Halooo..
For you guys buat yang masih baca.
Aku ga maksa vote deh
Tapi please.. commen biar aq tau kekuranganku :)Happy reading
^^^
Brose terbangun dengan efek sakit kepala yang masih ia rasakan hebatnya. Matanya beberapa kali mengerjap. Ia tak bisa melihat dalam gelap.
Ya ruangan itu gelap tanpa sedikitpun cahaya yang menyela masuk.
Ia mencoba bergerak. Hasil yang ia dapatkan hanya sakit disekujur tubuhnya.
Kedua tangannya di ikat pada meja yang kini menopang tubuhnya.
Sementara kakinya mengalami hal yang serupa.
Ia hanya berharap bantuan segera datang. Ia tahu didalam tubuhnya telah terpasang chip untuk mendeteksi keberadaannya. Mendeteksi keadaan tubuhnya. Kemana agent nya. Apa mereka tewas? Oh Tuhan selamatkan mereka. Pinta Brose berulang ulang."Kau sudah bangun ternyata" sebuah suara menginterupsi pergerakan Brose.
Ia terdiam. Mencari sumber suara. Ah mengapa disaat ia membutuhkan indera yang biasanya tajam kini malah melemah.
"Yang kau minum tadi. Melumpuhkan sebagian syarafmu. Terutama untuk inderamu. Kecuali syaraf yang akan merasakan sakit. Kau tau kan untuk apa nantinya?"
Sialan. Brose memang tak bisa melihat dimana Vodka. Tapi entah mengapa perasaannya tak enak.
Ia bisa membayangkan seringaian milik Vodka yang lalu.
Brose bergidik ngeri dengan imajinasinya saat ini.Ia merasakan tubuhnya bergerak. Ternyata Vodka menarik meja, entah kemana.
Suara debam pintu terdengar jelas.
Perlahan bau busuk mayat menyeruak.
Berebut dengan bau anyir khas darah untuk masuk memenuhi rongga pernapasan Brose.Vodka terkekeh pelan. Reaksi Brose sungguh diluar dugaan. Jika korban lainnya akan mual dan semacamnya. Reaksi Brose hanya biasa saja. Seolah olah bukanlah hal yang mengganggu.
Vodka menyalakan lampu seluruh ruangan. Kini Brose bisa melihat dimana ia berada.
Ruangan yang tidak terlalu besar. Dindingnya beberapa noda bercak darah ada disana.
Rak rak disudut ruangan dengan hiasan tubuh manusia yang mungkin diawetkan.Apa bocah ini waras? Batin Brose menyusup.
^^^
#Brose POV
Sialan. Kenapa aku malah terlena.
Aku menggigit bibirku tanpa sadar.
Dan itu membuat pria di depanku tersenyum culas.Apa lagi ini?
Mataku membulat tatkala ia melumat bibirku.
"Manis" ujarnya.
Sialan. Sungguh aku tak tahu berapa kali aku mengumpat karenanya hari ini.
"Bagaimana kalau kita bermain?"
Aku mengernyit. Bermain? Bermain apa?
Perlahan pandanganku mengabur. Sial. Apalagi ini. Beberapa kali aku mengerjapkan mataku.
Ya Tuhan. Kenapa Vodka menjadi dua--tidak tidak tapi tiga--eh empat.
Astaga."Kau mulai paham situasinya kan?" Sebuah pertanyaan menginterupsi ku. Ah tidak. Itu bukan pertanyaan itu pernyataan.
"Apa yang akan seorang psikopat sepertiku lakukan pada korban korbannya?"
Aku masih mencerna kata katanya.
Menelaah tiap inci per hurufnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ROSE
ActionBlack Rose. [On Going] Ia tak terlihat namun ia ada di sekitarmu. Mengamatimu. Menunggumu. Memercayainya. "Black Rose. Cara kerjaku simple. Percaya padaku." B.R Amazing cover made by @bellezmr