Corn : [5]

543 26 0
                                    

Capricorn

Corn : [5]

[-]

Sudah daritadi senyuman idiot tercetak di wajah Keneal. Ia bersiul sambil merapikan rambutnya didepan cermin. Hatinya lagi berbunga-bunga, mungkin itu istilah yang pas untuk menggambarkan suasananya saat ini.

Ia menuruni tangga rumahnya masih dengan senyuman idiot itu, tidak lupa dengan siulannya. Bahkan adiknya, Piscella memandang heran tingkah kakaknya yang sangat aneh pagi ini.

"Lo nggak gila 'kan, kak? Daritadi senyum mulu, perlu gue periksain ke dokter ngga?" Tanya Piscella yang heran. Ia masih bingung kenapa pagi ini kakaknya sangat berbeda. Takutnya kakaknya kesurupan atau yang lainnya.

"Lo kira gue sakit? Pakek di periksain ke dokter? Gue masih sehat dan waras." Jawan Keneal sembari duduk di ruang makan. Ia mengambil roti yang sudah terhidang diatas piring, dan memakannya.

"Ma, Kak Ken lagi kesambet nih. Bawain dokter, siapa tau perlu." Tukas Piscella pada Mama-nya yang datang dengan membawa dua gelas susu.

"Nggak Ma, Cella ngaco. Yang bener aja, gue kece begini dibilang kesambet."

"Ken, Cella. Nggak usah ribut, selesein sarapan kalian." Tegur Mamanya.

Keduanya diam, meneruskan sarapannya. Piscella yang sudah dulu menghabiskan sarapannya, segera meneguk susunya hingga tandas.

"Gue bareng lo, Kak." Ucap Piscella seraya meletakkan gelas susunya.

"Enggak-nggak. Bawa mobil sendiri." Tandas Keneal tajam.

"Mobil gue disita Papa, kalo nggak ngapain juga minta bareng sama lo, Kak."

"Makanya jadi cewek jangan banyak ulah. Syukurin," ejek Keneal. Ia segera menghabiskan susunya, lalu beranjak.

Setelah berpamitan dengan Mama nya—Papa nya lagi diluar negeri—ia segera menuju garasi, di ikuti Piscella dibelakangnya. Keneal sudah duduk di kursi kemudi, dan disampingnya Piscella sudah duduk cantik dengan ponsel di tangannya.

"Emang lo buat masalah apa lagi, sih? Sampe Papa nyita mobil?" Tanya Keneal sambil menyalakan mobil, dan melajukannya.

Piscella mendengus, "Gue Cuma nolongin temen yang teraniaya, pakek dipanggil ke BP juga. Makanya, Papa nyita mobil."

"Lo berantem lagi?" Tanya Keneal lagi, dan dijawab Piscella dengan mengedikkan bahu.

Keneal hanya mendecakkan lidahnya.

[-]

"Cale!"

Cale mengalihkan fokusnya dari buku yang dia baca, memandang seseorang yang memanggil namanya, yang kini sudah duduk disampingnya.

"Ada apa?" tanyanya. Ia menatap Anya, teman sebangkunya sekaligus sahabatnya—selain Gemini tentunya—yang sedang membetulkan posisi duduknya.

"Lo tau? Gue tadi..." ia tidak melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba seulas senyum ada di wajahnya, dan Anya seperti (terlihat) membayangkan sesuatu.

Cale menunggu Anya melanjutkan ucapannya, ia mengangkat sebelah alisnya. Tapi sepertinya, Anya tidak berniat. Akhirnya ia acuh, dan fokus lagi dengan bukunya. Membiarkan Anya dengan aktivitasnya saat ini—melamun tidak jelas—dan tersenyum sendiri.

"Gue tadi diajak berangkat bareng sama Kak Leo. Gue excited!" ucap Anya akhirnya.

"Dan lo udah meleleh." Tandas Cale tanpa mengalihkan pandangannya..

Leo, atau lengkapnya Leonard Dirga Ferdianz, kakak kelasnya yang berada di angkatan tahun kedua. Sebenarnya Anya sudah lama suka dengan Leo. Sejak saat itu, sejak SMP dulu, karena mereka berdua satu sekolah. Tapi, nasib Anya tidak begitu baik. Anya hanya bisa menyukainya diam-diam, dia tidak mengambil resiko di dampret ala fans pangeran Leo yang bejibun.

CapricornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang