Part 16 - Past 3

2K 131 2
                                    

Setelah dari rumah pak Burhan, Aiden berjalan-jalan kecil di sepanjang sungai musi. Dirinya belum berani untuk pulang ke rumah mengingat kondisi hubungannya dengan Gavin yang sedang 'rentan'. Pikirannya kembali berputar saat melihat Gavin melintas dengan Serra. Gadis itu terus berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan dalam posisinya. Rasa kalut menyelimuti dirinya jika pernikahannya akan gagal. Ia tidak sanggup jika harus melihat ekspresi kecewa dari wajah adik dan Ibundanya.

Di sisi lain, jika ia terus memaksa pernikahannya, bukankah ia menyakiti dua orang sekaligus?

Tapi..

Bolehkah jika Aiden egois? Hanya untuk kali ini saja. Selama ini gadis itu selalu mengalah demi kebaikan orang lain. Apakah boleh kali ini dirinya yang egois? Apakah boleh kali ini dirinya yang menyakiti seseorang. Jika diizinkan, ia juga akan mencoba mengobati luka di hati yang telah ia sakiti.

Aiden menengadah, mencoba mencari jawaban di langit sana. Ia baru sadar, sekarang langit merubah warnanya begitu cepat. Tadi pagi awannya berwarna kelabu dan bergemuruh, namun siang ini tergantikan awan biru yang menghalangi sinar terik matahari menusuk mata Aiden.

"Hey, kau."

Aiden menoleh dengan cepat dan mendapati Hydra berdiri dengan tegak di samping motor besarnya. "Ahhh-"

"Ahh?" Hydra mengikuti respon aiden, meledeknya. "Ingin ke rumah sepupu sialanku?"

Aiden terkesiap, namun gadis itu mengangguk semangat. Hydra mendecih, meledek respon Aiden yang menurutnya- murahan? Gadis tomboy itu melempar salah satu helm nya kepada Aiden. Namun raut wajah Aiden tampak berubah, ia menurunkan alisnya.

"Ada apa?" Tanya Hydra yang telah menaiki motor besarnya. "Apakah ini tepat?" Balas Aiden. Hydra mendengus nafasnya dengan sebal, "tenang saja, aku yakin mereka sudah pulang. Si sialan itu hanya sendiri di rumah." Jelasnya. "Kenapa aku harus ikut kesana?".

Ketika itu dirasanya ada raut lembut yang sekilas muncul di wajah Hydra, "entahlah, aku merasa kau lebih baik dari gadis miskin satunya."

Sebenarnya Aiden merasa ingin sekali mencakar wajah cantik sepupu tunangannya itu, namun ia yakin kata-katanya itu untuk memuji Aiden. "Baiklah. Tapi jangan ngebut."

"Aku tidak janji."

Sudah sangat lumrah ketika setiap kali Aiden bertemu dengan Gavin adalah momen yang menyebalkan atau bahkan menyakitkan, meskipun sebenarnya ada kehangatan dibaliknya. Namun kali ini berbeda. Aiden bahkan tidak sanggup untuk sekedar membuka mulutnya. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dan mematung di tempat. Hydra memutar kepalanya, ia terlihat malas juga... Resah.

Di balik pintu besar rumah Gavin, Aiden melihat sosok tunangannya itu duduk di karpet di depan sofa. Matanya terlihat berbinar dan lebih hangat dari yang terakhir dilihatnya di jembatan. Penyebab kali ini adalah bukan hanya ada gadis cantik yang ditemuinya di restoran jepang, namun juga ada sosok mungil yang begitu mirip dengan mereka berdua. Sosok kecil itu menyusun lego dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menggenggam miniatur pesawat terbang. Mereka semua tertawa selayaknya keluarga bahagia.

"Hangat." Gumam Aiden dengan sangat pelan. Berusaha untuk tidak menganggu keluarga kecil di dalam sana.

" Hey Gavin!" Teriak Hydra, senyuman sinisnya terlihat menguar dari wajahnya. Gavin dan Serra terlihat kaget dengan kedatangan Hydra. "Ah dasar kau ini, kemarilah! Temui hadiah terbesarku. Kau sendiri?" Tanya Gavin dengan senyuman yang jarang dilihat oleh Hydra yang merupakan sepupunya sendiri. Hydra berjalan dengan lambat, disusul senyuman kecil yang terlihat ragu. "Iya."
.
.
.
.

"Hangat." Gumam Aiden dengan sangat pelan. Berusaha untuk tidak menganggu keluarga kecil di dalam sana.

Aiden menoleh pada Hydra yang terlihat menutupi rasa bersalahnya dengan sikap dinginnya. Aiden tersenyum simpul, "kau harus menyapa mereka." Katanya. Hydra mengangkat alisnya, "kau?"

"Aku tidak ingin merusak suasana hangat di sana." jelas Aiden yang dijawab dengan anggukan ragu-ragu gadis di hadapannya itu. Hydra memperhatikan Aiden yang berjalan ke arah pagar rumah Gavin.

"Bahkan tubuhnya berusaha untuk tegak."

****************************************

Mohon maaf lahir dan batin ^^ Terima kasih untuk kalian semua terutama yang mengikuti jalan cerita inj:) aku sangat berterima kasih!

Beautiful You [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang