9

2.2K 155 2
                                    

Chapter ini bagi kalian yang masih berniat membacanya..
Terimakasih untuk dukungannya meski cerita ini tidak seberapa :)

Sesuai janji..
Part akan tetap lanjut meski hanya 1 orang yang memvote :*

^^^

Brose sudah muak dengan sandiwaranya. Beberapa hari ini ia kembali ke markasnya.

Brian? Jangan dikira ia tak mencari tahu keadaan Brose. Bahkan seluruh pasukan Kamikaze sudah hampir mendobrak tiap pintu rumah yang diyakini milik Brose.

Namun bukan Brose namanya jika ia menggagalkan setiap rencana Brian.

Ia hanya ingin kerja sendiri tanpa ada gangguan dari siapapun. Pasca ucapan Dom, Brose tak bisa memercayai siapapun selain dirinya sendiri.

Ingat dimana cairan infus milik Brose disuntik cairan aneh?
Cairan itu nantinya akan melumpuhkan setiap sel sel yang ada di tubuh Brose. Beruntung saat itu ia hanya pura pura. Bagaimana jika aksinya itu sungguhan dan ia lumpuh saat ini?

Beberapa agennya pun terpaksa ia liburkan. Hanya yang benar benar terpecaya yang ia pekerjakan.

Lando.
Troya.
Raya.
Bagas.

^^^

Suara bel yang berbunyi membangunkan tidur pulas Brose. Ia dengan enggan bangun dan melangkah menuju pintu tamu.

Bukan tidak ada pembantu. Kusus hari ini semua diliburkan. Pasalnya Brose ingin "kerja" di rumah tanpa gangguan hari ini.

"Eh bego. Katanya mau kerja malah masih pake piyama pula"

Umpatan untuk Brose dari Raya hanya di tanggapi dengan cengiran tiga jarinya. Jangan salahkan Brose jika ia masih dengan tampilan ini.

Semalam ia begadang mencari semua bukti yang ada. Dan voila! Dom memang terlibat. Hal ini membuat Brose semakin geram padanya. 

Brose menuju ruang kerja setelah ia yakin akan penampilannya. Disana sahabat sekaligus agen terpercaya milik Brose sudah menunggu.

Brose menekan tombol di sudut ruangan membuatnya merubah tatanan ruangan itu.

"Jadi gimana, Bagas?"

Merasa namanya disebut pertama kali. Ia menoleh canggung. Bagas pernah menyimpan rasa terhadap Brose. Dulu sebelum mereka harus terpisah lama.

"Brian atau Voddom" tawarnya.

Brose mengehela sejenak, "Voddom" lanjutnya singkat.

Ia masih pada posisinya. Duduk menekuk kedua lututnya. Menenggelamkan wajahnya pada kedua ceruk kakinya. Tangannya masih asik dengan cemilan manis yang ada dihadapannya.

Ingat film death note movie 3? Posisi Lawliet si L saat di sofa? Ataupun posisi  sherlock holmes saat sedang berpikir? Yap itulah posisi Brose saat ini

"Aku benar benar tidak tahu mengenai wajah Vodka" Bagas mengakhiri penjelasannya yang hanya ditanggapi anggukan oleh Brose.

Bagas hanya berani melirik Brose. Takut jika Brose memarahinya karena ia tak tahu identitas Vodka.

"Brian" ucap Brose kelewat datar.

Brose masih sibuk dengan cemilannya. Menunggu jawaban dari Bagas.

Sedangkan yang ditunggu hanya bengong tanpa tahu maksudnya.
Bagas baru menjawab setelah mendapat sikutan dari Troya.

"Sudah berhari hari ini ia mencarimu. Dan yang kutahu ia juga menyelidiki hal yang sama sepertimu. Hanya saja mengenai Dom ia belum mendapat petunjuk tentangnya"

Seketika gurat kecewa terselip di wajah milik Brose. Ia takut nantinya Dom harus mendekam di penjara dan ia akan sendiri sama seperti dahulu.

Ia mengenyahkan pikiran pikiran itu, "Raya, lanjutkan"

"Dom.. hanya ingin balas dendam.. ia melakukannya karen.."

"Cukup.. aku tau arah pembicaraanmu"

Brose tertahan sejenak. Napasnya memburu seketika. Tak memercayai apa yang dilakukan Dom saat ini.

Semua yang dilakukan karenanya. Brigitta Rosella Adamantitte.

Flashback On

Seorang gadis tengah duduk dalam sudut kamarnya yang beraroma ambers. Aroma maskulin yang terasa misterius. Gadis itu, matanya menerawang jauh ke depan. Kosong. Seakan tak ada lagi ada harapan dalam setiap hembusan napasnya.

Ia tidak menangis. Tidak marah. Tidak pula menampakan ekspresi terluka. Hanya diam tanpa suatu pergerakan selain dadanya yang memberikan efek pernapasan. Di sudut lainnya, seorang lelaki yang lebih dewasa menatapnya penuh rasa miris. Berkali kali ia menggeram tertahan, seakan ingin mengatakan sesuatu pada sang gadis. Namun, kelu yang ia rasakan sejak awal memerhatikan.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya lelaki itu. Setiap langkahnya. Setiap kata demi kata yang keluar merupakan pertaruhan bagi dirinya sendiri. Bertaruh pada gadis itu apa yang akan dilakukannya apa yang akan ia jawab setelah pertanyaan yang mungkin melukainya.

Gadis itu menoleh. Menatap lelaki tadi sejenak tanpa ekspresi. Mengetahui siapa yang datang dan bertanya, ia mengubah ekspresinya. Tersenyum.

"Brian.."  hanya satu kata itu yang bisa gadis itu katakan.

Hanya itu dan tak ada yang lain. Satu kata yang mengguncang kehidupannya belakangan ini. Bahunya bergetar seketika. Tidak seperti gadis lain yang akan menangis dengan menutup matanya, ia hanya memandang lelaki itu dan menangis. Airmata itu nampak jelas menyakitkan bagi lelaki tadi.

"Dom..akuu" Dom lelaki yang dipanggil tadi ia melangkah, mendekat. Merengkuh gadis itu dalam dekapannya. 

Dom memeluk Brigitta hati-hati seakan ia adalah porselen yang berharga. Ia tak berani menanyakan apa yang tejadi pada Brigitta. Nantinya ia yakin jika Brigitta akan bercerita dengan sendirinya. Seketika matanya membulat sesaat setelah Brigitta mengatakan sesuatu.

"Aku..."

^^^

Hai..thanks banget buat yang masih mau baca cerita yang abal abal ini..

well.. aku bener bener pemula dalam menulis. Saran maupun kritik kalian sangat dan sangat aku perlukan. 

Terimakasih..

salam

DellAila

BLACK ROSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang