#10 Who is She?

124 11 3
                                    

Drtt..Drtt..

"Iya, halo?"

"Apa benar ini tempat kediaman Rival? Saya dari pihak kepolisian ingin memberi tahu kalau Rival sekarang berada di Rumah Sakit Harapan Sentosa akibat kecelakaan yang menimpanya sore ini."

Deg .

"Saya segera kesana pak."

****

Kini Rival sudah berada di dalam ruangan ICU di rumah sakit.
Bagian mulut dan hidungnya dipasang alat Oxygen Maks yang menghubungkan ke tabung oksigen.

Sementara suster tengah sibuk memasangkan ECG (Electro Cardio Graph). Dan sang dokter sedang berusaha menormalkan denyut jantung Rival menggunakan alat pemicu jantung.

Terlihat seorang laki-laki berlari memasuki rumah sakit, ya dia adalah Andi. Abang Rival yang mendapat kabar dari pihak kepolisian.

Andi berlari ke ruangan ICU. Sesampainya disana, Andi tidak diperbolekan masuk. Andi menunggu di luar sambil memberi kabar kepada mamanya.

Ma, sekarang Andi lagi di rumah sakit. Rival kecelakaan Ma, Mama nggak usah khawatir, Rival biar Andi yg jagain. Dan Andi mau, Mama jangan ngasih tau ke Papa dulu. Andi gamau kabar ini membuat Papa gak fokus dalam kerjaannya.

Send.

Andi mengirim sebuah pesan kepada Mamanya yang sedang berada di Bekasi karena Papanya di pindah tugaskan di sana.

Setelah menunggu sekitar 2 jam.

Dokter keluar dari ruangan ICU di iringi suster-susternya.

"Kamu siapanya Rival?" tanya dokter itu ketika melihat cowok yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu ICU.

"Ohh, saya abangnya Dok. Gimana keadaan adik saya? Apa dia baik baik aja Dok?"

"Keadaannya saat ini masih sangat lemah, dia masih belum sadarkan diri. Kamu sudah bisa masuk jika ingin melihatnya. Kamu nanti keruangan saya, saya ingin bicara."

"Baiklah, kalau gitu saya masuk dulu Dok."

Andi memasuki ruangan tersebut, Sesampainya di dalam, Andi dikejutkan dengan keadaan Rival yang terbaring lemah di kasur.

Kedua tangan dan kepalanya di perban dan alat-alat yang tidak di mengertinya menempel di tubuh Rival.

"Lo bego Val, sumpah lo bego! Pasti lo ugal-ugalan di jalan. Kayak gini lah jadinya kalau lo masih suka ugal-ugalan." Andi memaki Rival yang sedang terbaring lemah.

Drrttt...

Ponsel Andi bergetar, dilihatnya pesan masuk dari Mamanya.

Gimana keadaan adik kamu sekarang? Apa dia baik baik aja? Mama ngga ngerti ya sama kamu! Kenapa adik kamu bisa kayak gitu? Kamu gabisa jagain dia? Besok mama pulang kesana, mama mau lihat Rival.

"Udah gue tebak, pasti gue lagi yang disalahin sama mama." batin Andi.

Rival baik baik aja Ma, besok juga udah bisa pulang ke rumah. Mama di situ aja, kasihan papa ngga ada yang masakin.

Send.

Andi tidak mau memberi tau keadaan Rival yang sebenarnya kepada mamanya, karena dia tau itu akan menjadi beban fikiran buat mamanya.

Andi keluar dari ruangan ICU dan menuju keruangan dokter untuk menemui dokter yang menangani Rival tadi.

***

Dua minggu kemudian..

Rival POV

Jam menunjukan pukul 9, suster baru saja keluar dari ruangan ini setelah memberi aku obat.

Karena bosan di kamar, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar dan jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Aku melepaskan alat yang menempel di tubuhku, alat buat jantung yang bunyinya,

Bep.. Beep.. Bepp..
Aku tidak tahu nama alat itu.
Author juga gatau ck.

Aku berdiri dari bangkar dan berjalan ke dekat pintu dengan tangan kananku yang memegang kantong infus sedangkan tangan kiriku yang di tusuk jarum infus.

Aku mengangkat kantong infus itu setinggi mungkin, karena kata dokter kantong infusnya tidak boleh sejajar dengan tangan kiriku yang di tusuk jarum infus.

Sekarang, aku sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Sendiri. Sendiri? Iyalah, kan jomblo.
Aku diam, tapi mataku menjelajah sekitar rumah sakit.

"Banyak sekali orang sakit disini hm." batinku.

"Ngapain lo disini? Gue cariin juga. ini gue bawain makanan buat lo, karna gue yakin lo juga bosan makanan rumah sakit. Tapi lo jangan bawa ke dalam, lo habisin aja disini." Ucap Andi yang tiba-tiba datang dari belakang sambil menyodorkan sebuah bungkusan yang ada di dalam kantong plastik.

"Iya ntar gue makan."

"Yaudah, gue berangkat kerja dulu. udah telat nih gue gara-gara semalam nungguin elo."

"Eh Bang, gue minta rokok lo sebatang. Asem banget mulut gue dua minggu ga ngerokok."

"Nggak, lo masih sakit!"

"Yaudah kalo lo ga mau ngasih, gue bisa beli sebungkus nanti." ucap ku menyeringai.

"Yaudah ni, gausah minta lagi dan gausah beli sampai lo udah benar benar sembuh. Gue pergi dulu kalo ada apa apa telfon aja."

Andi meninggalkan aku sendiri di taman dan berjalan ke parkiran untuk mengambil motor nya.

Aku menyelipkan sebatang rokok yang di berinya di saku bajuku. Dan perlahan aku buka bungkusan yang ada di dalam kantong plastik yang tadi di berikan oleh Andi.

"Ketoprak! Tau aja lo Bang." ucapku dalam hati.

Aku memakan ketoprak itu hingga tidak tersisa. Setelah makan, aku beranjak dari tempat dudukku berniat ingin pergi ke Toilet di dekat parkiran untuk menghisap sebatang rokok yang ada di saku bajuku.

Baru beberapa langkah..

"RIVAAL...."

"VAALL...."

"RIVAALL....!!!"

"VAAALLL...!!!"

"Elo?!!" jawabku terkejut.





Hayoo siapa yang manggil tuh? Penasaran? Tunggu part selanjutnya;)

Aku membutuhkan kritik dan saran kaliaann*hiks

votenya jangan lupa^^

JANGAN JADI PEMBACA GELAP ;P

Noctiluca MiliarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang