London, 16th April 2016
Namaku Edrea Cassidy Steele. Panggil aku Ed. Gadis 17 tahun yang memiliki orang tua super sibuk, sehingga aku selalu ditinggal sendirian di rumah, terkadang berdua dengan Ashton—kakakku, itu pun kalau dia tidak sibuk dengan kuliahnya. Meski begitu, aku tidak pernah merasa kesepian. Karena ada kelima sahabatku yang selalu siap hadir menemaniku.
"Mom, hari ini Edrea pergi ke sekolah diantar siapa?" Tanyaku pada mom sambil mengunyah sandwich yang ada di mulutku.
"Aduh, Ed, sepertinya kau harus pergi sekolah sendiri, mom dan dad harus segera pergi ke kantor karena ada beberapa urusan yang belum kami selesaikan." Ujar mom dengan cepat. Terlihat sekali pagi ini mom terburu-buru. Bahkan memakan sarapannya pun hanya butuh waktu 5 menit.
Fyi, aku anak manja. Lebih tepatnya anak manja yang nakal. Sifat manja yang kumiliki ini berasal dari orang tuaku yang selalu memanjakanku. Sedangkan nakal, dari sahabat-sahabatku.
"Lalu Ashton?"
"Dia masih tidur, tengah malam dia baru pulang ke rumah, mom tidak berani membangunkannya, sepertinya dia kelelahan."
"Oh, iya, kau bisa meminta salah satu sahabatmu untuk pergi sekolah bersama. Ya sudah, Edrea, dad dan mom pergi dulu ya. Hati-hati di jalan. Bye." Kata dad sembari mengambil kunci mobil di atas meja dengan buru-buru.
"Bye.."
Setelah sarapan, aku pun pergi ke sekolah menggunakan sepedanya Ashton. Sendirian. Akhirnya aku sampai di sekolah dengan mood yang kurang bagus dan dengan nafas yang hampir habis—terdengar berlebihan tapi memang itulah yang aku rasakan. Salahku karena tidak terbiasa bersepeda. Mulai hari ini, akan kujadikan bersepeda menjadi hobi baruku.
Kusambar bangkuku dan menghempaskan diri, penuh dengan keringat. Beruntungnya aku duduk di bangku yang letaknya di ujung dekat jendela, dengan segera kubuka jendela itu agar mendapatkan oksigen yang lebih banyak. Pemandangan sekolah dari sini terlihat sangat jelas dan indah. Terlihat pula 5 orang lelaki yang turun dari mobil Range Rover hitam sambil bersenda gurau, lalu berjalan memasuki kelasnya—saling merangkul dan penuh dengan senyuman. Aku suka pemandangan pagi ini.
"Selamat pagi Edrea." Sapa mereka, kompak. Siapa lagi kalau bukan Niall, Louis, Zayn, Liam, dan Harry. Ya. Merekalah sahabatku.
"Selamat pagi juga kalian." Balasku.
Setelah mereka menaruh tasnya masing-masing, mereka pun menghampiri bangkuku.
"Ed, kau harus tahu, tadi di mobil, Louis berulah lagi, kali ini Zayn yang jadi korbannya." Ujar Liam.
Liam Payne—Anak yang memiliki kecepatan dalam berbicara. Kadang aku tidak mengerti apa yang sedang dia bicarakan, sorry, Li. Dan menurutku diantara kita berenam dialah yang pola berpikirnya paling dewasa,
"Zayn lama sekali menata rambutnya. Lou berinisiatif membantunya dengan mengacak-acak rambut kerennya itu haha lalu dia menyemprotkan perfume Harry di rambutnya Z. Dan tebak apa yang terjadi? Zayn hanya tersenyum pasrah. Oh Zayn.. Kau lelaki tersabar yang pernah kukenal." Lanjut Niall dengan baby facenya, lucu sekaliii.
Niall Horan—Anak yang suka makan dan memiliki wajah yang lucu dan halus seperti pantat bayi, hehe. Dia sudah kuanggap seperti adikku. Padahal usianya 4 bulan lebih tua dariku, tapi dia tidak pernah mempersalahkan itu.
"But, hey, lihat, rambutku sudah keren lagi kan?" Tanya Zayn.
Zayn Malik—Si misterius tampan dari timur. Itulah julukan dariku untuknya. Mengapa? Karena dia misterius, juga tampan, dan memiliki darah campuran Inggris-Pakistan.
YOU ARE READING
Mischievous
FanficKisah seorang gadis remaja dan kelima sahabat lelakinya yang hidupnya senang sekali membuat kerusuhan, benci dengan kesedihan, pemakan bukan penikmat, dan memiliki selera humor receh.