Haruskah?

22.3K 1.4K 3
                                    

Key mengamati dirinya di pantulan kaca kamarnya. Dia harus segera berangkat ke sekolah. Key turun dan sarapan bersama mama dan papa nya.

"Bang Dicky mana mah?" tanya Key saat sudah duduk di meja makan.

"Masih diatas, sayang." jawab mamanya lembut.

Bang Dicky, kakaknya tersayang itu emang orang yang paling males bangun pagi. Ganteng sih, tapi kebo nya naudzubileh. Tapi Key sangat menyayangi abangnya itu. Karena Dicky selalu menjaga dan menyayangi Key.

"Dek!" Dicky mengagetkan Key. Tapi bukan Key yang kaget malah kedua orang tua nya. Kedua orang tua nya memang kompak, Haha.

"Bosen bang, gitu aja terus tiap pagi sampe negara api menyerang!" jawab Key malas

"Yaelah dek, pagi pagi udah lemes aja lo. Mikirin cowok ya?" jawab Dicky ceplas ceplos.

Key malah langsung teringat dengan Cal. Key belum bisa memutuskan langkah apa yang dia ambil.

Dengan cepat Key berdiri lalu pamitan kepada orang tua nya juga kakaknya. Hal itu membuat Dicky bingung. Apa yang terjadi pada adik kesayangannya itu? Dia harus segera mencari tau.

•••

Key baru saja selesai menceritakan semuanya pada Dinda. Inilah alasannya cepat cepat berangkat.

"Menurut gue, lo tetep wajib mesti harus berangkat siang ini! Gak usah mikirin Cal, dia pasti dateng kok walaupun ada lo. Gak mungkin lah dia gak dateng" respon Dinda.

"Gitu ya? Oke deh. Doain gue ya" jawab Key.

Key menghela nafasnya karena dia sudah mengambil keputusan. Tiba tiba kepalanya terasa berat. Tapi Key mengabaikannya.

•••
Key baru saja selesai berganti pakaian dan segera menuju ke lapangan. Dia melihat Cal disana dan bernafas lega. Sebisa mungkin dia tidak berhadapan dengan Cal untuk hari ini.

"Kumpul!!" seru coach david.
"Seperti yang kalian tau, hari ini bakalan diadain seleksi buat tim inti sekolah. Silahkan pemanasan dulu."

"Siap coach!"

Key melihat Cal berlari ke arah utara. Key memutuskan ke arah selatan. Yaps, key harus menghindari Cal.

Setelah beberapa lama, seleksi dimulai. Tim putra terlebih dahulu. Key memerhatikan Cal dari jauh. Cal sangat ahli. Dia pasti masuk tim.

Sekarang giliran tim putri. Key berdoa semoga dia bisa masuk ke tim dan dia juga berdoa semoga Cal tidak melihatnya.

Seleksi selesai. Sekarang akan diumumkan hasilnya.

"Tim putra, Dion,Calvin,Bagas,Fendi,Galuh,Dimas,Daniel"

"Tim putri, Selena, Christin, Fafa, Aulia, Chintya, Key."

Seketika Cal menoleh ke arah kerumunan tim putri. Cal menatap tajam ke arah Key. Key langsung menundukkan kepalanya. Dia memejamkan matanya karena kepalanya tiba tiba kembali pusing.

"Tim ini akan mewakili sekolah pada turnamen dua bulan lagi" ucapan terakhir coach david.

Mereka bubar. Tapi Key tak bergeming, dia masih menundukkan kepalanya.

"Jadi, gue ditipu?"

Key terlonjak kaget mendengar suara itu.

"N-nggak" jawab Key gugup

"Lo kayak baru abis ketauan nyuri" sinis Cal.

"Maaf.." jawab Key masih menundukan kepalanya.

"Gue yakin lo bakal tetap ada di tim. Jadi gue yang harus keluar?" tanya Cal.

Key langsung menatap Cal sambil mengelap keringatnya sebentar.

"Jangan.."

"Jadi, lo yang keluar?" tanya Cal tegas.

Key terdiam. Apa yang harus dia lakukan? Dia benar benar tidak bisa mengambil keputusan disaat seperti ini.

"Jawab!" sentak Cal keras membuat Key memejamkan matanya.

Key menahan nafasnya saat pusingnya semakin hebat.

"G-gue.."
"Sial! Apa susahnya jawab?! Lo gagap hah?!" potong Cal.

"Gue pingin ikut tim" jawab Key.

"Cih." Cal membalikkan tubuhnya.

"Heran gue! Kenapa lo selalu ganggu gue! Gue gak pernah ganggu lo ya! Sumpah, gue sebel eh bukan. Gue benci banget sama lo. Lo it.."

Bruk!!

Cal langsung menoleh saat dia mendengar suara benda jatuh.

Key ambruk. Cal refleks menghampiri Key.
"Gila, panas bener badannya." batin Cal

"Key, lo kenapa?" tanya Cal

"Dingin.." lirih Key sambil memejamkan mata.

"Dingin? Tapi badan lo panas gini" jawab Cal mulai panik. Dia tidak tau apa apa soal pertolongan pertama. Sedangkan sekarang hanya ada mereka berdua.

Key tidak menjawab. Dia terlihat menahan sakit. Cal lalu menempatkan Key di punggungnya.

"Jangan pingsan dulu." ucap Cal sambil menggendong Key. Key hanya mengangguk pelan

"Cal.."
"Jangan keluar dari tim ya.." ucap Key pelan

"Apaan sih? Lagi sakit juga!" jawab Cal agak marah.

"Jangan keluar.." ulang Key lagi sambil sedikit mencengkram tangan Cal. Pusingnya semakin kuat.

Akhirnya Cal sampai ke mobilnya. Cal meletakkan Key dengan hati hati.

"Biar gue aja yang keluar. Lo jangan." ucap Key saat Cal memasangkan seatbeltnya.

"Ntar aja dibahasnya" jawab Cal

Key mengangguk lalu mulai tidur. Mungkin pusingnya akan hilang.

Key terbangun saat merasa tubuhnya tergoyang.Cal membangunkannya

"Rumah lo dimana?" tanya Cal
"Turunin di halte depan aja" jawab Key. Key tidak ingin merepotkan Cal. Key menolongnya saja dia sudah bersyukur.

Cal mengangguk.
Sesampainya di Halte, Key segera turun setelah mengucapkan terima kasih.

Cal melajukan mobilnya dan Key mulai berjalan ke rumahnya.

"Key pulang.."
"Wah, anak mama sudah pulang" sambut mama Key.

"Kamu pucat bangey Key." ucap Mamanya sambil menatap Key khawatir

Key hanya tersenyum lemah.

"Gimana seleksinya?" tanya mama Key.

Key menggeleng. Ya, dia tidak akan memberi tau mamanya. Karena dia akan keluar tim. Key sudah mengambil keputusan saat berjalan ke rumah tadi.

Cal sudah menolongnya tadi, tak masalah jika dia keluar dari tim. Toh dia masih bisa main basket.

"Ya sudah, tidak apa apa Key. Kamu istirahat ya, nanti mama anterin obatnya ke kamarmu."

"makasih ma" Key mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar Key menjatuhkan dirinya ke kasur dan menarik nafas berat.

"Semoga keputusan ini bener. Besok harus langsung bilang ke coach david" batin Key

Lalu Key mulai memejamkan matanya.

My Love, Mr. SarcasticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang