-chapter 8- ( 2 ) : Meet Cazzo by MarioBastian

2.6K 90 1
                                    

"Grrr... What is the benefit of lying about it, for God's sake?" Aku lalu meletakkan tasku ke atas kursi dan berniat pergi ke toilet. Tapi Cazzo tiba-tiba membantingku duduk, menahan tanganku, menggenggamnya dengan keras... dan mukanya pucat.

"Lo jangan main-main, Bro!" bisiknya ketakutan.
"Main-main apa? Udah, ah. Aku mau ke toilet dulu."
"Lo jangan nakut-nakutin gue lah pake ngebilangin kita bakal naik pesawat itu!"
"Siapa yang nakut-nakutin? Aku cuma ngasih tahu yang sebenernya."
"Lo tuh jahat, bro! Tega banget sih ma gue!"

Aku menyipitkan mata. "Kenapa sih kamu? Kamu takut naik pesawat baling-baling?"
"Bukannya takut, Bro! Gue nggak pernah takut sama apa-apa!" Tapi Cazzo menelan ludah. "Tapi itu pesawat kan nggak aman! Lo mau pulang ke rumah tinggal nama, hah?"
"Siapa bilang pesawatnya nggak aman? Itu buktinya barusan pesawatnya landing dengan selamat di atas runway. Berarti pesawatnya aman, kan?"

"Gimana kalo lagi terbang tiba-tiba baling-balingnya lepas?!" Cazzo agak depresi sekarang. "Lo nggak mikirin perasaan gue, hah?"

Astaga...

"Cazzo," ujarku hati-hati. "Nggak ada hubungannya antara baling-baling sama keamanan pesawat. Kalo lagi terbang tiba-tiba baling-balingnya lepas, nggak cuma bakal kejadian sama pesawat baling-baling doang, pesawat jet lain pun bisa aja mesinnya lepas dan pesawatnya jatuh. Kita nggak bisa nentuin pesawat itu aman atau nggak dari baling-balingnya!"

"Tapi pesawat itu ancur banget, bro!" Cazzo bergidik ngeri. "Gue nggak mau naik yang itu!"
"Terus mau naik apa?" tuntutku. "Mau naik kereta api aja, ke Yogya?"
"Enak aja! Naik kereta ama siapa?!"
"Tuh, yang di belakang pasti rela naik kereta api ama kamu."

"No way!" Cazzo menggenggam tanganku lebih keras, sampai kupikir tulang telapak tanganku retak-retak. "Gara-gara lo tuh pake naik pesawat segala! Lo mesti tanggung jawab! Lo nggak boleh jauh-jauh dari gue mulai dari sekarang! Awas lo kalo lo pergi!"

-XxX-

Akhirnya tiba juga di hotel!
Aaaarrgghhh... Sudah berapa lama aku bertahan dalam perjalanan ini? Tiga jam? Empat jam? Rasanya seperti sudah seharian!

"Bisa dilepas sekarang?" tanyaku ketus sambil menatap Cazzo. "Ini udah di hotel."
"Oh." Cazzo akhirnya melepas tanganku, meski dari sudut matanya dia kelihatan nggak rela.
"Tutup pintunya sekarang," lanjutku, "sebelum trio macan itu masuk! Mumpung mereka lagi beres-beres!"

Aku meletakkan semua barang-barang kami di dekat ranjang dan mulai memisahkan keperluan basic di atas meja. Cazzo masih mengamati kamar hotel yang kami tempati, memandang keluar jendela dan berkomentar soal pemandangannya yang jelek.

Sekarang sudah pukul setengah empat sore, agak di luar jadwal kami gara-gara keterlambatan pesawat tadi siang. Kelompokku menginap di Sahid Raya Yogyakarta Hotel, sebuah hotel yang lumayan jauh dari pusat kota semacam Malioboro atau tempat wisata budaya lainnya. Tapi better, lah. Daripada kami mesti sehotel sama Esel, aku mending pilih hotel pinggir kota sekalian.

Selama dua jam terakhir, percaya nggak, kalo orang yang menyebalkan dalam hidupku adalah Cazzo? Esel kalah, deh. Sejak aku bilang soal pesawat yang bakal kami naiki, Cazzo jadi parno nggak ketulungan. Dia terus menerus memegang pergelangan tanganku dengan kuat, seolah aku adalah anak kecil yang dipegang orang tuanya karena takut lenyap atau tersesat di keramaian. Sialan. Kalau dipikir-pikir lagi, aku kelihatan kayak orang bodoh.

Saat aku pergi ke toilet ruang tunggu, Cazzo masih tetap memegang tanganku. Saat kami boarding, meski Esel berusaha keras memisahkan kami—dan somehow aku setuju dengan Esel untuk kali ini—Cazzo tetap bergeming. Meski Cazzo digelayuti fans-fansnya selama kami berjalan di apron, tanganku masih belum mau dilepasnya. Hingga akhirnya kami duduk di pesawat, Cazzo masih cemberut, malas menatap mukaku tapi tanganku nggak dilepasnya sekalipun.

KADANG CUPID TUH TOLOL (KCTT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang