All About Magic-chapter 10- ( 11 )by MarioBastian

1.7K 91 3
                                    


Dengan bahu berguncang aku membereskan mejaku dan langsung berlari keluar kelas. Semua murid menatap prihatin, tapi mereka nggak berbuat apa-apa. Mukaku merah karena malu dan hatiku terluka. Bagaimana bisa seorang guru melakukan itu padaku? I mean, bagaimana bisa seseorang melakukan itu padaku? Menjebakku dengan menjelek-jelekkan guru Fisika supaya aku dikeluarkan dari kelas. Dan kenapa juga dia nggak meneliti tulisan itu, for God's sake! Aku berani Sumpah Pocong untuk membuktikan bahwa itu BUKAN tulisanku. Akan kukumpulkan semua buku pelajaranku, membandingkan satu persatu tulisanku dengan tulisan jelek tersebut. Kalau perlu panggil ahli graphology!

Tanpa kusadari, airmata menetes menyusuri pipiku. Langkahku terus maju melewati kelas-kelas di sepanjang koridor, tapi aku tak tahu arahku ke mana.

Siapa yang peduli dengan Guru sialan itu?! Siapa yang peduli dengan CIS sialan ini?! For God's sake, aku bahkan sudah lama ingin keluar dari sekolah menyebalkan ini! Sekolah terkutuk! Bilang saja sama Headmaster supaya aku dikeluarkan! Sekarang kalau bisa!

Aku tiba di halaman belakang dan duduk di atas benchpark di bawah pohon flamboyan. Untuk bermenit-menit lamanya, aku menangis. Hatiku tersayat dipermalukan seperti itu. Hatiku teriris menanggung malu untuk sesuatu yang nggak pernah kubuat. Bahkan aku nggak mendapat kesempatan untuk membela diri!

Sampai sekitar setengah jam lamanya, akhirnya aku bisa menguasai diri. Aku menghapus airmataku yang memang mulai kering dan mulai melamun dengan pikiran ruwet. Bahkan, aku berencana meminjam uang jutaan Zaki untuk pindah ke Amerika dan hidup di sana. Atau kalau bukan Amerika, di mana saja deh yang lebih toleratif dari pada CIS sialan ini! Atau kalau perlu, aku akan pinjam dari Bang Dicky saja. I mean, jelas dia bakal lebih kaya raya dibandingkan Zaki.

Aku masih nggak tahu motif apa yang membuat Bang Dicky menggaji Zaki sebesar itu. Tapi aku percaya, aku bisa saja meminjam uang Bang Dicky untuk pindah sekolah dan keluar dari kota sialan ini. Aku bisa jadi kurir kayu! Apa susahnya?

"Nah, ini orangnya!" Mrs. Asshole muncul di halaman belakang bersama seorang satpam CIS yang badannya besar. Apa lagi sekarang, batinku. Mereka lalu menarikku ke gudang dan melemparkanku sapu lidi besar yang biasanya kulihat di film nenek sihir. "Sudah saya duga, anak itu pasti mangkir dari hukumannya! Nah, pak, sekarang bapak jaga anak ini supaya dia melakukan hukumannya. Perhatikan dia. Awasi dia. Kalau perlu, bapak tampar aja anaknya kalau berhenti nyapu. Biar tau rasa! Biar dia bisa tobat! Biar dia inget Tuhan! Dan bapak juga hati-hati, jangan sampe bapak tertular kutukan anak ini! Hiiii!!"

"Siap, Bu!" Satpam itu lalu menarikku ke halaman terdekat dan langsung memaksaku menyapu.

Aku sekarang mirip sinetron-sinetron pathetic yang pernah kutonton di TV beberapa minggu yang lalu. Bahuku terus berguncang sekuat apa pun aku menahannya untuk diam. Aku ingin sekali menangis lagi, tetapi menahan agar nggak menangis benar-benar sulit. Aku nggak mau kelihatan kayak wanita payah di sinetron-sinetron itu... tapi apa daya, memang begini kok rasanya. Memang airmataku ingin keluar begitu saja.

Mrs. Asshole lenyap dari koridor sambil mengangkat dagunya. Si Satpam mendekatiku dan melemparkan senyuman. "Yang tabah ya, Dek. Guru yang satu itu emang begitu. Jangan dimasukin dalam hati."

Oh, ternyata satpamnya baik hati.

Aku berusaha tersenyum meski bibirku berkedut-kedut ingin menangis. Sambil menyapu, satpam itu malah membantuku mengumpulkan dedaunan dan membawakan tong sampah besar.

"Nanti masukin aja ke sini, bersihin sampe situ aja. Udah gitu kamu bisa istirahat," ujarnya. "Ini bukan kasus pertama. Dan saya juga bukan pertama kali disuruh ngawasin anak yang kena hukuman. Nah, silakan sekarang lanjutin sapu-sapunya."

Bel istirahat berbunyi dan satpam itu malah pergi ke posnya. Aku melanjutkan menyapuku sambil berjuta kali mengutuk Mrs. Asshole supaya dibakar di neraka... eh, bukan, kebagusan. Supaya setiap hari, setiap dia berangkat sekolah, ada seseorang yang mengulitinya, lalu memanggangnya, dan menyiramkan air keras ke mukanya... atau apa pun itu.

KADANG CUPID TUH TOLOL (KCTT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang