16

38 6 0
                                    

Hailsey

Ketika kami serombongan yang nganter Justin sampai di bandara, gue bantu-bantuin dia nurunin barang-barangnya. Rasanya bener-bener berat dan sebenarnya sama sekali nggak rela dia pergi hari itu. Gue masih kangen dia, masih pengen farewell-farewell-an dulu. Tapi, kita bisa apa sih soal waktu? Cuma bisa manfaatin yang ada doang kan? Nggak bisa nambah-nambahin, juga nggak bisa kurang-kurangin. Itu semua Tuhan yang ngatur. Maka kalo Justin pergi sekarang buat capai cita-citanya, itu semua Tuhan yang ngatur. Bukan gue ataupun dia.

"Coba kalo lo bisa gue bawa kaya ransel ini, Hails." Ujarnya sambil pegang tangan gue setelah pamit ke yang lain.

Gue senyum. "Udah, nggak usah berlarut-larut sedihnya." Kata gue. Boong sih, sebenernya juga gue paling bentar lagi nangis. Nangis kejer. "Hati-hati disana, ya. Inget, gaboleh nakal. I'll always here waiting for you, and forever missing you."

Justin cium bibir gue. "See you again, love." Pamitnya lembut setelah itu. "See you, everybody! Bye!" lanjutnya ke orang-orang selain gue tadi.

Gue dadah-dadah ke dia yang lagi jalan sambil dorong trolly masuk ke bagian dalem bandara. Menjauh, dan setelah itu hoodie, long-shirt, his blue backpack, jeans panjang, sneakers, dan topi abu-abunya menghilang dari tatapan mata gue.

Bye, Justin. I'll see you on top.

--------

vote, vote, vote! i'll see you guys on top ;)


Already HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang