Dunia karut-marut Peradaban thagut ini telah membawa petaka membuat semua makhluk sengsara Dunia ada di batas akhir Palestina bertambah getir Tangisan dan darah masih deras mengalir Dimanakah kalian wahai para lelaki perkasa? Kenapa kalian terbuai rasa aman? Kemanakah janji-janji kedamaian yang telah kalian sepakati dalam konferensi? Kami tidak butuh janji Kami inginkan aksi Kami lelah menanti Kami akan berdiri menyongsong era baru dalam balutan keadilan sembari menanti dengan sepenuh hati siapa saja yang hendak wujudkan mimpi suci ini Wahai ... khalifah Dimanakah engkau? Engkau adalah perisai; pelindung kaum papa Orang-orang teraniaya Penghukum si durjana lagi pendosa Kami menanti engkau tanpa jemu ...
Terima kasih sudah berkenan mampir membaca. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik.
Sempatkan pula membaca karya saya yang lain 👉365 Hari Bersama Sahabat Nabi 👉Tiwi Sang Kondektur 👉Awal yang Baru 👉Rumah 👉Di Bawah Langit Damaskus 👉Retaslah Awan 👉Jelajah Kota Islam 👉Simpati
Attention
Hmm... konten di bawah ini mengandung promosi. Harap maklumi.
Asma dan Khadija akhirnya berjumpa, setelah sekian lama terpisahkan jarak, waktu dan situasi yang penuh tragedi di Kota Damaskus. Kedua kakak beradik itu bercengkrama, saling melepas rindu. Kerinduan di antara keduanya amat meluap-luap. Setelah melepas rindu, Khadija teringat sesuatu yang perlu dia sampaikan kepada pembaca. "Kak Asma, kita sapa para pembaca yuk," ajak Khadija. Asma pun mengangguk. Lalu keduanya mengucapkan salam, "Assalamualaikum!" "Waalaikumussalam," yuk sama-sama kita jawab salam mereka. "Oya, Kakak dan adek pembaca, temukan kisah kami di playstore ya... apa judul bukunya, Kak Asma?" "Itu lho, Di Bawah Langit Damaskus. Oya jangan lupa kalau udah ketemu ebooknya, kasih bintang ya. Semoga berpahala." "Amin. Hmm kita tunggu ya. Jangan lama-lama. Syukron..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
