Corn : [8]-A

404 18 0
                                    

Capricorn

Corn : [8]

[-]

"Bro, entar malem ayo ke rumah gue. Gue punya film horror terbaru," suara Virgo memulai saat mereka bertiga duduk bareng di kantin. Keneal dan Ghailan menoleh kearah Virgo, mereka berdua hanya mengangguk sebagai jawaban.

"EH, GUE NGGAK BISA!"

Suara pekikan tiba-tiba dari Keneal membuat Ghailan dan Virgo tersedak. Mereka berdua buru-buru mengambil es jeruknya.

"Anjir lo!" umpat Ghailan.

"Lo tai banget, nggak usah gito juga kaleee," gerutu Virgo.

Keneal meringis, "Sori, tapi gue nggak bisa dateng. Entar malem ada acara,"

"Acara apa emang? Tumben lo," Tanya Ghailan. Ia sekarang sedang memakan bakso nya, dengan tangan sebelah kirinya memegang ponsel. Ampun, bocah itu tidak bisa menjauh dari yang namanya ponsel akhir-akhir ini.

"Iya, acara apa?" Virgo membeo ucapan Ghailan.

"Nggak tau, katanya sih makan malem gitu. Gue Cuma di suruh ikut sama bonyok." Jawab Keneal. Ia menyeruputes jeruknya, sambil mengedarkan matanya ke seluruh penjuru kantin. Barangkali, ia melihat Cale bersama temannya yang namanya Anya, atau apapun itu.

"Cie, Keneal ciee." Olok Virgo.

"Cie, bang Keneal mau dinner, cie," tambah Ghailan.

"Pasti mau di kenalin cewek nih sama bonyok, cie."

Begitulah kata 'cie' disalah gunakan oleh kedua cowok itu. Keneal tidak menanggapi, ia hanya mendengus. Matanya berbinar ketika melihat Cale dan Anya yang memasuki Kantin. Kedua cewek itu duduk, lalu Anya berdiri lagi, yang di perkirakan Keneal pasti ingin memesan.

Melihat Cale sendirian, ia segera bangkit dari tempat duduk nya, dan menghampiri Cale.

Cale yang sedang bermain dengan ponselnya pun mendongak ketika seseorang duduk di hadapannya. Ia segera memasang wajah datar sedatar-datarnya tembok, ketika Keneal memasang senyum sejuta watt-nya untuk Cale.

"Hai, Cale." Sapa Keneal.

"Hmm,"

"Tau nggak? Kemarin-kemarin Piscella cerita ke gue," Keneal mulai berceloteh.

"Hmm,"

Dasar Cale! Hanya gumaman saja untuk responnya pada Keneal. Ia masih saja fokus pada ponsel yang ada di genggamannya. Tidak peduli dengan Keneal yang ada di hadapannya, sekarang.

"Dia bilang, waktu ke toko buku, dia ketemu lo. Bener ya?"

"Hmm,"

"Lo kok ham hem mulu aja, sih! Mulut tuh digunain buat ngomong Cale," protes Keneal yang sedari tadi tidak ditanggapi oleh Cale.

"Hmm,"

Karena gemas, akhirnya Keneal mencubit kedua pipi Cale, yang membuat si empunya melotot garang padanya. Cale menatap dingin Keneal yang cengengesan padanya. Ia kemudian memukul kening Keneal dengan sendok yang ada di depannya. Membuatnya mengaduh.

"Ya ampun! Kepala gue masih berharga Cale, asal main mukul aja. Kalo mukul, pakek bibir aja, dengan senang hati gue bolehin, kok."

Cale tidak menanggapi, ia hanya menggerutu dalam hati karena Anya tidak kunjung datang-datang. Duduk semeja dengan Keneal bukanlah hal yang ia inginkan, lebih baik ia duduk dengan singa. Sudah jelas jika ia duduk dengan singa, ia beresiko di makan. Kalau dengan Keneal, cowok itu pasti akan melakukan hal-hal yang diluar ekpetasinya, yang bisa saja membuat kepala yang berisi otak encernya itu meledak.

CapricornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang