Oke, ini kasus pencurian yang serius.
Maksudku, ayolah, 800 milyar won? Itu kan nilai yang besar banget. Aku memang nyaris terpekik saking kagetnya begitu Yoona menyebutkan nilai liontin itu, tapi aku tidak berteriak norak seperti yang dilakukan Donghae. Aku masih bisa mengontrol diriku sendiri.
Sekarang, kami berada di rumah Yoona yang ternyata lebih besar dari istana si nenek yang kehilangan guci beberapa waktu lalu. Ya ya, aku mengakui bahwa aku berdecak kagum melihat rumahnya yang sebesar mall itu, tapi aku tidak memasang tampang goblok seperti yang diperlihatkan Donghae saat kami baru saja tiba di rumahnya. Aku serius saat aku mengatakan bahwa dia menganga sampai berliur.
Astaga, kakakku benar-benar idiot.
Kami masuk kedalam rumah lewat pintu belakang, karena Yoona bilang masih ada beberapa tamu di pintu depan. Aku sendiri bertanya-tanya, tamu seperti apa yang berdatangan ke rumah sebesar ini.
"Ayahku seorang CEO hotel dan mall, ibuku seorang perancang busana. Rumah sebesar ini pemberian dari nenekku, dengan sedikit tambahan dari ayah dan ibu. Karena aku anak satu-satunya, aku kadang suka nggak betah di rumah ini sendirian, makanya aku menghabiskan waktu dengan belanja dan jalan-jalan." tutur Yoona tanpa disuruh.
Ya ampun, gaya hidup yang boros.
"Liontin milikku yang hilang itu adalah warisan turun temurun di keluargaku, bisa dibilang asset yang berharga. Investasi berjalan, semacam itulah. Kalau benar dicuri, aku pasti bakalan ditendang keluar dari keluarga ini. Nenekku marah besar, ibu dan ayahku kelimpungan. Meminta bantuan kalian adalah satu-satunya cara yang terpikir olehku." kata Yoona lagi, kali ini dengan nada sedih.
Aku menatap gadis itu dengan iba. Usianya tidak jauh berbeda dariku, tapi beban tanggung jawab yang dipikulnya terdengar berat sekali.
"Tenang saja, kami akan memastikan liontin itu kembali ke tanganmu." kata Donghae sambil menepuk pundak Yoona pelan. Cih, dia mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Kami berjalan menuju kamar Yoona yang terletak di lantai dua. Sepanjang jalan dari pintu belakang yang langsung terhubung dengan dapur, kami melewati banyak kamar-kamar kosong yang merupakan kamar para asisten rumah tangga dan penjaga rumah. Kemudian, setelah melewati sebuah pintu besar dengan tulisan 'perpustakaan' di pintunya, barulah kami mencapai tangga yang langsung membawa kami ke lantai dua.
Kamar Yoona luas banget. Serius, rasanya luas kamarnya itu sebanding dengan luas sebuah rumah berukuran biasa. Ada sebuah kasur berukuran king size dengan seprai berwarna pink, meja rias, rak-rak berisi koleksi tas dan sepatu, televisi berukuran 32inch, kulkas, walk-in closet, dan kamar mandi. Aku tahu, dengan fasilitas semewah ini, Yoona tidak sepenuhnya bahagia.
Berhubung insting detektifku sudah menyala sedari tadi, aku langsung masuk kedalam kamar mandi dan menggeledah seluruh isinya. Donghae menelusuri tiap sudut di kamar Yoona, sementara gadis itu hanya terbengong-bengong menatap kami berdua.
"Dimana persisnya kamu menyimpan liontin itu?" tanyaku, kemudian Yoona menunjuk washtafel dengan cermin berukuran sedang. Terdapat sebuah rak kecil di dekatnya, dan aku tahu pasti rak itu memang biasa digunakan untuk menyimpan perhiasan sebelum mandi.
"Awalnya aku kira terjatuh ke lubang washtafel, saluran air atau semacamnya." kata Yoona.
"Tapi washtafel ini jarang digunakan, kan?" tanyaku. "Washtafel ini terasa kering, dan saluran pembuangan airnya sudah lama ditutup."
"Aku memang jarang menggunakannya " kata Yoona takjub. "Darimana kamu bisa tahu?"
Aku tersenyum simpul. "Hanya tahu saja."
"Woah." Yoona berdecak kagum, sementara aku berusaha untuk menyembunyikan tampang congakku.
"Kemungkinan besar liontin itu nggak jatuh ke washtafel ini." kataku, kemudian memperhatikan rak perhiasannya lagi. "Dan kalau memang jatuh ke bawah, liontin itu tidak akan masuk ke lubang saluran air karena jaraknya jauh, lihat?"
Aku menunjuk lubang saluran air yang berada di di bawah kran shower, yang letaknya cukup jauh dari washtafel.
"Iya juga." gumam Yoona. "Apa mungkin masuk ke lubang kloset?"
Aku menatap kloset yang berada di samping kran shower kemudian menggeleng. "Nggak mungkin, kloset itu selalu tertutup setelah digunakan, kan? Aku yakin banget sewaktu kejadian kloset ini dalam kondisi tertutup."
"Iya." Yoona mengangguk cepat, kemudian wajahnya memucat. "Jadi, liontin ku dicuri?"
"Kemungkinan besar, ya." jawabku, kemudian menatap kesekeliling ruangan. Di kamar mandi ini hanya ada washtafel, kran shower, kloset, sebuah jendela kecil yang letaknya tinggi supaya cahaya matahari masuk dan lubang ventilasi diatas pintunya. Tidak mungkin ada orang yang keluar-masuk selain lewat pintu, dan tidak ada tempat persembunyian yang yang bisa digunakan oleh si pencuri kalau dia sudah ada di ruangan ini sebelumnya.
Bagaimana bisa seseorang masuk dan mencuri tanpa diketahui oleh siapapun?
"Katamu kau melepas liontin itu untuk berganti pakaian, apa kau selalu melakukan ini sebelumnya?"
Yoona menggeleng. "Nggak, aku selalu memakainya dari pertama kali aku mendapatkan liontin itu saat ulangtahun ku yang ke 17. Waktu itu, entah kenapa leherku terasa sesak dan aku kesulitan saat hendak memakai pakaian, jadi aku melepasnya dan menyimpannya di rak, memakai pakaianku, lalu keluar sebentar untuk mengambil beberapa aksesori. Saat aku kembali, liontin itu sudah hilang."
Jadi begitu. Si pencuri mengambil kesempatan saat Yoona pergi meninggalkan liontinnya. Pertanyaannya, darimana dia tahu bahwa Yoona sudah melepas liontin dan meninggalkannya, sementara tidak ada siapapun yang keluar masuk selain Yoona? Apa mungkin di ruangan ini ada kamera pengintai atau semacamnya?
Aku bergidik ngeri. Ini kan kamar mandi, tempat kita membuka seluruh pakaian kita dan membersihkan diri. Rasanya serem banget kalau sampai ada yang melihat semua kegiatan mandi kita lewat kamera pengintai.
Saat aku tengah asyik-asyiknya terlarut dalam pikiranku, aku mendengar sebuah suara teriakan seorang cewek dari arah pintu kamar. Tanpa pikir panjang, aku berlari kearah sumber suara dengan Yoona mengikuti di belakangku, lalu apa yang kulihat nyaris membuatku tertawa terbahak-bahak.
Donghae, yang tengah dipukuli dengan kemoceng oleh seorang cewek berseragam pelayan adalah hal ter-epic yang pernah aku lihat.
Dan tampangnya benar-benar terlihat idiot sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Diadem
FanfictionDonghae dan Yuri menyelidiki kasus hilangnya sebuah kalung bernilai milyaran. Akan tetapi, mereka bukan satu-satunya orang yang mencari kalung itu. Ada pihak lain yang menginginkan kalung itu demi uang, dan mereka tidak segan-segan untuk membunuh si...