1

5.4K 302 5
                                    

Ini hanya masa uji coba.
Kalau readers suka maka akan lanjut.
Kalau tidak akan unpub :)
Semoga suka.

Happy reading !

Warning Typo Detected!!

^^^

Seorang gadis tengah duduk dalam ruangan yang ia yakini sebagai ruang kerja milik sang komandan. Ruangan dengan rak buku yang tertanam di dinding membuat ia nyaman, pasalnya gadis itu sangat menyukai buku buku.

Ekor matanya menangkap sebuah bingkai yang terpasang di sudut ruangan. Tanpa sadar langkahnya semakin dekat dengan bingkai itu. Semakin dekat semakin putih kukunya. Tangannya terkepal sempurna. Emosinya membuncah.

Sebuah sertifikat kelulusan "Rose Army University"

Sosok lelaki mengamatinya dari belakang. Mengamati tubuh sang gadis yang telah lama ia nantikan kehadirannya. Yang telah lama ia rindukan. Gadis itu kini lebih kuat dari yang dulu. Lebih dewasa. Lebih.. emm.. menggairahkan?

Apa yang ada di otakmu. Pikirnya terlintas.

^^^

"Puas mengamatiku, eh?"

Lelaki itu tergagap. Terkejut aksinya ketahuan oleh sang gadis.

Ia berdeham menghilangkan kegugupannya, "Lama tak berjumpa, Brose?"

Brose hanya mengangguk tanpa berminat berbalik badan menghadap Brian.

"Jadi.. kau percaya padaku, eh?" Brose berbalik, menghadap Brian namun masih berada di depan sertifikat itu. Ia menatap Brian lama ketika ia menekan saklar yang Brose kira untuk lampu namun perlahan rak rak buku itu berganti menjadi layar yang menampilkan kejadian yang terjadi seminggu ini. Matanya awas terhadap semua tayangan yang ada di layar.

Brose mendekati sebuah meja kokoh dengan aksen artistik kayu yang sangat kental, di atasnya terdapat banyak kertas berserakan salah satunya sebuah peta dengan beberapa lingkaran merah tercoret. Ia merogoh sakunya, mengambil sebuah ponsel kemudian mengetikkan sesuatu di sana.

Matanya terfokus pada layar layar di dinding, mengulang dan terus mengulang korban yang mati secara sadis tak berperikemanusiaan itu.

Korban pertama.
Tubuhnya terbakar habis namun wajahnya bersih, kuku yang dicabut menggunakan tang yang ada di samping mayat. Kuku itu membentuk susunan kata yang sama.
Matanya tertancap lilin yang menyala.

Korban kedua.
Jari jarinya setiap ruas dipotong setelah dikuliti terlebih dahulu.
Dan seperti susunan kata yang ada.

Terus belanjut hingga korban terakhir.
Tubuhnya penuh lilin.
Kulitnya sudah dikelupas dan disusun seperti sebelumnya.

"Berharap kau suka hadiahku" Brose mengucapkannya lirih, sesekali ia menghirup udara kosong di sekelilingnya.

Layar berganti dengan cctv sebuah mall ternama.
Dimana sebuah bom meledak di area mall.
Bom meledak di persimpangan jalan.
Hingga ada juga di dalam bus yang beroperasi.

Brose melempar flashdisk pada Brian. Brian menangkapnya dengan tangan sebelah kiri sedangkan yang kanan masih asik dengan cangkir kopinya.

"Kirimkan semua rekaman cctv kejadian" perintah Brose.

Brian terkekeh, "kau tak akan menemukan apapun di rekaman itu. Aku sudah mengeceknya ratusan kali"

Brose hanya diam masih memerhatikan rekaman itu. Ia yakin Brian hanya kurang teliti.

Kini ganti Brose yang terkekeh, "ada. Bahkan sang pelaku menampakan dirinya di cctv"

Burrrr!

Brian menyemburkan kopinya. Tersedak dengan penuturan Brose.

"Apa??!!"

Brose terkekeh mengedikan bahunya. Mengabaikan pertanyaan Brian.

Brose mengambil ponselnya memencet beberapa angka.

"Halo.. cari cctv yang sudah seminggu ini terkena teror. Berikan padaku besok"

Tutt

Sedetik berikutnya Brose memasang kacamata dan menekan salah satu sudut bingkai kacamata itu.

Secara otomatis apa yang ada di hadapan Brose terfoto dan tersalin dalam data di rumahnya.

Sudah dipastikan Brian ternganga dengan aksi Brose.

Brian pikir adegan seperti ini hanya ada di tv saja?

"Sudah kau salin belum cctv itu"

Brian mengangguk. Melempar flashdisk milik Brose.

Brose menangkapnya dengan mudah. Langkahnya terhenti ketika ia hendak keluar ruangan itu.

"Aku pikir kau bodoh jika meletakkan cctv ruangan ini di dekat piagam sertifikatmu. Kau takut sertifikatmu hilang?" Brose nampak berpikir sejenak, "kurasa itu hanya akan menampilkan apa yang kau kerjakan di ruangan ini bukan wajah pelaku pencuri sertifikatnya nanti"

Brian nampak bingung. Hendak bertanya namun Brose sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

Sedetik kemudian Brian melangkah mendekati sertifikatnya.

"SIALAAANNN!!!!"

^^^

"SIALAAANNN!!!!"

Teriakan frustasi Brian terdengar hingga luar rumahnya. Brose terkekeh.
Bodoh sekali dia.

Rumahnya sendiri sampai bisa kecolongan penyusup.

Iti sebabnya sedari datang ia tak beranjak dari titik itu.

Titik buta dimana sang pemilik cctv tidak akan melihat apa yang sedang Brian dan Brose lakukan.

Brose mengambil alat penyadap yang sebelumnya ada di ruangan Brian berdampingan dengan cctv penyusup.

"Lakukan yang akan kau lakukan. Aku hanya perlu menghancurkan semua rencanamu" desisnya.

^^^

Thanks buat yang baca :)

Semoga suka
Cerita ini hanya uji coba.
Jika suka tinggalkan commen maka cerita akan berlanjut :)

Salam kecup :*

DellAila

BLACK ROSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang