2

4.7K 228 1
                                    

Semoga suka.

Happy reading !

Warning Typo Detected!!

^^^

Seseorang sedang duduk mendengarkan kicauan gadis di sana.

Ia yakin pendengarannya tak salah, ia mengulang lagi rekaman barusan.

"Lakukan yang akan kau lakukan. Aku hanya perlu menghancurkan semua rencanamu"

Sesaat senyum smirk miliknya terbentuk, "Ada yang turun tangan ternyata, meminta bantuan Black Rose, eh?" Ia terkekeh perlahan.

Suara ketukan membuyarkan lamunannya. Setelahnya decitan pintu terdengar, menandakan seseorang masuk ke ruangannya. Perlahan langkah demi langkah terdengar.

"Semua sudah siap, Vodka"

Vodka hanya tersenyum, "Ya. Lakukan besok pukul 12.00 tepat"

Ia tersenyum lagi, "sesuai pola yang ada"

"Baik. Sesuai dan tak akan gagal. Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang, Vodka?"

Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli, "mengurus korban yang harus ku sayangi"

"Pergilah, Am"

Am yang mengerti keinginan Vodka hanya permisi meninggalkan Vodka sendiri dalam ruangannya yang terkesan dingin.

^^^

Vodka membuka salah satu ruangannya.

Bau busuk menyeruak, berebut masuk memenuhi rongga pernapasan milik Vodka.

Bukannya terganggu ia malah menghirup dalam dalam aroma yang menenangkan jiwanya, yang bercampur bau logam serta anyir.

Aroma ketakutan.

Aroma penuh cekaman.

Sosok pria tengah menatapnya dengan ketakutan.
Seluruh tubuhnya terendam cairan kimia yang berbahaya.
Air keras yang didihkan.

Seluruh tubuhnya terkecuali wajahnya masih bersih.

Jangan tanya bagaimana tubuh lainnya. Hancur lebur, terbakar.

Pria itu ingin menyeruakkan suatu kalimat, namun naas lehernya sudah terbakar mungkin juga pita suaranya hancur bersama cairan kimia itu.

Mata sang pria menatap horor Vodka.
Ia merasa ditipu oleh Vodka.

^^^

Antek antek Vodka memasuki ruangan itu.
Mengangkat sang korban selanjutnya menuju meja penghabisan.

Vodka melangkah menuju loker dimana ia selalu menyimpan peralatannya.

Memilah pisau pisau, menjajalnya satu persatu pada apel yang sebelumnya ia ambil dari kulkas.

Hampir tak ada cacat pada pisau pisau miliknya. Hingga ia tertarik pada satu pisau yang terletak di sudut loker layaknya diasingkan.

Ia mengambilnya menjajalnya seperti biasa. Pisau itu bahkan tidak bisa memotong apelnya. Bukannya meletakkan kembali ia malah memilihnya.

Ia menghabiskan sisa apelnya. Melahapnya sebagai penambah energi.

^^^

Brose sampai di mansionnya dengan selamat. Meskipun ia sempat was was dengan keadaannya setelah pulang dari rumah Brian.

Merasa diikuti oleh seseorang ia sempat berputar mencari celah agar lolos dari sang penguntit.

Kini ia menikmati kumpulan kapuk yang terdampar luas di kamarnya.

Menekan tombol di nakasnya.

Sedetik kemudian kamarnya itu berubah menjadi lebih mencekam.

Jika semula dindingnya seperti marshmallow kini jangankan disandari untuk disentuhpun jangan.

Banyak duri yang keluar. Sebagai pelindungnya dari seseorang yang ia rasa sangat mengganggunya.

Bukan hanya kamarnya. Bahkan seluruh rumahnya. Jika semula adalah sebuah rumah yang penuh dengan kehangatan kini yang ada hanya suasana mencekam. Banyak jebakan. Duri duri. Kawat berduri.

Untung saja ia hanya sendirian di mansionnya.

Dengan sigap Brose memasang flashdisknya pada laptop di nakasnya. Kemudian layar televisi di hadapannya sama seperti milik Brian menampilkan adegan demi adegan yang terjadi selama ini.

Dengan remote di tangannya dan cemilan di ranjangnya Brose menyaksikan layaknya di bioskop miliknya seorang.

Jangan dipikir layar tvnya hanya satu bahkan seluruh dinding di hadapannya berubah menjadi dinding televisi.

Satu persatu layar menampilkan adegan yang berbeda. Tidak kesulitan dengan adegan itu ia mengulang adegan di layar pertamanya. Menghentikan semua adegan di layar lainnya.

Begitu seterusnya hingga satu persatu layar menampilkan hal yang mencurigakan.

Brose mengerutkan keningnya. Setiap layar kini menampilkan hal yang serupa.

Seorang anak dengan boneka di tangannya sedang bermain asik dengan seorang yang Brose sendiri tak yakin ia pria atau wanita. Hingga sang bocah tak sadar jika bahaya mengintainya.

Selepasnya sosok tadi meninggalkan gadis kecil itu tak perlu waktu lama hingga ledakan itu terjadi dan layar menghitam.

^^^

Brose tak yakin jika sosok tadi yang ia saksikan adalah dalang peneroran yang terjadi.

Pasalnya disetiap layarnya menampilkan sosok yang berbeda fisiknya.

"Sialan. Ini sih bukan melawan seseorang. Tapi melawan musuh besar"

Hampir bersih tanpa cacat di cctv yang ada. Tapi entah mengapa Brose selalu menemukan kejanggalan.

Seperti tadi. Hampir disetiap layarnya selalu ada anak kecil yang bermain lalu di tinggalkan begitu saja.

Pembunuhan yang keji? Memang!

Brose masih asik dengan cemilannya.
Hingga terlintas pikiran yang mengganggu.

Ia berjalan mengambil hasil foto yang tadi ia ambil dengan kacamatanya.

Ada yang aneh hanya saja ia tak tahu.

^^^

Vodka mendekati sang korban yang masih memiliki sisa sisa kehidupannya.

Pisaunya mengarah pada leher korban yang sudah tak berbentuk lagi.

Mulai menguliti bagian demi bagian.

Sakit yang teramat ia rasakan.
Pisau yang tak tajam hanya menambah sakit tubuhnya.

Terkadang Vodka harus mengoyak agar kulit korban mau lepas.
Atau bahkan menariknya hingga korban memejamkan mata menahan sakit.

Korban hanya bisa menatap nanar pada Vodka.

Selesai menguliti, Vodka memotong ruas ruas jari korban. Bau zat besi lagi lagi berebut memenuhi rongga pernapasan Vodka. Layaknya sepasang kekasih yang saling merindukan Vodka menghirup aroma itu.

Selesai dengan perlakuan sayangnya. Vodka keluar dari ruangan itu.
Antek anteknya masih di dalam ruangan.

"Bunuh dia. Letakkan di rumah komandan tercinta kita"

Ujarnya dengan seringai khas milik Vodka.

^^^

Thanks

Semoga suka :)

Kecup :*

DellAila

BLACK ROSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang