Part 2 - job

8.9K 447 5
                                    

Mobilnya berhenti di dalam basement gedung apartemen. Aku melihat sekeliling dengan linglung. "Dimana kita?"

Gavin keluar dari mobil tanpa menjawab pertanyaanku. Ia mengisyaratkanku untuk mengikutinya ke dalam gedung. Aku ikut keluar dari mobil dan mencoba mengikuti langkah besarnya. Gavin masih terdiam hingga di dalam lift. Aku berdiri tidak bergeming di belakangnya, memperhatikan keindahan otot punggung lelaki itu.

Ting

Gavin keluar dari lift, aku berjalan kecil mencoba menyamakan laju langkahku di sisinya. Mataku tertuju pada papan di atas lift.

12

Ohh. Lantai 12. Apa ia ingin bertemu seseorang disini? Kakinya terus melangkah hingga akhirnya berhenti di depan kamar dengan papan nomor 1304. Gavin mengetuk pintunya 3 kali. Tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka, disusul dengan pintunya dan menampakkan sosok seorang wanita hampir paruh baya yang tersenyum lembut. "Kau mampir? Silahkan masuk."

Gavin menarik sisi kiri bibirnya ke atas dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam ruangannya.

"Oh? Kau membawa gadis? Manis sekaliii, ayo masuklah sayang."

Aku mengangkat alisku. Wanita itu sangat baik dan ramah padaku. Aku tersenyum lembut membalasnya. Ia mendorong tubuhku untuk masuk ke dalam apartemennya dan mendudukkanku di sofa ungunya yang sangat empuk di sisi Gavin.

"Okeee. Baiklah. Silahkan mengobrol dulu, aku akan membuatkan kalian teh." Ucapnya dengan riang. Wajahnya bersinar, begitu bahagia.

Gavin tertawa dan mengiyakan ucapan wanita itu. Aku bisa merasakan suasana yang hangat di dalam apartemen ini. Mungkin karena wanita itu yang begitu hangat?

"Dia kakak ku."

Oh? Aku terkejut dan menoleh ke arah Gavin. Matanya yang bersinar begitu indah dari samping. Tiba-tiba Gavin menengok ke arah ku. Aku gelagapan dan menjadi linglung. "Kenapa?"

Aku menggeleng pelan. Rasanya semua darahku mengalir deras ke wajahku hingga memerah.

Gavin terkekeh. Dan itu membuatku semakin malu.

*****

"Jadi.. Ini gadis yang kau rekomendasikan?"

Gavin mengangguk. Aku menelan ludahku dengan berat. Bagaimana bisa ia merekomendasikan aku? Maksudnya, aku diberi pekerjaan? Semudah itu?

Diam-diam aku melirik wanita di hadapanku dan Gavin lagi, ia tersenyum lebar sambil sesekali menyeruput teh di tangannya. "Setelah dilihat-lihat, pilihan mu ini mungkin akan cocok memerankan tokoh itu." Katanya santai. Gavin mengangkat cangkir tehnya, "tentu saja. Dia akan terlihat sangat cocok."

Tadinya aku cukup dibuat bingung oleh kedua orang itu. Kakak Gavin, yang bernama Keyta itu ternyata mencari seorang model kecil-kecilan untuk menjadi latar model utama. Hah aku juga tidak begitu mengerti. Tapi bayarannya cukup bagus, itu akan mampu menghidupi diriku dalam sebulan. Dan tentu saja, aku menerimanya.

"Oke. Sekarang kalian pulanglah. Gadis ini harus mulai besok pagi-pagi, jadi jangan biarkan dia tidur terlalu larut malam ya Gavin."

Pipiku memerah mendengar ucapan Keyta yang terdengar seperti menasehati Gavin untuk menjaga kekasihnya. Ahhh, itu jauh. Jauh. Jauh. Jauh.

Ku lirik Gavin di sampingku, bibirnya tersungging begitu manis. Sial lah hidup ku ini. Kenapa dia begitu tampan?

**********
Akhrnya done juga chapter ini. Author butuh beberapa minggu buat ngelanjutin ini karena tugas sekolah yang bener-bener numpuk. Maafkan aku ya-,-"

Oke thanks udah baca, tolong kritiknya dan votenya ya thanks^^

Beautiful You [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang