Corn : [3]

631 31 0
                                    

Capricorn

Corn : [3]

[-]

Sudah setengah jam tadi, jari-jari lentik Cale dengan gesit berkutat diatas LKS, membunuh waktu dengan mengerjakan soal-soal yang ada disitu. Omong-omong, jam pelajaran kali ini free. Sesuatu yang sangat Cale benci, karena ia bingung mau apa. Teman sebangkunya, Anya juga tidak masuk. Biasanya, Anya akan bercerita tentang sesuatu yang menurutnya patut dibahas. Lumayan untuk membuang kejenuhannya, mendengar omongan Anya yang bermutu atau yang tidak.

Akhirnya, ia pergi ke kantin.

Cale memesan jus jeruk dan batagor, lalu duduk tenang dan makan. Jarak tiga meja, Keneal dengan Virgo dan Ghailan duduk disitu. Cale melirik sekilas dengan ekor matanya. Mengangkat bahu acuh, namun ia sempat mencuri dengar percakapan mereka bertiga.

"Lo berdua udah tau orang yang ngisengin gue?" Tanya Keneal pada Virgo dan Ghailan.

"Nggak, kita udah cari tapi nggak nemuin. Ya udahlah, lupain aja." Jawab Ghailan enteng.

"Nggak, gue nggak bisa. Apalagi—" ucapan Keneal terpotong,

"Halah, biasa lo juga cuek bebek." Celetuk Virgo yang sedang enak makan bakso.

Keneal berdecak, "Gue juga nggak tau, tapi beneran gue pengen tau banget siapa yang berani banget ke gue."

"Lupain, lagipula—eh itu cewek siapa?" ucapan Virgo terhenti ketika melihat Cale. Merasa dirinya yang dimaksud, Cale hanya diam saja dan lanjut makan.

"Siapa?" Tanya Keneal. Ia menoleh, di ikuti juga oleh Ghailan.

Ghailan hanya manggut-manggut, "Cale," ucapnya.

"Heh? Cale?" Virgo membeo. Tangannya mengambang di udara, memegang sendok yang berisi bakso nya.

"Iya, kalo nggak salah dia sepupu Gemini,"

"Gebetan lo?" Tanya Keneal. Ghailan hanya mengedikkan bahu.

"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Keneal dan Virgo.

"Cantik. Gue gebet ah," ucap Virgo spontan, yang jelas bisa di dengar oleh Cale. Keneal menggetok kepala Virgo.

"Otak lo! Dasar player." Cibir Keneal. Virgo tidak peduli, sedang Ghailan, daritadi sibuk melulu dengan ponselnya. Entah hal apa yang ia lakukan dengan ponselnya itu.

Keneal menatap Cale lekat-lekat. Mungkin Cale tidak sadar ataupun merasa, tapi Keneal tiba-tiba mengernyitkan dahinya.

'Kenapa gue begini? Jantung... kenapa abnormal? Aneh,'

[-]

Memutar-mutar ponsel, kegiatan yang dilakukan Keneal saat ini, ngomong-ngomong. Pikirannya sibuk tentang 'kenapa jantungnya berdetak cepat' tadi saat di kantin.

'kenapa gue bisa kaya gitu? Aneh,'

Ghailan menepuk pundak Keneal, membuatnya terlonjak, kaget. "Ngapain lo bengong? Kesambet apaan?" oke, Ghailan benar-benar sahabat paling menyebalkan, selain mulutnya yang kadang pedas mirip cabe keriting.

"Nggak pa-pa. hanya—nggak jadi."

Ghailan menaikkan alis kanannya, "Lo aneh." Lalu ia menenggelamkan kepalanya di bangku, tidur. Omong-omong, hari ini kelas banyak yang kosong, yang malah bikin sedikit gabut untuk Keneal, mungkin.

"Elah, Ghai. Bentar lagi pulang, lo malah mau ngebo." Tukas Keneal yang masih memutar-mutar ponselnya.

"Jangan panggil gue, Ghai. Kesannya mirip sama 'gay'. Harusnya, gue ganti nama gue jadi Ghalan aja." Tandas Ghailan yang Keneal kira sudah tidur.

"Kan nama lo, emang. Kenapa protes, deh? Yang ngasih 'kan bonyok lo juga,"

"Udah, ngapain bahas nama gue. Jangan ganggu gue, gue mau bogan."

"Bogan? Apaan?" Tanya Keneal dengan kerutan di dahinya.

"Bobok Ganteng," jawab Ghailan datar.

Keneal berdecak, geli mendengar jawaban Ghailan. "Lo udah ketularan Virgo, nih. Tau istilah alay segala."

[-]

"Eh, lo!"

Cale bersiap membuka pintu mobilnya, ketika suara seseorang menginterupsinya. Ia memutar kepalanya, dan melihat Keneal berjalan kearahnya.

'cowok tebar pesona,' cibir batinnya.

"Ada apa?" Tanya Cale to the point, ketika Keneal sudah ada di hadapannya.

"Weitss, basa-basi dulu kek," canda Keneal yang langsung di hadiahi tatapan datar.

"Cepetan, gue mau pulang." Balas Cale dingin.

"Oke-oke, gue mau ngajak kenalan lo, 'kan gue belum kenal. Nama gue Keneal, siapa tau lo belum ngerti. Nama lo?" Keneal mengulurkan tangannya, mengajak salaman.

Cale hanya menatap Keneal tanpa ekspresi, lalu menjabat uluran tangannya. "Cale," jawabnya singkat. Dia segera melepaskan tangannya, lalu membuka mobil, namun terhenti karena tangan Keneal menahannya.

"Apa lagi?!" ucap Cale kesal.

"Minta nomor lo." Itu bukan permintaan, tapi terdengar seperti pemaksaan.

Tersenyum miring, Cale mengenyahkan tangan Keneal. "You wish," tandasnya.

Ia langsung memasuki mobil dan meninggalkan Keneal yang terbengong mendapat jawaban dari Cale.

"Shit! Pertama kali gue ditolak. Sama cewek es batu pula!" umpat Keneal. Ia mengacak rambutnya, seperti frustasi jika di lihat-lihat.

Virgo dan Ghailan datang, menepuk pundak Keneal. "Gimana? Dapet nggak?" Tanya Virgo langsung.

"Apanya yang dapet, gue ditinggal yang ada." Sungut Keneal.

Ghailan menepuk pundak Keneal berkali-kali, "Sabar, bukan rejeki lo." Dan ia tertawa.

"Awas aja lo! Pokoknya lo berdua harus bantuin gue dapet nomor Cale."

"Tenang aja, nanti gue minta sama Gemini," jawab Ghailan enteng.

"Awas kalo nggak!" Keneal menatap tajam Ghailan, sedangkan yang ditatap hanya mengangguk saja, mengiyakan.

"Bro, yok cabut." Suara Virgo menginterupsi keduanya.

Akhirnya tiga serangkai itu meninggalkan sekolah. Yang jadi pertanyaannya, untuk apa Keneal meminta nomor Cale?

[-]

27/01/2016

Regards,

-Lina

[a/n]

Aku update dua part. Sebenernya aku masih punya tiga draft, tapi yah nggak mungkin di publish semuanya. mungkin seminggu lagi... mungkinn...

Di mulmed itu Cale. :) Keneal menyusul.

hmmh.. hmh..

thanks for reading. :)

CapricornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang