All About MagicAll About Magic-chapter 10- ( 3 )

1.6K 87 1
                                    

Jangan lupa voment ya guys... Love you all 😘😘😘

Happy Reading

"Bang?" panggilku.
"Ya?" Dia mendongak, tersenyum manis dan kembali meramu sausnya.
"Jadi kenapa kemarin mesti tinggal di Cimahi berminggu-minggu, hah?"

Tidak dijawab lagi. Bang Dicky kembali ke aktivitasnya, tanpa perubahan ekspresi wajah, tanpa perubahan gesture menjadi kesal atau marah. Mulutnya tetap diam seribu bahasa untuk pertanyaan yang satu ini. Seolah setiap aku mengajukan pertanyaan itu, dunia menjadi hening untuknya. Dia benar-benar nggak mau jawab.

Aku menunggu sekitar lima menit. Sampai Bang Dicky menyalakan kompor, bersiap memanggang tuna cincang, dan mengolesi panggangan dengan mentega. Dia bahkan memintaku mengambilkan merica di rak dekat kepalaku, dan nyengir menggemaskan, tapi sama sekali nggak membahas 'topik' itu.

Jelas, dia nggak mau membahas itu.

Aku sedikit kecewa melihatnya. Bagaimanapun juga kan aku butuh alasan. Apa lagi aku sudah mengesampingkan tindakan-tindakan menyebalkannya kemarin dan lebih memilih kangen saat melihat dia di workshop tadi. Mestinya aku dihargai dengan diberikan penjelasan jelas untuk pertanyaanku itu. Aku kan nggak minta lebih.

"Dicky kangen bikinin makan malam buat Agas." Bang Dicky meninggalkan panggangan dan menghampiriku. Dia naik ke atas konter, duduk di sampingku, dan merangkulku ke pelukannya. "Yang Dicky bikin sekarang, spesial."

"Emang bang Dicky bikin apa?"
"Tuna saus stroganoff."
"Emangnya ada? Stroganoff kan ditumis, bukan dipanggang. Dan stroganoff tuh daging sapi."
"Ah, siapa bilang mesti ditumis dan mesti daging sapi?" Bang Dicky mencubit hidungku. "Terserah chef-nya dong, mau dipanggang atau mau dibikin dari ikan."

Aku menikmati saat jemari bang Dicky yang bercampur antara bau kayu dan bawang itu mencubit hidungku. Sedikit pun aku nggak ilfeel sama bau bawangnya. I mean, bau bawangnya kan karena memang sedang memasak.
Lagi pula, aku malah melebih menikmati saat Bang Dicky tanpa sadar menarikku lebih dekat ke pelukannya barusan.

Ini nih yang aku inginkan tadi. Bersandar di bahunya yang lebar, mencium aroma tubuhnya yang khas... menatap detail kulitnya, dan...

"Terus apa yang spesial?"
Bang Dicky tergelak dan turun dari counter. Dia mengecek panggangannya lalu nyengir manis ke arahku.
"Spesial karena Dicky bikin ini buat Agas," jawabnya, sambil menepuk-nepuk dada bagian kirinya. "Dari sini."

-XxX-

Dan ya... ini memang spesial.

Meskipun nggak nyambung. I mean, aku pernah makan Beef Stroganoff asli. Dari Rusia. Maksudku, ada orang Rusia pindah ke New Jersey, dan di welcome party-nya dia menyajikan Beef Stroganooff. Orangnya asyik, dengan mata besar dan kulit seputih salju. Mungkin bersaing lah dengan Bella Swan, tapi orang Rusia ini better karena kulitnya merona saat terkena sinar mentari New Jersey.

Aku nggak ingat namanya. Semua nama orang Rusia nggak bisa aku ingat dengan baik. Kecuali Vladimir Putin, mungkin. Dan Anna Kovakovakova... pemain tenis itu, pokoknya. Nah, seingatku, sauce stroganoff nggak seperti yang dimasak Bang Dicky ini.

But then, who cares?
Tuna Stroganoff ini tetap spesial!

Bang Dicky duduk di ujung meja makan. Sudah mandi, sudah berpakaian, wangi sabun dan tampak bersih. Sedikitpun nggak kelihatan seperti orang yang memukul sahabatnya sendiri dan akhirnya sang Ibu memukulnya, dan semua orang sebal padanya, dan dia nggak mau jawab pertanyaanku.

Astaga, Agas. Lupakan.
Lupakan obsesi untuk tahu segalanya tentang masalah yang sedang terjadi.
Bukankah dengan dia ada di sini dan bersikap manis sudah sangat cukup?

KADANG CUPID TUH TOLOL (KCTT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang