Halo..di awal saya sudah mengatakan bahwa ini hanya masa uji coba..
Akan unpub jika pembaca tidak suka
Dan saya sudah berjanji meski hanya 1 pembaca yang suka akan saya lanjutkan..So.. this is for you.. untuk pembaca yang menyukai cerita saya.. terimakasih dukungannya :)
^^^
Seorang lelaki terduduk di depan ruangan yang menurutnya dingin. Ruangan yang penuh aroma pine oil. Aroma yang sama ketika kamu memasuki rumah sakit.
Lelaki itu masih terduduk. Menekuk lututnya menenggelamkan wajahnya dalam lekukan kakinya.
Bahunya bergetar perlahan, ia menangis meski tanpa suara tapi siapapun yang melihat akan merasakan rasa sakit yang sama.
Flashback On
"Tolongg... tolongg.. "
Brian menghentikan laju motornya sesaat setelah mendengar seorang wanita berteriak.Brian terburu buru menghampiri wanita itu.
"Tolong adik saya komandan.. dia diculik"
Lirihnya dengan menunjuk salah satu mobil yang melaju kencang.Buru buru Brian menyusulnya dengan laju motor yang tak kalah cepat.
Flashback Off
Kini Brian merutuki hal terbodoh yang ia lakukan hendak menolong malah ketodong.
Aksi kejar kejarannya dengan mobil sang penculik.
Aksi wanita yang berteriak minta tolong hanyalah akal akalan dari Vodka.Hingga akhirnya ia harus berada di basement tadi dan membiarkan Brose menantang maut itu sendirian.
"Brose.. bukan kau yang seharusnya ada di dalam. Seharusnya bukan kau yang menghancurkan bom itu. Seharusnya.."
"Bukan kau juga Brian. Kalau kau yang biasanya tegar saja bisa sehancur ini lalu bagaimana dengan Brigitta yang sehari harinya memang hancur. Mencari pekerjaan yang menantang maut hanya demi menghilangkan ingatannya tentang masa lalunya"
Brian mendongak mengamati dari sepatu hingga akhirnya wajah pemilik suara bass itu.
Wajah yang begitu teduh. Dengan manik mata berwarna biru laut. Menusuk tajam jauh ke dalam matanya.
Brian tercekat entah mengapa pria di depannya membuat memorinya berlari menelisik masa lalunya.
Masa lalu yang sudah ia tinggalkan lama sekali.
Masa lalu yang sama sekali tak ingin ia jamah.
Masa lalu yang menyakitkan.Flashback On
"Ga harusnya kayak gitu kali, Bri.."
Brian menoleh. Adam sohibnya sudah berdiri di sampingnya entah sejak kapan.
Brian terkekeh pelan,"ya elah.. santai Dam.. habis Brigitta ga tau diri banget. Pake bilang cinta segala. Padahal kita sahabatan, gue ga mau persahabatan kita berantakan, Dam"
Adam hanya menggelengkan kepala. Tanpa ia sadari tangannya terkepal sejak tadi. Hatinya tersulut emosi. Gadis yang Brian hina adalah gadis yang ia sayangi. Namun naas cinta tak semudah yang Adam pikir.
Brigitta Rosella Adamantitte.
Sahabat Adam sekaligus Brian. Telah menaruh hati pada salah satu diantaranya. Menambatkan hatinya perlahan dengan hati hati. Namun berbeda cerita jika justru pelabuhan hatinya menolak sebagai pelabuhan bukan?
Setalah insiden penolakan Brian. Brigitta menjadi bahan olokan seantero sekolahnya. Selepasnya ia menghilang tanpa kabar.
Persahabatan mereka bertiga juga berakhir begitu saja.
Flashback Off
^^^
Setelah cerita dari Adam selesai Brian semakin merutuki dirinya. Sahabatnya sekaligus partnernya sudah ia lukai berkali kali.
"Sialan.." berulang kali Brian mendesis. Mengumpat tak peduli pada suster yang lalu lalang keluar masuk ruang Brose.
"Gimana kalo Brose kenapa kenapa, Dam" lirihnya.
Adam menghela napasnya sejenak, "sejak awal dia emang udah kenapa kenapa Bri.. kalo lebih dari ini.." Adam menghentikan ucapannya, menggantung keingintahuan Brian.
Brian mendongak. Seolah meminta kelanjutan ucapan Adam.
Adam hanya mengangkat bahunya tak tahu, "mungkin aku akan membunuhmu. Menyuruhmu menyusul Gita untuk meminta maaf padanya" ujarnya sakartik.
Kali ini Brian terdiam.
Di dalam ruangan itu. Ruangan dingin menurut siapapun. Terbaring sesosok yang Brian dan Adam sayangi. Sosok yang selama beberapa tahun lalu selalu ceria menemani mereka. Kini terbaring lemah tak berdaya.
Brigitta. Gita. Gadis itu kala smp gempal. Tak ada yang mau berteman dengannya. Ia yang selalu menyendiri di bangku taman belakang yang konon menyeramkan hingga tak ada yang mau kesitu kecuali Gita. Secara tiba tiba Adam dan Brian yang ingin merokok diam diam memilih bangku itu sebagai "markas" mereka. Brigitta tak takut pada mereka. Malah menasihati supaya tak terlalu sering merokok. Tanpa disadari mereka sudah terikat sejak saat itu. Insiden penolakan Brian atas Brigitta yang membuatnya menghilang. Hingga kini mereka dipertemukan dengan keadaan yang salah.
Brian tak menyadari bahwa Black Rose adalah Brigitta. Sudah dijelaskan bukan bahwa Ia selalu mengenakan topeng atau bahkan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Sekarang setelah ia mengetahui kenyataan. Ia merasa menyesal. Sangat.
Hatinya seakan teriris perlahan. Ngilu di situ. Tak jelas lukanya. Tapi jelas sakitnya.
^^^
BRAAKK!!
Suara dentuman pintu yang terbanting memekakkan siapapun yang berada di dekatnya.
Lelaki itu yang barusan membuka paksa pintu dengan langkah tegapnya ia berjalan gusar. Penuh amarah.
Di depannya seorang tengah duduk menatapnya seakan tak terjadi apapun.
"Sudah kubilang. Jangan sakiti Black Rose !!!" Ia memorak porandakan seluruh barang yang ada di atas meja orang itu. Tak peduli bahwa orang itu adalah orang terkeji di dunia.
Tatapannya dingin. Menatap mata lelaki itu menembus jauh ke dalam.
"Aku tak suka rencanaku gagal karenanya. Jangan halangi aku. Kau sendiri tau siapapun akan merasakan akibatnya jika berurusan denganku" ucapnya santai.
Lelaki itu menarik kerah sosok di depannya. Mencekalnya tanpa ampun. "Kalau ada apa apa dengan Black Rose" ia menarik napas dalam dalam, "kau.akan.mati.menyusulnya." lanjutnya. Dingin tanpa emosi tanpa amarah tapi terkesan lebih berbahaya.
Lelaki itu keluar ruangan dengan membanting pintu itu. Lagi.
^^^
Haii..
Gimana..Wkwk.. gaje yah..maaf ya.. :*
Siapa tahu siapa lelaki tadi?? Hayo lohh..
Hehe..Thanks buat yang masih berminat membaca :)
Salam ketjup batsah :*
DellAila
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ROSE
ActionBlack Rose. [On Going] Ia tak terlihat namun ia ada di sekitarmu. Mengamatimu. Menunggumu. Memercayainya. "Black Rose. Cara kerjaku simple. Percaya padaku." B.R Amazing cover made by @bellezmr