"Jadi.. A-aku.."
"Jadi aku apa? Lama sekali." Potong Harry.
"Kau merasa tidak akhir-akhir ini aku menjauhi kalian?" Tanyaku, gugup.
"Ya."
"Itu karena.. Aku.."
"Lama lagi kan. Kau ini niat bercerita tidak sih?" Harry terlihat kesal.
"Maaf, Har."
"Okay, lanjutkan."
Menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya melalui mulut, dan menarik nafas lagi, "Akutahuinigilamenyukaisahabatsendiriapalagiorangitusudahpunyapacartapiakutaktahanmendamrasainiterusjadiakuinginjujurpadamukalauakusukazayn."
"Ya Tuhan.. Edrea kau ini bicara apa? Aku tahu otakku lemot, tapi tolong jangan menghina." Harry mengacak-acak rambutnya yang sudah rapi.
"Aku suka Zayn."
"Nah begitu kan jelas." Mengambil jeda, "WHAT?! K-kau suka Z-zayn?"
Harry melompat mundur dari kasurku. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. Bahkan hingga menangis.
"Harry! Kau sudah berjanji takkan menertawaiku! Berhenti tertawa!" Seruku. Mengambil guling, aku memukulnya beberapa kali.
Akhirnya Harry pun berhenti tertawa. Aku mendekatkan jarakku dengan Harry, memegang kedua pipinya dan melihat matanya tidak seperti biasanya.
"Matamu merah sekali Harry. Aku baru tahu kalau kau tertawa efeknya bisa sampai seperti ini."
"Umm, baru tahu ya? Ini masih biasa, yang paling parah kualami sehabis tertawa itu Asma."
"Gila.."
"Sudah jauh-jauh sana, yang suka Zayn jangan dekat-dekat denganku." Ia mendorong tubuhku.
"Ish, Harry, ceritaku belum selesai."
"Ya selesaikan."
"Karena kau mengetahuinya, aku mohon padamu jangan beritahu yang lain. Umm, mungkin Niall tau, tapi belum terlalu yakin juga."
"Terus?"
"Aku jadi merasa canggung berada di dekat kalian, terutama Zayn. Bahagia dan sakit hati menyatu disaat yang bersamaan."
"Zayn cinta pertamamu?" Tanyanya.
"Bukan. Cinta pertamaku itu.. Umm, siapa ya? Aku lupa."
Bicara tentang cinta pertama, aku benar-benar tak ingat. Rasanya kosong. Seolah-olah Zaynlah cinta pertamaku. Tapi aku serius, cinta pertamaku itu bukan Zayn.
"Ed, kau jangan merasa canggung berada di dekat Zayn, santai, kalau kau seperti itu, dia bisa tau kalau kau menyukainya. Kau tak ingin itu terjadikan?"
Benar juga.
"Tapi itu susah Harry, aku pernah mencobanya, tapi hasilnya? Aku jadi marah-marah tak jelas pada kalian."
"Tak ada kata susah, Ed. Terus berusaha. Memangnya apa yang kau sukai dari Zayn?"
"Umm, dia baik, juga tampan." Aku berkata jujur.
"Hanya itu? Niall lebih baik, tampan, lucu seperti keponakannya, kenapa kau tak tertarik dengan Niall?"
"Kenapa jadi Niall? Kau tak suka kalau aku menyukai Zayn, huh?" Tanyaku sedikit kasar.
"Bukan begitu, Zayn kan sudah dimiliki Nadine, apa kau mau jadi perusak hubungan orang? Lebih baik dengan Niall, dia masih sendiri."
"Hati tak bisa dipaksakan, Harry." Ujarku, pelan.

ANDA SEDANG MEMBACA
Mischievous
FanficKisah seorang gadis remaja dan kelima sahabat lelakinya yang hidupnya senang sekali membuat kerusuhan, benci dengan kesedihan, pemakan bukan penikmat, dan memiliki selera humor receh.