Kadang Cupid Tuh Tolol! Chapter 9 (4) -chapter 9- (4) by MarioBastian

2K 97 1
                                    


Ruangan ini, jujur saja, makin lama makin menyeramkan. Bayangkan ini: nggak ada jendela sedikitpun, ada lubang ventilasi kecil di dinding sebelah sana, tapi ruangan ini tetap terasa lembap, seperti berada dalam gua penuh lumut. Ada peti mati besar menempel di dinding, dan di seberangnya diletakkan kursi goyang tua yang sudah dihiasi jaring laba-laba. Great. Sekarang aku benar-benar ada di film horror! Di sudut lain ruangan kecil itu ada beberapa meja kecil, dan rangka ranjang besi tanpa kasur, seperti ranjang rumah sakit, tapi minus kasur. Di dindingnya pun terletak beberapa foto berpigura cantik, yang untuk kali ini tidak kukenal siapa modelnya.

Aku mengelilingi ruangan itu dengan jantung berdebar kencang. Rasa takutku seimbang dengan rasa penasaranku. Sebagian otakku memerintahkan untuk berlari, sementara sebagian lagi berteriak, "Tunggu sebentar lagi! Mungkin kamu bisa menemukan petunjuk!" Aku meraba ranjang itu, dingin. Menatap meja-meja kecil di sekitarnya, dan akhirnya penasaran dengan apa yang ada di dalam peti mati itu.

Di sana nggak ada mayat, kan?
I mean, nggak mungkin ada mayat dibiarkan membusuk di sana tanpa ada bau bangkai sedikit pun di seantero rumah. Mungkin itu peti mati yang disiapkan Granny atau apa gitu, mungkin peti mati itu disimpan di sini karena tempat ini dianggap gudang.

"Udah, biar aku yang gantiin."

Tiba-tiba kudengar suara anak kecil masuk dari pintu. Aku berbalik dan jantungku mencelos. Tubuhku langsung bergidik ngeri sampai-sampai aku mematung ketakutan. Kedua hantu anak kecil yang sering muncul di kamarku kini ada di depan pintu. Anak kecil yang memakai baju lengkap dan yang hanya bercelana pendek saja.

Mereka tampak ketakutan. Si anak tukang nangis masih tetap terisak-isak, menyusut hidung dengan kaus Power Ranger-nya dan dengan panik menoleh ke belakang berkali-kali. Sementara si anak topless menarik tangan anak berkaus ke arah kursi goy—

Tunggu!
Interior ruangan ini sudah berubah!

Aku memekik tertahan ketika menyadari aku sudah berada di dunia lain! Ya! Ini bukan tempat yang kukunjungi sepuluh detik lalu! Ini tempat lain!

Luas ruangannya masih sama, hanya saja ada dua jendela di ujung sebelah sana. Jendela itu begitu terang sampai-sampai aku nggak bisa melihat ke luarnya. Lalu peti mati tadi sudah lenyap, digantikan ranjang besi yang dipasangi kasur dan ada seprai Pokemon membalutnya. Kursi goyang tadi posisinya masih sama, hanya saja tanpa jaring laba-laba. Lalu di sudut ruangan berdiri lemari kayu jati yang kokoh, dengan cermin besar di pintunya, dan aku....

... aku nggak bisa melihat bayanganku di cermin lemari itu!

"Gimana tadi si Bapak bilang?" tanya si topless.
"Ya kayak biasa, disuruh ke belakang aja." Anak yang berkaus mengusap-usap pipinya, menghapus bekas airmata. "Aku takut."
"Kamu tenang aja," topless memeluk anak berkaus dengan erat, "kalo si Bapak masuk ke sini, aku yang gantiin kamu."

Anak berkaus menggeleng. "Jangan! Kamu nggak tau rasanya kayak gimana!"
"Nggak apa-apa," tukas si topless. "Dulu aku sering disiksa sama tetangga aku kalo aku nakal ama ayam-ayam mereka. Aku bisa lah, ngadepinnya. Aku juga suka diajarin pencak silat sama pak Kiyai, kalo-kalo ada yang nggak beres entar."

Si anak berkaus masih menggeleng-geleng tak rela.

Aku mengepalkan tanganku, ketakutan dan kebingungan. Kedua anak kecil itu berada hanya satu setengah meter dariku. Keduanya sedang bersembunyi di balik kursi goyang dan keduanya gemetaran. Mereka tampak lebih hidup sekarang, nggak pucat seperti biasanya.

Ketika aku baru hendak menyapa mereka, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan ini.
DEG!
Sial.
Itu Pak Darmo!

"Ooh, jadi kalian suka sembunyi di sini, ya?" katanya.

KADANG CUPID TUH TOLOL (KCTT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang