10 | SICK

260 58 8
                                    

Perpustakaan menjadi salah satu tempat yang sering kukunjungi di sekolah. Bukan karena membaca buku, meminjam buku, atau belajar disana. Tapi karena hukuman. Ya, meski guru menyuruhku untuk belajar disana, aku tak melakukannya. Hanya diam, tidur-tiduran, mendengarkan musik, memakan permen karet, dan berkhayal kapan aku bisa terbebas dari segala macam peraturan yang menyebalkan.

Dan sekarang, disinilah aku, di perpustakaan bersama Sydney. Anak baru sudah kuajak terlambat—disebabkan menonton film di rumahku tepat jam 7 pagi. Bodohnya kenapa dia menuruti ajakanku? 2016 memang gila.

"Ney, kau yakin tak apa?" Tanyaku yang kesekian kalinya. Sebenarnya aku merasa kasihan padanya.

"Tak apa, Ed. Lagian, aku bosan hidup penuh dengan aturan, contohnya, pergi-pulang sekolah aku harus diantar supirku, makan pun tak boleh yang aneh-aneh, penampilan dan cara berbicara harus sopan. Itu kuno. Beruntungnya aku memiliki teman sepertimu, yang selalu mengikuti zaman." Ujarnya sembari mengikat dua rambutnya.

Mengikuti zaman? Aku pikir makin kesini zaman semakin gila. Jadi aku ini gila?

"Sulit sekali menjadimu. Tapi lihat, buah dari kekunoanmu itu membawa hal yang positif, umm, kau menjadi gadis yang baik dan disukai banyak orang."

"Aku tak yakin, mungkin hanya kau saja yang menilaiku seperti itu."

"Jangan berpikiran seperti itu, Ney. Semua orang menyukaimu kok."

Ia hanya bergumam tak jelas.

Bel istirahat berbunyi. Membuat Sydney dan aku segera menuju Cafetaria, karena Niall mengirimku pesan kalau the boys menunggu kami disana.

Hari ini Cafetaria tidak ramai seperti biasanya, dan itu memudahkan kami menemukan meja yang the boys tempati.

"Hi boys." Sapaku.

"Eh, hi."

"Kalian ini para wanita idaman bisa-bisanya terlambat datang ke sekolah." Cibir Harry.

"Wanita idaman? Ew, menggelikan." Ucapku. "Niall, french friesnya untukku ya." Aku mengambil french fries milik Niall yang menganggur di meja karena Niall sibuk memakan spaghettinya.

"Enak saja! Pesan sana!" Sembur Niall dengan mulut yang penuh dengan spaghetti.

"Ugh, kau pelit." Aku mengembalikannya lagi,

"Ini, makan punyaku saja." Zayn memberikanku french fries miliknya.

Menerimanya, "Terima kasih, Zayn! Kau baik sekali!"

"Eh, ini-ini french friesku saja, Ed." Ucap Niall tiba-tiba.

"Tidak, Ni, kau pasti tidak ikhlas."

"Ikhlas kok, sudah ambil saja." Paksa Niall.

"Tidak. Makan french fries terlalu banyak membuatku makin gendut, jadi cukup yang Zayn saja." Tolakku.

"Badan seperti sapu lidi kau sebut itu gendut? Matamu itu rusak ya?" Celetuk Harry.

"Diam kau kribo! Kalau lagi makan jangan banyak bicara!"

"Kribo? Benar. Benar sekali matamu itu rusak. Rambutku tidak kribo." Ujarnya.

"Whatever."

"Sydney, jangan diam saja dong. Kau ingin pesan apa?" Tanya Liam.

"Sebenarnya aku membawa bekal, tapi tertinggal di perpustakaan." Jawab Sydney.

"Kenapa kau tak mengingatkannya, Ed?" Tanya Niall. "Bye the way, kau bekal apa?"

MischievousWhere stories live. Discover now