Hari ini Harry dan aku memutuskan untuk bolos sekolah—hanya sehari. Seperti yang sudah kami rencanakan, kami akan memata-matai Taylor. Kami sudah meminta izin pada mom Anne. Kupikir ia takkan mengizinkan kami melakukan hal bodoh seperti ini. Namun kenyataannya ia mengizinkan.
05.00 AM
Kini kami berada di dalam mobil di samping rumah Taylor. Ini terbilang sangat pagi untuk melakukan aksi, namun Harry tak sabar ingin segera memata-matai Taylor. Bahkan kami pun belum mandi. Aku masih mengenakan piyama milik Gemma, ya semalam ia meminjamkannya padaku. Dan Harry, shirtless. Ia membawa guling kesayangannya, untuk apa coba? Okay, aku mulai tertular virus Harry yang jorok, ew.
"Harry, sudah kubilang jangan jam lima! Aku masih ngantuk!" Gerutuku. Aku merebut guling kesayangan Harry yang sedang ia peluk.
"Kerjaanmu itu tidur terus, pantas saja Ashton memanggilmu gadis pemalas. Hey, kembalikan gulingku!" Ia mengambil kembali gulingnya.
"Ish, Harry, pakai bajumu! Jijik aku melihatnya!"
"Kau tidak tergoda, huh? Aku sengaja tidak memakai bajuku agar kau tergoda dan tidak ngatuk lagi."
"Pakai bajumu atau aku tidur?" Ancamku.
"Memangnya badanku tidak keren?"
"Aku mau tidur Harry. Bangun kan aku kalau Taylor sudah keluar rumah." Aku membelakangi Harry—menghadapkan tubuhku ke jendela.
"Okay, aku akan pakai bajuku." Harry mengalah. Ia mengambil bajunya yang ia simpan di dalam bagasi.
Ya ampun, sudah tiga jam kami berada di sini. Tidak ada tanda-tanda dari Taylor. Jangan-jangan Taylor benar-benar di New York? Oh, kau mengerjaiku Harry.
Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor parkir di halaman rumah Taylor. Ia melepas helm yang ia gunakan dan turun dari motornya. Pintu rumah Taylor terbuka, dan tebak siapa yang menyambut kedatangan pria tersebut?
"Damn! Ed, lihat! Itu Taylor! Shit! Fuck! Pembohong! Penghianat!" Umpat Harry. Harry benar, itu Taylor. Ia tidak mengerjaiku.
Omong-omong, terdengar seksi saat ia berkata kotor seperti itu. Oh, no! Ed! Apa yang ada di pikiranmu?
"Iya Harry, calm down, aku melihatnya." Aku mencoba menenangkan Harry.
"Calm down? Tidak bisa! Aku harus turun." Ujarnya.
Ingin turun ia bilang? Segera aku mencegatnya, jangan sampai ada keributan di pagi hari. Ia pikir ini acara yang ada di TV itu, huh?
"Harry! Jangan turun! Masih banyak yang harus kita mata-matai dari Taylor, ini baru 10%" Perintahku. "Lihat! Mereka mau pergi! Ayo kita ikuti!"
...
"Restoran?!" Pekik Harry.
"Mereka mau sarapan." Ujarku." Har, apa di sekitar sini tidak ada toilet?"
"Aku tidak tahu, mungkin di dalam restoran itu ada." Jawab Harry. Ia masih fokus melihat gerak-gerik Taylor dan pria anonymous itu.
"Aku mau mandi."
"Ya, aku pun, yuk mandi!"
"Berdua?!"
"Sendiri-sendiri, Ed. Aku senang, sekarang pikiranmu sudah dicuci kotor olehku." Ia menyeringai.
"Fuck." Kutinju perut Harry yang buncit itu—buncit di penglihatanku. "Aku tidak yakin di toilet restoran diperbolehkan untuk mandi." Aku membuka pintu mobil dan keluar.
"Ed, kau mau kemana?" Tanya Harry yang masih memegang perutnya itu. Ia terlihat kesakitan.
"Mau searching for meaning,"

ANDA SEDANG MEMBACA
Mischievous
FanfictionKisah seorang gadis remaja dan kelima sahabat lelakinya yang hidupnya senang sekali membuat kerusuhan, benci dengan kesedihan, pemakan bukan penikmat, dan memiliki selera humor receh.