8

2.3K 146 15
                                    

Please comment biar saya tau apa kekurangannya :)

Happy reading

Warning Typo(s) detected

^^^

#Brose POV

Sepeninggal Brian aku sedikit lega. Setidaknya ia tak sadar bahwa aku hanya pura pura.
Aku sudah sadar sejak pasca operasi.
Niatnya hanya bercanda namun kenyataan berkata lain.
Ada yang aneh dengan Dom.

Flashback On

Seorang masuk ke kamarku dengan perlahan.
Langkah kakinya terdengar berat.
Kuduga pasti ia pria.
Tapi siapa?

Aku masih berusaha mendengar dengan jelas siapa ia bagaimana suaranya.
Sial kalau dalam keadaan tak berpura pura aku pasti bisa membuka mata dan melihat dia.
Mungkin aku bisa memberinya kecupan atau pelukan kalau aku mengenal? Eh

Ia memegang selang infusku. Terasa dari pergerakan infus di tanganku yabg sedikit tertarik.
Apa ia perawat disini?
Tapi bukankah mereka tahu bahwa aku sembuh dan tak harus ditambahkan cairan apapun.

Suara decitan pintu terdengar kasar.
Seseorang lagi lagi masuk dengan cepat dan terdengar gusar.

BUKK! PRANG!!

Eh? Apa yang terjadi.

"Perawat!!!!!" Suara bariton yang khas membuatku bernapas lega. Ia Dominic.
Tapi siapa yang satu lagi.

"Sudah kukatakan berulang ulang. Jangan. Dekati. Brigitta!" Suara Dom terdengar menekan pada setiap kata. Ia seperti marah? Pada perawat? Kalau ia marah pada perawat lalu kenapa tadi ia memanggil perawat? Ah. Sialan.

Pikiranku masih melayang entah kemana hingga suara itu menginterupsi semua pikiranku. Membawaku kealam sadar dimana ada sesuatu yang tak beres.

"Aku tak kan bisa menghancurkan negara ini kalau aku tak lebih dulu menghancurkan Brigitta!"

Eh? Aku? Tunggu. Apa ini ada hubungannya dengan teror itu? Itu berarti Dom terlibat?
Sialan. Akan kubunuh ia kalau sampai ada dibalik rencana ini.

"Akan kubuat Brose menjauh dari rencanamu. Dan ingat jangan dekati dia lagi!" Ancam Dom.

Lelaki itu perlahan menjauh. Beberapa langkah terdengar masuk.

"Bereskan itu semua. Maaf aku tak sengaja" Dom terdengar lebih tenang. Mungkin itu perawat.

"Vodka! Ingat kataku. Jauhi Black Rose. Ia sangat berharga untukku bahkan kau tahu itu"

"Ya. Aku tahu. Begitupun untukku"

Flashback Off

Otakku masih berusaha mencerna kalimat demi kalimat mereka.
Aku berharga untuk Dom? Oke aku tahu itu. Tapi untuknya? Vodka? Siapa dia?

Jadi benar Dom terlibat semua itu. Untuk apa? Sial semua berkas tentang kejadian ada di markas. Dan tak mungkin aku kesana sekarang.

Tunggu waktu itu Vodka memasukkan cairan ke infusku. Aku mendongak. Cairan itu sama sekali tak masuk ke tubuhku karena memang jarumnya saja tak dimasukkan ke saluran darah.

Aku mencari ponselku. Menekan beberapa angka disana.

Nada sambung terdengar.

"Halo.."

"..."

"Aku baik baik saja. Datang kemari. Bawakan segala perlengkapan. Lakukan jangan sampai ada yang tahu. Siapapun itu termasuk Dom"

"..."

Tuttt.

Kuputus sambungan teleponku. Sedikit merebahkan tubuhku. Aku butuh sedikit istirahat sebelum aku harus kembali.

^^^

Lando masuk ke ruanganku dengan sedikit kerutan di dahinya.

"Kenapa?"

Ia terkekeh pelan, "tidak menyangka kalau seorang Black Rose bisa masuk rumah sakit"

Sialan 86 kau Lando.

Aku menekuk mukaku kusut. Sungguh Lando adalah sahabatku yang terkonyol. Ia salah satu agen terbaikku.

"Pelankan suaramu. Bisa jadi bulan bulanan jika tau bahwa penghuni kamar ini adalah Black Rose yang terkenal" ujarku sombong padanya.

Bukannya berhenti ia malah semakin terkekeh, "mana mungkin mereka percaya. Yang mereka tahu Black Rose adalah gadis yang kuat. Selalu berpakaian hitam. Selalu memakai masker. Bahkan mereka hanya tahu warna bola matanya"

Aku terkekeh sarkas. Memang benar apa yang dikatakan Lando. Identitasku benar benar bersih sampai saat ini.

Aku kembali ke raut wajahku biasanya, "lalu, apa kau bawakan semuanya?"

"Hmm"

"Tutup pintunya. Kunci. Kita lanjutkan pekerjaan kita sebelum semuanya terlambat"

"Sampai saat ini, Dom memang terlibat kasus yang ada. Motifnya apa, aku belum bisa memastikan."

Ia mendesah tertahan, "Ada kemungkinan ia hanya terbujuk rayuan. Atau bahkan memang ia punya niat jahat selama ini da.."

"Tidak mungkin. Aku mengenal Dom selama hidupku. Memang dia pernah masuk penjara beberapa kali tapi aku yakin ia sudah berubah tak mungkin ia mau melakukan hal seperti ini lagi" potongku cepat.

Sialan kau, Dom. Kenapa lagi dan lagi kau memersulit dirimu sendiri.

Aku menjambak frustasi rambutku. Mengerang seketika setelah mengetahui bahwa Dom ikut campur urusan ini.

Aku mendongak menyadari sesuatu. Mengambil dengan kasar cairan infusku. Merogoh isi tas mengaduk mencari sesuatu.

Nah ketemu. Sebuah alat suntik. Aku mengambil sample cairan infusku yang sedikit berwarna lebih pekat daripada biasanya.

"Cek ini di laborat kita. Jangan sampai ada yang tahu" perintahku pada Lando.

Ia mengangguk mengerti.

Ada semburat rasa sedih di bola mata milik Lando.

"Setauku kau mati rasa terhadap apapun"

Ia sedikit tersentak menyadari pertanyaanku. Menggeleng sebelum akhirnya bercerita tentang gadis masa lalunya. (Baca cerita sepasang di work :* )

^^^

Aku memejamkan mataku. Berharap dapat tertidur malam ini. Namun bukannya terlelap justru aku terbayang kejadian sialan itu.

Entah mengapa. Aku jadi membenci gelap. Membenci air. Membenci Dom yang terlibat sesuatu yang menyesakkan.

Tanpa kusadari airmataku merembes. Perlahan menjadi kian deras. Bahuku bergetar.

"Kumohon Dom jangan lagi.. aku tak ingin kehilangannu lagi"

^^^

Hai.. thanks buat yang tetep baca hingga detik ini.
Stay tune ya.. nanti ada flashback penjelasan semuanya..
Awalnya aku ragu mau unpub..
Tapi ini demi kalian yg setia meski hanya seorang..
Wkwk..

Thanks bgt :*

BLACK ROSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang