eyes, let me wipe your tears, so you wont look so upset today." Kata gue senyum sambil ngelap air matanya.
Hailsey senyum.
"Yaudah, sekarang ke airport, yuk. Gue nggak boleh telat." Kata gue senyum.
Hailsey ngangguk. Gue rangkul dia buat jalan ke mobil. Dan kami pun pergi ke bandara.
---------
once again thank you guys for reading this til now. i need your votes so much for the next chapter cuz it means the world to me. thank you thank you thank you, and keep in tune! xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Already Home
FanfictionProlog Hai. nama gue Hailsey. Gue tinggal di Canada bareng Mama gue, karena Papa terlalu sibuk jadi dia ga bisa sering-sering di rumah. Umur gue 18 tahun baru beberapa hari kemaren, dan baru juga masuk tahun terakhir di SMA. Hidup gue gini gini aja...