Part 12 - Hide and Seek

4.4K 208 14
                                    

Aiden Jun. Gadis itu selalu tampak semangat di setiap sesi kehidupannya. Seorang perempuan biasa dengan kelakuan biasa dan kemampuan biasa.

Sekarang ia sibuk mencari posisi hangat dengan selimut tebal yang membungkus dirinya di ruang tamu Gavin. Empat pasang mata memfokuskan penglihatan mereka ke arah gadis yang menahan ledakan emosinya tersebut. Sesekali suara isyarat canggung meluncur dari bibir John, dan suara decihan dari sepupu cantik Gavin. "Lebih baik kau mengurus pacar miskin mu yang satunya lagi. Setidaknya dia tidak lebih merepotkan dari gadis ini." tukas Hydra dengan tatapan sinis yang mengarah ke arah Aiden. Yang ditatap menutup mulutnya rapat-rapat menahan luapan emosi yang ditambah tanda tanya besar dari perkataan Hydra barusan.

"ada yang tahu bagaimana kabar nenek hari ini? Aku dan Jean akan memeriksanya ahahahahaha"

Ungkapan John tampaknya membuat suasana di ruangan itu justru semakin canggung. Ia menerima death glare penuh dari Jean dan Hydra yang sama sekali tidak digubrisnya, malah ia menyeret dua perempuan di dalam ruangan itu ke arah pintu keluar. "ohoho kami akan keluar, bro." dan ucapan basa-basi itu bahkan tidak mampu membuat Gavin bergerak. John mendesah kesal dan tetap menyeret Jean dan Hydra keluar ruangan, lalu menutup pintu besar itu dengan sedikit bantingan.

Ngomong-ngomong, itu masih tidak membuat Gavin bergeming sedikitpun.

Di hadapannya, ada Aiden yang terus-menerus menggerakkan iris matanya. Ia menghindari tatapan intens Gavin yang sangat mengintimidasinya. Apalagi dalam keadaan basah kuyup seperti itu, membuat suhu tubuhnya terus menurun.

"Dimana helm ku?" pertanyaan Aiden sukses memecah keheningan. Gavin mengedipkan matanya berkali-kali, yang kemudian disusul dengan seringai khas nya.

Aiden benci ini.

Gavin menarik rambutnya ke belakang, "kau ingin bermain?" tanyanya. Ingin sekali Aiden menggelengkan kepalanya kuat-kuat, tapi entah kenapa kepala kesayangannya itu tidak menurut dengan perkataan sel otaknya. Justru ia malah mengangguk, ragu-ragu. Gavin semakin melebarkan seringainya, "jika kau bisa menemukan helm mu dalam waktu satu jam, aku akan melepaskanmu malam ini."

Perkataan Gavin sukses membuat Aiden meneguk salivanya. Pertanyaan yang begitu banyak berputar-putar di atas kepalanya.

"kau tidak berpikir hal kotor kan?" dan seketika ekspresi Aiden berubah datar. "wah aku benar." lanjut Gavin dengan dengusannya.

Aiden mulai bangkit berdiri dan hendak meninggalkan Gavin ketika Gavin langsung langsung menarik lengan Aiden, "mau kemana?"

"MENCARI HELM KU!"

**********

Di atas sofa, Gavin terlihat menggigiti kuku jari tangan kirinya sambil membolak-balikkan halaman buku tebal di pangkuannya. Ia terlihat gelisah karna sudah hampir satu jam Aiden tidak menunjukkan batang hidungnya. "sebenarnya dia itu mencari dimana, huh? Langit?" lalu ia terkekeh mendengar ucapannya barusan. Ia kembali berfikir apakah Aiden kabur keluar dari rumahnya? Namun hal itu segera ditepis Gavin mengingat ia sudah menghubungi satpamnya untuk tidak membukakan pintu gerbang untuk Aiden.

Di sisi lain, Aiden tampak mencoba meraih-raih ke arah atas pilar rumah Gavin. Ia berhasil memanjat pilar yang cukup tinggi itu dengan sekuat tenaga, dan kali ini memfokuskan tangan kanannya meraih benda bulat yang berada di antara ukiran patung tembok atas Gavin. "sedikit lagiii.." gumamnya sambil terus menjulurkan tangannya ke arah helm itu.

"TINGGAL 10 DETIK LAGI!"

Aiden hampir melepaskan pegangannya pada pilar itu ketika mendengar teriakan Gavin dari dalam rumah. Gadis itu mendengus sebal dan mencibir, "aku sudah menemukanmu, helm." katanya sembari kembali meraih helm yang hanya berjarak sekitar sepuluh centi ujung jarinya.

"9!"

Lagi-lagi teriakan Gavin menggagalkan konsentrasi Aiden.

"8!" mendengar angka dibawah 10 membuat dirinya mencoba fokus pada helm itu lagi.

"6!"

"4!"

Tangan Aiden terus meraih-raih helm itu, "sedikiiittttt...."

"3!"

"lagiiiiiii...."

"2!"

Gadis cantik itu merasakan aliran darah pada tangannya sudah berhenti.

"1!"

Keterkejutannya ketika hitungan berakhir membuat tangan Aiden secara tiba-tiba terlepas dari pilar pegangannya. Matanya membulat dan tubuhnya bersiap untuk hantaman di lantai bawah. Ia memutar tubuhnya dan,

"Gotcha! Aku menemukanmu."

.
.
.
.
.
.
.
.

Waktu terasa seperti berhenti berputar. Aiden tetap membelalakkan matanya ketika kedua tangan kokoh menangkap pinggangnya dan menariknya mendekat pada lelaki tampan berpeluh keringat yang menetes dengan.. ehem.. seksinya.

Gavin berpegangan dengan sigap dengan tali yang menggantungkan tubuhnya ke bawah, menangkap tunangannya yang hampir jatuh berkeping-keping itu dan membawa tubuh mereka turun menginjak lantai. Tampaknya Aiden masih sedikit terkejut melihat Gavin yang masih terlilit tali temali di pinggangnya, matanya bergerak-gerak risau dan tubuhnya bergetar.

Melihat hal itu, Gavin segera melepas talinya dan mengelus rambut kecokelatan milik Aiden. "ba-bagaimana-"

Mulut Aiden terkunci dengan ibu jari Gavin yang menekan bibirnya dengan lembut, dan lelaki itu tersenyum puas. "aku sering panjat tebing, jika kau ingin tahu."

Sejenak gadis berpipi tembem itu terlihat kebingungan, namun kemudian ia mengangguk mengerti. "pakaianmu basah." ucap Aiden dengan malu-malu. Wajahnya merona akibat tubuh seksi Gavin tercetak dari balik kausnya.

Sementara Gavin justru tersenyum jahil melihat ekspresi Aiden yang tersipu. "aku mau makan." lanjut Aiden yang berusaha menyingkirkan sisi pikiran mesumnya.

"kau mau makan apa, hm? ah dan bagaimana kau bisa menemukan helm itu disana?" tanya Gavin sambil menunjuk helm lusuh di genggaman Aiden. "aaa ini? kau meletakkannya sangat jelas di atas sana." jawab Aiden dengan tangannya yang terangkat ke arah ukiran patung tembok Gavin.

Kali ini Gavin menghirup nafasnya kuat-kuat, lalu menghembuskannya dengan berat, "lalu- kenapa kau bisa berpikir memanjat pilar ini untuk mengambil benda itu?" tanyanya dengan mata yang terpejam dan suara yang sangat rendah.

"Karena aku harus mengambilnya sebelum satu jam."

"kauuu.. benar-benar! Aku mau makan roti bakar!" tukas Gavin cepat seraya berjalan cepat menjauhi Aiden.

"ah! Tapi aku ingin makan mie ayam!"

"Roti bakar!!"

***************************************

maafkan aku semuanya karena sudah berbulan-bulan gak update-_- ini dikarenakan sibuk persiapan kuliah, karena kuliahku juga di Bandung jadinya sibuk pindahan juga hohoho dan kondisi fisikku naik turun, gak stabil.

Besok aku mulai kuliah, hayo mana yang seangkatan😂😂 semangat ya yang mau kuliah!!

MAKASIH BANYAK YANG UDAH NUNGGUIN CERITA INI SUMPAH DEH GATAU HARUS MAKASIH SEBANYAK APA HUHUHU😍😍😍😍 makasih juga yang udah vote yaaa, dan semoga kalian menikmati baca cerita iniiii hehehe

Sekali lagi, maafkan keterlambatanku yang amat sangat ya muah :**

Beautiful You [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang