11

1.8K 117 4
                                    

Maaf lama update :*
Sibuk kuliah..

Happy Reading ya :*

Terimakasih 😆

^^^

"Lepaskan anak-anakku Vodka!!"

Brose menggeram. Semula langkahnya yang menggebu. Hatinya memburu.
Kini mengetahui siapa dihadapannya.
Siapa yang bersamanya.
Membuat langkah dan hatinya seketika meluruh.
Ia tak mau terburu hingga nanti buah hatinya yang akan mati.

Seutas senyum penuh kemenangan tertera pada wajah vodka.

"Aku tak akan melukainya, sayang" perlahan Vodka melangkah mendekati Brose.

"Kau tahu aku menyayanginya seperti anak-ku sendiri, meski kenyataannya bukanlah aku ayahnya. Oh.. aku sakit hati saat kau menolakku dan lebih memilih bersamanya hingga akhirnya kau diperkosa dan menghasilkan anak anak ini"

Ingatan Brose melayang. Entah kemana mencari ingatan yang dengan rapat ia tutupi. Mendengar Vodka yang menekankan perkosa mau tak mau membuatnya mengingat kejadian itu.

Brose terduduk. Tanpa sadar airmatanya merembes. Vodka melangkah semakin dekat dengan Brose.

"Kumohon jangan menangis" lirih Vodka.

Vodka menarik Brose berdiri. Mengecup bibir mungil milik Brose.

^^^

#Brose POV

Mataku membulat tatkala ia mengecup lembut bibirku. Aku mengingatnya masih mengingatnya. Meski samar ia seperti teman lamanya. Astaga. Brose berharap bukan dia yang pernah ia lukai.

Mataku terpejam. Tanpa kusadari airmataku kembali mengalir. Vodka masih dengan menggendong anakku. Tangan satunya ia gunakan untuk menarik tengkukku. Lidahnya mencoba masuk ke dalam rongga mulutku.

Masih dengan cara yang sama aku hanya menutup rapat rapat bibirku. Tak ingin kejadian dulu terulang lagi.

"Hentikan apa yang coba kau lakukan. Atau anakmu akan mati dihadapanmu" ucapnya setelah melepas pagutannya.

Aku hanya diam. Meresapi tiap kata yang terlontar.

"Hentikan semuanya" aku mengembalikan ponselku. Mematikannya kemudian menyerahkan pada Vodka agar ia percaya.

"Berikan anakku sekarang"

Sesaat aku dapat melihat senyum licik darinya. Sialan. Apa lagi yang ia inginkan.

"Anakmu akan ku kembalikan. Asalkan kau tetap ada disini. Menjadi sebuah permainan untukku"

Senyum culasnya. Senyum itu senyum yang sama seperti senyumnya.

Aku menggigit bibir bawahku.

"Oh kau masih melakukan hal yang sama ternyata. Menggigit bibir saat kau terpojok?"

Mataku membulat. Sialan. Seberapa tau ia tentangku.

"Kembalikan dulu anakku akan kuturuti semua maumu"

Aku melangkah menjauh. Sedikit mencoba rileks. Ia bukan musuh yang biasa. Harusnya aku tau sejak awal. Siapa orang lain yang sebanding denganku. Dengan Brian. Hanya dia. Dia. Orang yang sama membuatku seperti ini.

"Aku hanya tak tahu kau ternyata hanya bermain main tanpa niat serius" ujarku menyindir.

Aku melangkah. Mendekati rak buku di ruang tengah. Menyapu sekitar melihat celah agar kugunakan kabur setelah aku yakin anakku nantinya selamat.

"Kau hanya lupa. Seorang gamer sejati pun tak akan main main dengan permainannya"

Deg.

Ngilu dihati yang kurasakan saat ini.

"Tangkap ini" aku menoleh. Melihat tabung kecil ia lemparkan padaku. Dengan sigap aku menangkapnya.
Sebuah cairan bening terdapat didalamnya. Apa ini?

"Minumlah" lanjutnya, "Anakmu sudah ada dirumahmu dengan baby sisternya"

Aku menatapnya. Cepat juga cara kerjanya?

Aku membuka tutup tabung itu. Menghirupnya sekilas. Tak ada aroma apapun.

"Aku tak sebodoh itu Brose. Aku tau inderamu sangat tajam"

"Cih.. brengsek"

"Minum itu atau anakmu da.."

Aku menegaknya tanpa pikir panjang. Nanti jika aku ingin kabur akan kulakukan. Setidaknya anakku selamat.

Seketika rasa pusing melanda. Mataku memberat. Perlahan kurasakan semuanya menggelap sebelum akhirnya aku mendengar suara Vodka.

"Tidurlah.. bermain denganku nanti"

^^^

Halo.. segini dulu ya
Maaf banget..

Beneran sibuk kuliah..

Masih ada peminat ga..
Hehe

Salam hangat
DellAila :*

BLACK ROSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang