Hell. Mereka berlima susah sekali diajak serius. Surat dan semua kiriman orang itu benar-benar membuatku berpikir keras. Setelah kuselidiki sendiri, dari cara ia menulis, kosa kata, dan cara ia mengetahui kegiatanku, aku yakin orang itu adalah.. Umm, tapi aku belum terlalu yakin. Apa aku cerita tentang surat ini ke Sydney saja ya? Ah, tidak. Bagaimana dengan Ashton? Boleh juga.
Mematikan iPku, aku pun keluar dari kamarku dan menghampiri Ashton di kamarnya.
"Ash?" Panggilku di ambang pintu kamarnya.
"Iya, Ed, ada apa? Aku di balkon." Sahut Ashton.
Melangkahkan kakiku kedalam kamarnya, aku melihat Ashton tengah sibuk dengan laptop. Jari-jarinya beradu dengan keyboard, dan pandangannya fokus pada layar laptop.
Mendekati Ashton perlahan, aku jadi ragu, apa Ashton mau mendengar ceritaku?
"Umm, Ash, kau lagi sibuk ya?"
"Iya, tapi sedikit lagi ini selesai." Ujarnya. "Memangnya ada apa? Kau ingin bubur lagi?"
"Tidak, bukan itu, tapi.." Aku menggantungkan kalimatku.
"Tapi apa?" Tanya Ashton dengan pandangan yang tetap fokus pada layar.
Klik.
"Nah, sudah selesai. Ada apa Ed?" Kali ini pandangan Ashton beralih padaku.
"Aku ingin bercerita tentang, umm, surat?" Ini seperti pertanyaan, bukan jawaban.
"Surat? Oh.. Okay, cerita saja."
"Sebenarnya bukan hanya surat. Begini, sudah tiga hari ini aku mendapatkan dua surat, bunga, coklat, dan parcel pisang. Tapi semuanya itu tak ada nama pengirimnya. Aku yakin pengirimnya pasti salah satu dari sahabatku."
"Hmm, jadi kau mempunyai fans, huh?" Ashton tertawa.
"Ash, serius, jangan tertawa."
"Jadi aku harus apa?" Tanyanya.
"Kau mau kan membantuku mencari tahu siapa pengirim itu?" Pintaku.
"Gimana kalau pengirim itu ternyata orang yang kau cintai? Eh, kalau belum memberitahuku siapa orang yang kau cintai."
"Sebenarnya tidak terlalu cinta juga, Ash. Dan tidak mungkin kalau dia pengirimnya. Aku sudah bertanya padanya dan dia berkata 'Bukan aku, serius.'"
"Memangnya dia siapa?"
Deg.
Aku bingung, beritahu Ashton tidak ya?
"Umm.."
"Aku akan membantumu mencaritahu siapa pengirim itu asalkan kau mau memberitahuku siapa orang yang kau cintai. Setuju?"
"Setuju." What? kenapa mulutku berkata seperti itu?!
"Jadi, dia siapa?"
"Umm.. D-dia.. Dia itu.. Z-Zayn." Jawabku dengan tangan yang bergetar. Dan aku rasa, aku kembali sakit. Oh jangan sampai.
"Bisa kau ulangi?"
"Zayn, Ash." Ucapku.
"Zayn?"
"I-iya."
"Tidak-tidak, kau pasti bercanda kan?" Mengapa Ashton jadi terlihat kesal? Apa yang salah dari ucapanku?
"Aku tidak bercanda." Jawabku dengan menundukkan kepalaku, aku tak berani menatap Ashton.
"Sepertinya kau masih sakit, Ed. Cepat pergi ke kamarmu." Ujar Ashton. Ia mengusirku dari kamarnya.

ANDA SEDANG MEMBACA
Mischievous
FanfictionKisah seorang gadis remaja dan kelima sahabat lelakinya yang hidupnya senang sekali membuat kerusuhan, benci dengan kesedihan, pemakan bukan penikmat, dan memiliki selera humor receh.