-chapter 8- ( 1 ) : Meet Cazzo by MarioBastian

2.9K 106 2
                                    

note : karena ceritanya panjaaaaang banged, akan dibagi jadi beberapa page biar ga susah bacanya. Yang pasti keren banged hehehe... selamat menikmati!!!
----------------------------------------

"Yogyakarta tuh kayak gimana, sih?"

Untuk pertanyaan yang satu ini, aku nggak perlu mikir dua kali untuk angkat bahu. Seumur hidup aku nggak pernah pergi ke Yogya. Mungkin pernah satu atau dua kali waktu umurku tiga atau empat tahun, tapi aku kan nggak ingat sama sekali. Bahkan saat aku meng-Google kota Yogyakarta dan mendapat gambaran eksotis berupa candi, tugu dan bangunan-bangunan tua, aku masih belum bisa membayangkan bagaimana kota Yogya sebenarnya.

"Kamu bilang kamu punya temen di sana. Siapa namanya?"
"Adam."
"Nah, itu. Namanya bagus, ya? Kayak nama orang pertama di dunia ini."

Aku nggak mengomentari pernyataan Bello yang terakhir, tanganku terlalu sibuk melipat sleeveless abu-abu untuk kumasukkan ke dalam suitcase.

"Baju kayak begitu mau dibawa ke Yogya?" Bello menyipitkan mata.
"Buat tidur aja," sahutku. "Lagian di sana kan panas. Kali aja aku butuh satu atau dua baju yang nggak bikin gerah."
"Aku, mau panas mau dingin, bajuku tetep seksi... Cuma kain doang." Dan Bello pun tertawa.

Kalian tahu siapa Bello?
Bello adalah cupid peliharaan Granny yang sudah tinggal di sini sejak bertahun-tahun lalu. Dia sendiri nggak tahu pasti sudah berapa lama dia di sini karena kemampuan "menghitung hari"-nya benar-benar buruk. Bahkan, nama Bello itu dia karang sendiri. Pertama kali berkenalan denganku, dia langsung menyebut nama "Bello" untuk dirinya sendiri. Dan setelah aku google apa itu Bello, ternyata artinya "Ganteng" dalam bahasa Italia.

Sudah satu minggu berlalu sejak Bello masih pura-pura jadi si Kunti, lalu merangkak keluar dari meja riasku, dan akhirnya ketahuan bahwa kuntilanak di rumahku selama ini palsu. Sejak saat itu kami jadi sahabat dekat. Atau lebih tepatnya, cupid yang satu ini terus menerus melayang di sekitarku dan mengajakku ngobrol. Tapi setiap Granny lewat, dia bakal berubah bentuk menjadi kuntilanak dan aku dipaksa menjerit ketakutan supaya kelihatan masuk akal.

Meski secara fisik Bello kelihatan seperti cupid, dan Bello memang bersikeras bahwa dia adalah cupid, di mataku dia hanyalah makhluk halus tukang melayang yang sering bikin heboh lewat penampakan-penampakan. I mean, definisi dari cupid pun sepertinya dia nggak tahu. Panah dan busur emas yang sehari-hari menggantung di punggungnya kelihatan nggak berguna karena sama sekali nggak dipakainya.

"Emangnya kamu nggak ada kerjaan ngejodohin orang-orang gitu? Kenapa setiap detik ngebuntutin aku terus?" tanyaku suatu hari—waktu aku kesal karena Bello melayang-layang terus. "Cupid kan mestinya nembakin orang-orang biar jatuh cinta."
"Aku sih gimana perintah Bos-ku," jawab Bello. "Gimana Nanny."
"Dan kenapa bentukmu kayak cowok dewasa, hah? Mestinya kan cupid tuh balita, for God's sake... kamu tahu akibatnya buat aku waktu ngelihat cowok telanjang bulat, cuma ditutupin kain putih doang, melayang-layang di sekitarku, kadang-kadang aku takut ada angin berhembus dan kain itu ngangkat atau apa, lah..."

"Aku nggak bilang ke Nanny kalo kamu gay, kok—"
"Bukan soal itu!" Aku memutar bola mata. "Soal fisik kamu ini... kenapa bukan balita lucu?"

Bello diam sejenak. Kemudian mengangkat bahu. "Aku juga penasaran," katanya kemudian, "Kenapa begitu, ya?"

Sampai saat itu, aku masih yakin cupid adalah dewa mungil lucu yang tugasnya mempersatukan manusia lewat cinta. Tapi sejak Bello muncul dalam hidupku, mengklaim dirinya adalah salah satu dari jutaan cupid yang tercipta (aku bahkan baru tahu cupid jumlahnya jutaan), aku jadi punya keyakinan baru... cupid memang dewa mungil lucu, tapi kadang cupid tuh tolol. Khususnya cupid yang satu ini. Mungkin Bello agak-agak konslet waktu diciptakan, begitu?

KADANG CUPID TUH TOLOL (KCTT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang