Tin.
Bunyi klakson mobil terdengar sedikit nyaring dari luar rumah. Ana membuka pintu gerbang dengan tergesa gesa.
"Maaf,Den siapa ya?"
"Temen Gladys"
"Oh yaudah Den,masuk aja langsung"
Ia memarkirkan mobilnya,lalu turun dari mobil menuju pintu rumah tersebut.
Saat melangkah masuk ke rumah itu,ia sedikit terkagum kagum dengan gaya rumah tersebut. Tidak terlalu mewah,tapi sangat luas. Rumah ini lebih mewah dari rumahnya sendiri.
"Ehm,"
Suara deheman itu membuatnya menoleh,"Eh—permisi,Om"
Harris tersenyum ramah, "Kamu anaknya Veron Achaari,bukan?"
"Iya benar,Om"
"Wah kebetulan sekali. Saya sahabat Papa kamu lho. Kita juga teman bisnis."
Ia tersenyum lebar. "Wah iya ya om? Saya baru tau hehe"
"Mari duduk nak,kita ngobrol di sana saja biar lebih enak"
.
Tok tok.
"Non Gladys!"
Gladys membuka matanya sedikit.
Ia melihat ke arah jam weker nya.10.00 AM
Ternyata udah pagi ya,batinnya.
"Non Gladys!!"
Ia mengusap wajahnya kasar. Lalu turun dari tempat tidur dengan malas,dan membuka pintu kamarnya,"Apa sih Ana?!"
"Eh—Anu,ada teman Non datang kesini. Dia di ruang tamu,Non"
"Non mau nge date ya? Ciee ciee"
Gladys berdecak kesal,"Sok tau. Namanya siapa?"
"Uhm—gatau Non,dia ga nyebutin namanya. Tapi ganteng banget Non! Asli saya ga bohong!"
"Lebay. Yaudah suruh tunggu aja."
Cklek.
Gladys menutup pintu,lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mandi.
Setelah mandi,ia memilih milih baju untuk di pakai nya. Ia terlihat bingung ingin memakai baju apa.
Alah ngapain bingung sih,orang cuma jalan biasa kan bukan ngedate,pikirnya.
Gladys mengambil baju croptop berwarna hitam bergaris putih dan celana pendek berwarna hitam. Ia mengambil tas selempang nya warna hitam serta sepatu kets putih. Setelah siap,ia segera turun ke bawah.
Dari tangga,ia melihat dua laki laki sedang berbincang bincang sambil terkadang tertawa. Ia pikir,pasti salah satu nya itu Papa nya. Tetapi siapa yang satu lagi? Ia susah melihatnya karena lelaki itu duduk membelakangi nya.
"Hm."
Suara deheman yang sedikit kencang membuat mereka menoleh.
"Eh Gladys. Sudah siap?" tanya Papa nya.
Gladys hanya menganggukkan sedikit kepalanya. Ia menoleh pada satu lelaki yang duduk di sebelah Papa nya itu.
"Dani?"
Ia berdiri dan menatap Gladys sambil senyum serta sedikit menahan tawa.
"Ngapain nahan nahan ketawa kayak gitu?" tanya Gladys jengkel.
Dani mengangkat alisnya sambil tetap menahan tawanya,"Kaget ya?"
Gladys membuang mukanya malas.
"Ya jelas lah. Kok lo tiba tiba dateng sih? Tau alamat gue dari mana lagi?"