Corn : [2]

934 35 2
                                    

Capricorn

Corn : [2]

[-]

Mungkin kemarin adalah hari paling menyebalkan dan tersial yang dialami Keneal. Sekedar dihukum atau diomel guru-guru tidak masalah. Itu hal kecil yang kecil dan terlampaui sering ia lakukan bersama dengan teman-temannya.

Tapi kali ini menyangkut dengan image-nya. Semua juga tahu tidak ada yang berani dengan Keneal, walau sekedar mengerjai. Popular, tampan, disegani, siapa yang berani melawannya? Tapi kemarin, sepertinya Keneal harus menekan urat malunya.

Seperti sekarang, Keneal mencak-mencak di ruang khusus untuk dirinya bersama Virgo dan Ghailan. Sejak tadi, dibibirnya sudah meluncur puluhan kata sumpah serapah dan makian. Ia tak rela begitu saja dirinya menjadi korban pembullyan, menurutnya omong-omong, yang membuat image-nya seketika luntur.

"Gila! Yang bener aja, berani banget tuh orang sama gue. Cari mati kali!" sungut Keneal berapi-api. Demi apapun, image dan harga diri adalah hal utama yang ia agungkan dan ia junjung tinggi-tinggi.

"Gue nggak akan tinggal diem. Pokoknya lo berdua harus bantuin gue nyari tuh orang iseng. Sialan! Gue nggak rela."

Keneal meremas kaleng yang ada ditangannya, "Seenak jidat banget ngusilin gue!" sambungnya lagi.

Virgo dan Ghailan hanya memandang tingkah Keneal yang mirip cewek kehilangan keprawanannya dan hanya menggelengkan kepalanya. Mereka berdua membiarkan Keneal ngomong tidak jelas dulu, nanti kalau capek juga berhenti sendiri. Biarkan dia mengeluarkan lava yang ada di kepalanya dulu.

Karena sudah capek ngomong dan mencak-mencak tidak jelas, Keneal berhenti dan duduk di sofa. Ia mengambil kaleng minuman bersoda dan meminumnya. Dia membuang napas.

"Udah? Cuma segitu aja?" ucap Ghailan akhirnya.

"Sialan lo! Sahabat lagi begini, Cuma gitu aja tanggepan lo. Nggak guna banget." Keneal menjawab dengan sinis.

Ghailan hanya tersenyum simpul, sedangkan Virgo sudah ngakak dengan jumawanya. Ia memegang perutnya, setelah akhirnya berdeham, "Emang lo nggak ngerasa atau apaan gitu pas lo ditempelin kertas istimewa itu?" tanyanya setelah berhasil meredamkan tawanya.

"Istimewa pala lo! Yang ada kertas laknat. Lo kan tau sendiri, gue tidur tuh nyenyak banget,"

"Gaya lo nyenyak, emang dasarnya lo itu ngebo sok-sokan bilang nyenyak," celetuk Ghailan yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Terserah apa kata lo," ucap Keneal kesal. Dirinya juga pasti akan kalah sama Ghailan.

"Oke-oke, gue tau lo ngebo. Tapi yang pengen gue tanyain, lo ngerti nggak sama anak-anak yang ada di perpus kemarin? Nggak harus ngerti sih, cukup sama orang yang nggak jauh sama tempat lo tidur. Misal, sebelahan rak gitu kek,"

"Nah, masalahnya itu! Gue pertama masuk tuh Cuma mastiin si penjaganya ada atau enggak. Bisa berabe kalo gue ketauan. Setelah yakin gue mastiin nggak ada, gue langsung aja nyelonong masuk, terus tidur." Jelas Keneal.

Ghailan berdecak, "Kebiasaan," ucap Ghailan dan Virgo barengan.

Keneal hanya mendengus.

[-]

Cale duduk terdiam dipinggir kolam renangnya. Setengah kakinya ia celupkan ke kolam itu. Di telinganya terpasang earphone. Ia bersenandung kecil mengikuti alunan lagu.

Getaran ponselnya yang ada didalam saku celananya cukup mengganggunya. Ia mengambil ponsel itu dan mengecek satu pesan dari Gemini, sepupunya.

From : Gemerisik

CapricornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang