Part 15 - Past 2

2.2K 126 5
                                    

    Cukup menjadi hari yang panjang bagi Aiden. Meskipun gadis itu mengalami shock akibat perkataan Gavin, ia mencoba menahan amukannya dengan membungkam mulutnya. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga ia sampai di depan minimarket 24 jam di dekat rumahnya. Gavin sempat bersikukuh ingin mengantar Aiden hingga bertemu sang ibunda, namun gadis itu mengenggam tangan kekar Gavin dan menggeleng mantap meskipun terlihat lemah.

     Akhirnya, yak! Disinilah Aiden, minimarket 24 jam. Setelah memberikan uangnya kepada sang kasir, ia bergegas membawa mie instan cupnya dan duduk di kursi serta meja yang disediakan di depan minimarket. Malam ini sungguh dingin karena hujan lebat tadi. Aiden menggosokkan tangan lentiknya kuat-kuat, mencoba membuat kehangatan sembari menunggu mie nya matang. Ketika dirasa sudah cukup hangat, ia mulai terdiam. Pandangannya berubah-ubah, mencoba mencari titik fokus untuk menahan setitik butir bening dari dalam kelopak matanya. Ia menghembuskan nafas berat berkali-kali sembari mengangkat kedua kakinya ke atas kursi dan menyandarkan tubuhnya dengan nyaman.
     "Bukankah terlalu malam untuk duduk disini sendirian?"
     Aiden tersentak. Ia menengadahkan kepalanya dan mendapati John hendak duduk di depannya dan meletakkan mie instant cup nya di meja. "Ah- kau.." Aiden menghentikan omongannya ketika melihat John yang menatapnya dengan intens.
     "Kau bisa menceritakannya padaku." Kata John, agaknya ia melihat sesuatu yang ganjil dari Aiden saat ini. Gadis di hadapannya itu menarik ujung bibirnya, dan menarik nafas panjang sembari kembali menengadahkan kepalanya. "Tidak. Hanya saja aku ingin kau menjawab pertanyaanku tanpa kembali bertanya." Katanya.
     John mengangkat kedua alisnya sebelum akhirnya mengiyakan syarat dari Aiden. "Apakah kau mengenal seorang gadis bernama Serra?".

     Tebakan John ternyata benar, ia memutar bola matanya ke bawah dan merilekskan tubuhnya. "hey gadis kurir, pertama-tama aku ingin kau membiarkan aku bercerita untukmu, jika sebenarnya inilah yang ku takutkan ketika aku pertama kali aku melihatmu sebagai kekasih Gavin." Aiden menyerngit mendengar jawaban John. Bibirnya menahan untuk bertanya demi mendengarkan apa yang sebenarnya ingin John ceritakan padanya.

     "Apakah kau tahu jika hal yang pertama kulihat darimu itu adalah sebuah sinar keceriaan? Kau membuat suasana hangat untuk orang-orang di sekitarmu- tapi begitu juga dengan Serra. Ia adalah gadis yang sangat periang dan bisa menempatkan imej dengan leluasa. Jujur saja, aku menyukai kepribadian Serra. Dan karena aku juga lebih mengenalnya daripada dirimu, aku menganggap Serra mempunyai imej yang lebih baik darimu. Jangan tersinggung dengan itu. Setahuku Gavin juga telah melamar Serra namun dibatalkan ketika Gavin mengecewakan gadis itu. Kau bisa bertanya padanya jika ingin mengetahui alasannya."

     Ekspresi Aiden telah nampak begitu kosong ketika mendengar penjelasan John. "menurutmu, apa aku punya kesempatan?" Tanya Aiden yang lebih terdengar seperti bisikan. John terdiam sejenak, lalu pria itu mengangkat garpunya, "semua orang punya kesempatan. Bedanya, usahalah yang menentukan-" John mematung, lalu "oh- dan keputusan Tuhan." Setelah itu John memakan mie instan nya bersama Aiden dan tetap memberi semangat pada gadis yang saat ini mencoba menyantap mie cup nya yang tidak kunjung habis. 'Mie nya mengembang- lagi.' Batinnya. Ia memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah untuk memberikan ramennya kepada Banu dan sedikit makanan instan dari minimarket untuk ibunya, lalu ia kembali pergi keluar, berjalan-jalan di tengah malam menikmati macam-macam kuliner di pinggir jembatan ampera. Ketika dirasanya uangnya habis dan kantuk mulai menyerang, ia kembali ke minimarket dan tertidur di kursi pelanggan.

     Paginya, Aiden tetap memulai aktifitasnya seperti biasa. Mengambil susu di peternakan pak burhan, mendapatkan lemparan ikan gabus dari Paman Pur, dan mulai mengetuk satu persatu pintu pelanggan. Hal yang berubah ialah dirinya tidak menunjukkan cengiran lebar seperti biasanya. Pukul 10 pagi hawa dingin masih menerpa dirinya, wangi petrichore mencuat ke indra penciumannya. Aiden mendudukkan dirinya di pinggir jembatan ampera, sesekali berbasa-basi pada dirinya sendiri dengan membetulkan helm di kepalanya atau melepas tali sepatunya kemudian diikatnya lagi.

     Gavin belum menghubunginya lagi sejak kemarin sore. Sangat sulit menentukan apa yang akan dilakukan oleh Aiden. Hatinya tak karuan dan berharap tindakan yang Gavin inginkan kemarin sore menjadi angin lalu atau hanyalah candaan. Namun disisi lain gadis itu tak bisa berhenti berpikir apakah dirinya menghalangi bersatunya dua manusia yang saling mencintai? Kiranya hari ini adalah harinya untuk beristirahat untuk bertemu dengan tunangannya itu, namun Tuhan berkata lain.

     Palembang memang sedang dalam musim hujan yang berkepanjangan, dan awan mulai menggulung dengan gemuruh-gemuruh. Orang-orang mulai mengeluarkan payung atau mempercepat kakinya berjalan, dan Aiden mengangkat bokongnya dari pinggir jembatan untuk kembali pergi dengan motornya. Ketika ia siap hendak melaju, sebuah mobil yang sangat familiar diingatan Aiden muncul dari ujung jembatan dan mengarah ke arahnya.

     Angin berhembus kencang menampar tubuh Aiden. Gadis itu terpaku memandang mobil mewah yang sedikit lagi melewatinya. Tidak, bukan tentang 'wow' nya mobil tersebut, namun manusia yang ada di dalamnya.
     Tunangannya, tertawa lepas hingga kerutan di sekitar matanya mulai terlihat. Baru pertama kali Aiden melihat tawanya yang begitu tulus dan.. Indah.
     Sayangnya, tawa itu bukan karena Aiden. Gadis yang telah dilamarnya. Sosok gadis cantik di sampingnya lah yang telah mengukir tawa seindah itu di wajah tampan Gavin. Ada perasaan aneh yang merambat ke dada Aiden, gadis itu perlahan tersenyum hingga mobil berisi dua insan yang saling mencintai itu melewatinya. Tangan lentiknya memutar gas motornya, berjalan melalui jembatan Ampera.

"Wah- aku baru sadar jembatan Ampera begitu panjang." Gumam Aiden.

Beautiful You [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang