Setelah 20 menit Harry meninggalkan rumahku, suara ketukan pintu mengejutkanku.
Siapa itu?
Pintu terbuka—memunculkan Ashton dari dunia anehnya.
"Kukira Ash, ternyata setan." Usilku.
"Oh, jadi kau tak ingin aku pulang?" Tanyanya. Oops, ia marah rupanya.
"Eh, tidak-tidak. Cepat mandi dan ganti baju, kita akan ke rumah Niall."
"Ke rumah Niall? Ada apa?"
"Menjaga keponakannya itu, Theo."
"Jadi untuk apa aku pulang? Kalau Niall akan menemanimu."
"Tadinya aku sendiri, Ash. Lalu, setelah aku mengirimmu pesan, Niall menelfonku."
"Kenapa tidak kau sendiri saja? Aku lelah Ed."
"Kau harus ikut!"
"Ak-"
"Tidak ada penolakan!" Bentakku. Ya Tuhan aku membentak kakakku sendiri. Ampuni aku.
"Lagi-lagi aku menuruti apa kata adikku. Damn." Gumam Ashton namun aku dapat mendengarnya. Sorry.
...
"Ayo, aku sudah siap!" Seru Ashton yang sedang menuruni anak tangga. Dengan menggunakan motor, kami pun pergi menuju rumah Niall.
Malam ini benar-benar gelap. Tak ada satu orang pun yang berjalan di sepanjang jalan menuju rumah Niall. Sial. Rumahnya kenapa harus di pojok sih?
"Ash, seharusnya tadi kita menggunakan mobil."
Kami sudah sampai.
"Kenapa? Motor lebih cepat, Ed." Jawab Ashton. Lebih cepat ia bilang, huh? Aku merasa perjalanan ini jauh sekali, seperti 8 jam. Aku pun turun dari motor.
"Tapi aku takut, jalanan gelap sekali juga sepi, aku jadi tak mau pulang." Ujarku sembari membuka pintu pagar rumah Niall.
"Kalau begitu kau menginap saja disini." Katanya santai lalu memarkirkan motor di garasi.
"Tidak, Ash, aku tidak mau."
"Hey, kalian!" Seru Niall di depan pintu.
"Hey, Ni."
"Ayo masuk."
Aku pun melangkahkan kakiku ke dalam rumahnya, di ruang tamu semuanya terlihat rapi dan bersih seperti biasa, namun ketika aku beralih ke ruang keluarga..
"Uncle Niall! Ada penyusup! Aaaaaa!!" Seru anak kecil berumur 3 tahunan itu—Theo.
Aw! Aku meringis kesakitan, Theo melempariku dengan mainan legonya.
"Ni, Ash, tolong aku!"
"Theo! Astaga, aunty Ed bukan penyusup." Niall melindungiku.
Tunggu. Aunty?
"Niall, kau kan tau kalau aku tidak suka di panggil aunty! Terkesan tua."
"Lalu apa? Uncle? Seperti Ash dan aku?" Tanya Niall.
"Atau grandma? Ya, itu sangat cocok untukmu." Celetuk Ashton.
"Ish, Theo kau panggil aku Ed saja ya. By the way, kita itu seumuran."
"Kita itu teman?" Tanya Theo dengan raut wajah yang terlihat seperti ketakutan. Oh my god, lucu sekali anak ini. Kenapa Niall memanggilnya si kecil Devil?
"Iya, umm salam kenal." Ujarku, canggung.
"Salam kenal, Ed." Balas Theo. "Mau main lego bersamaku?" Tawarnya.

ANDA SEDANG MEMBACA
Mischievous
FanfictionKisah seorang gadis remaja dan kelima sahabat lelakinya yang hidupnya senang sekali membuat kerusuhan, benci dengan kesedihan, pemakan bukan penikmat, dan memiliki selera humor receh.