Corn : [7]

400 20 5
                                    

Capricorn

Corn : [7]

[-]

"Besok ikut Mama sama Papa ya, Cale."

Cale yang sedang menyendok makanannya pun terhenti. Ia lalu menoleh kearah Mama nya, lalu kearah Papa nya.

"Kemana?" tanyanya sembari memasukkan satu sendok makanan kedalam mulutnya. Ia mengunyah sambil menunggu perkataan berikutnya oleh Mama nya.

"Rahasia, deh. Tapi kamu harus tampil cantik, entar Mama yang beliin bajunya."

"Ketemuan sama temen Papa?" tebak Cale. Ia masih dengan tenang memakan makan malamnya kali ini. Cale sebenarnya agak curiga, bagaimanana pun kalau dia di ajak bertemu dengan teman-teman Papa atau Mama nya, Mama nya tidak pernah menyuruhnya agar tampil cantik atau sekedar membelikan bajunya. Biasanya, ia yang melakukan semua itu sendiri.

"Kelihatan banget, ya?" Mama nya bertanya pada Papa nya yang sedari tadi diam saja, mendengarkan percakapan mereka berdua. Tidak menyahuti ataupun menimpali.

"Bukan kelihatan lagi, Ma. Mungkin Cale udah curiga."

"Cale bukan mau di kenalin sama anak temen Papa, 'kan?" pertanyaan Cale membuat kedua orang tuanya tersedak. Mereka buru-buru mengambil gelas air, dan langsung meneguknya. Sebenarnya percuma saja menyembunyikan sesuatu dari Cale, karena Cale itu seperti cenayang. Bisa menebak tanpa di beritahu dulu, mungkin.

"Nggak, siapa bilang? Mama sama Papa nggak ada niat begitu," Mama nya buru-buru menjawab.

"Bisa aja, 'kan." Jawab Cale dengan mengangkat kedua bahunya.

[-]

Suara gedoran pintu kamarnya membuat Cale mendecakkan lidahnya. Dia yang sedang santai membaca novel horror nya sangat terganggu banget. Dengan enggan, ia berjalan malas menuju pintu kamarnya. Ia membuka pintu, dan terlihatlah Gemini berdiri didepan kamarnya dengan mata sembab sehabis menangis, mungkin?

"Lo kena—" perkataan Cale terpotong ketika tiba-tiba Gemini memeluknya. Terdengar isakan dari bibirnya. Cale mengerutkan dahinya, kenapa?

"Ada apa?" Tanya Cale. Ia berusaha menjaga nada suara nya agar terlihat lembut sedikit. Jarang-jarang dia melihat Gemini datang kesini dengan keadaan menangis.

"Sebaiknya lo duduk di kasur gue. Gue ambil minum dulu," sia-sia Cale menjaga nada suaranya, karena yang keluar dari bibirnya tetap saja bernada datar.

Gemini mengangguk, ia segera berjalan menuju ranjang Cale. Sedangkan Cale, ia pergi ke dapur mengambil air dingin untuk Gemini. Sebentar kemudian, di tangannya sudah ada satu gelas air dingin dan beberapa coklat. Katanya, coklat dapat membuat mood yang buruk jadi baik. Tapi entahlah, itu benar atau tidak.

Cale menutup pintu kamarnya. Ia segera menyerahkan air dingin itu pada Gemini, "Minum dulu." Suruhnya.

Gemini menerima air dari tangan Cale, lalu meminumnya. Ia juga menerima coklat yang dibawakan Cale.

"Sekarang ceritain." Ucap Cale setelah dirasa Gemini sudah lebih baik.

Gemini menggigit bibir bawahnya, "Gue nggak tau mau mulai darimana, Cale."

"Pelan-pelan aja."

Ia mengangguk, "Tadi sebenernya gue bukan mau ke rumah lo tadi, niatnya gue mau jalan—"

"Sama Ghailan?" potong Cale. Gemini mengangguk mengiyakan.

"Kita rencananya mau ketemuan di café, tapi nggak tau kenapa Ghailan tiba-tiba ngebatalin. Sebenernya gue kecewa sih, tapi yaudahlah. Lalu gue tetep aja ke café yang niat awalnya emang mau di jadiin tempat ketemuan tadi. Tapi—"

CapricornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang