Kadang Cupid Tuh Tolol -chapter 1-

5.7K 92 6
                                    

by MarioBastian

Tanda mengenakan sabuk pengalaman sudah menyala. Seorang flight attendant muncul dari Baggage Holds yang memisahkan Pax Cabin dan Cockpit. Sambil berjalan kembali menuju kursinya di belakang, dia juga memastikan semua penumpang telah mengenakan sabuk pengamannya.

What a short flight! Aku bahkan belum menyantap in-flight meal-ku.

Seumur-umur, baru sekarang aku naik scheduled flight yang penerbangannya kurang dari 20 menit. Dan baru di flight ini pula snack yang dibagikan hanya sekedar roti mungil dan segelas air putih. Oke, anggap saja aku sedang naik LCC, jadi aku nggak perlu komplain soal in-flight meal-nya.

Selama pesawat descending, aku menatap keluar jendela dan mengamati kota Bandung yang penuh dengan atap berwarna merah-oranye. Sudah bertahun-tahun aku nggak ke sini. Berapa tahun, ya? Sepuluh, mungkin? Aku sudah lupa dengan actual condition-nya. Dalam pikiranku hanya ada flashback sedetik dua detik tentang tempat tinggalku dulu, tapi aku nggak bisa merangkumnya menjadi satu ingatan yang utuh.

Aku ingat tentang pohon jambu yang penuh ulat. Aku ingat lapangan besar terdapat banyak ilalang tinggi. Dan oh, sungai kotor itu, aku masih ingat pernah main di sini. I just... don't have any idea about other things around. Atau at least, aku masih inget sungai kotor itu ada di sebelah mananya rumahku, deh—but I'm not. I'm totally clueless.

Aku meninggalkan kota Bandung, in fact: the country, untuk kemudian tinggal di New Jersey. Aku betah amat sangat tinggal di sana. Tapi bukan berarti aku melupakan bahasa Indonesia lho. Mom and Dad bicara "Bahasa" di rumah, bahkan saat dinner. Dan kalau aku sudah sebal sama cowok bully di sekolahku, aku sering ngata-ngatain mereka dalam bahasa Indonesia yang purely mereka nggak ngerti. Aku bahkan dapat vocab baru dari temenku Adam (orang Yogyakarta) tentang kata "alay". Dan begitu aku menyeru, "ALAY!" pada James, cowok yang kubenci di sekolah, mereka takut, karena mereka pikir, aku sedang memantra-mantrai mereka dengan jampi-jampi Asia Tenggara yang sakti.

Untung saja James nggak pernah googling kata tersebut.

Bandung kali ini bakal menjadi tempat tinggalku lagi. Mom and Dad meninggal di California dalam sebuah perjalanan bisnis. Ya, aku yatim piatu sekarang. Dan itu sudah terjadi sejak tiga bulan yang lalu. Tapi berhubung aku nggak punya "real" relatives di Amerika, aku diminta untuk pulang ke Indonesia dan tinggal bersama nenekku di Bandung. Aku sempat bolak-balik Kedubes RI supaya tetap diizinkan tinggal di sana, tapi ternyata permohonanku ditolak. Aku harus pulang ke Indonesia supaya aku mendapat custody yang terjamin. I mean, orangtuaku boleh saja wafat, tapi nenekku masih ada, bukan? Nah, si orang Kedubes ini yang keukeuh agar aku pulang ke Bandung tinggal bersama nenekku, daripada luntang-lantung sendirian dan mencoba bertahan hidup di Amerika.

Well, sudahlah. Mungkin memang harusnya begitu.

This might be the hardest week I have ever been through. Harus ninggalin Amerika, ninggalin semua temenku di sana, menjual semua property (karena nggak semuanya bisa dibawa ke Indonesia), dan bahkan buatku ini lebih parah daripada kehilangan orangtuaku. Aku menangis nyaris setiap hari. Membuat Lilly, tetanggaku, bolak-balik ke rumahku untuk menenangkanku. Dan detik-detik saat aku harus melewati gate departure di JFK, saat Lilly membisikkan, "You'll be alright, Dear. Everything is gonna be alright," adalah saat-saat terberat. Aku memeluk tetanggaku yang baik hati itu dan mencium aroma lavender-nya yang khas untuk terakhir kalinya.

Sejak penerbangan Amerika-Indonesia yang kulalui 30 jam yang lalu, aku merasa hampa dan kosong. Aku bahkan nggak menyantap in-flight meal-ku. Baru saat tiba di Cengkareng subuh tadi, bertemu dengan Adam, satu-satunya sahabat dari Indonesia yang kukenal di dunia maya (dari situs manjam, to be exact) aku merasakan secercah semangat. Dia membawaku keliling Jakarta, mengajakku makan di Sushi Tei, dan mengantarku ke next flight-ku yang berangkat dari Halim Perdanakusuma.

KADANG CUPID TUH TOLOL (KCTT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang