Yuri

247 28 4
                                    

Oke, kalian mungkin belum tahu tentang ini, tapi Donghae terobsesi banget sama Detektif Conan.

Makanya, saat dia bilang dia mau mengadakan pertunjukkan hipotesis supaya terlihat makin keren, aku langsung teringat dengan komik detektif itu. Yah, aku memang tidak bisa selalu melarang Donghae untuk melakukan apapun yang dia inginkan--sekalipun itu memalukan, yang penting dia senang.

Dan sekarang, dia terlihat seperti anak berusia lima tahun yang baru dibelikan mainan. Wajahnya berbinar dan dia tidak henti-hentinya mengedipkan matanya kearahku. 

Dasar idiot.

Seperti yang sudah Donghae bilang sebelumnya, kami semua berkumpul di ruang tamu rumah ini karena ruang utama yang masih berantakan gara-gara lampu gantung jumbo yang pecah itu. Wajah Bora, Amber dan Yoona terlihat benar-benar antusias menunggu penjelasan dari Donghae, begitu pula dengan ayah dan ibunya Yoona, sedangkan si nenek hanya menatap kearah kakakku dengan tatapan tajam persis nenek sihir. Kayaknya sih dia masih kesal gara-gara dibangungkan subuh-subuh begini.

Yah, setidaknya si nenek beruntung masih bisa tidur. Aku dan Donghae saja sudah tidak tidur dari kemarin.

"Biar aku ceritakan semuanya sesuai kronologis." Donghae menarik napasnya panjang kemudian melanjutkan, "Nona Im Yoona meminta bantuan kami," Donghae mengedipkan sebelah matanya kearahku--yang langsung aku respon dengan bergidik jijik. "Dia bilang liontinnya hilang, dan setelah kami selidiki lagi ternyata liontinnya nggak hanya sekedar hilang, tapi dicuri. Pertanyannya, siapa yang mencuri liontin itu dan bagaimana caranya?"

Donghae mengeluarkan ponselnya dari balik saku kemejanya, mengotak-atiknya sebentar, kemudian menunjukkan sebuah foto kepada kami semua. Foto lubang yang ada di langit-langit kamar mandi.

Aku tidak berbohong saat aku mengatakan bahwa si nenek terlihat mulai tertarik dengan hipotesis dari Donghae. Hohoho, kemajuan pesat.

"Dimana ini?" tanya ayahnya Yoona.

"Di langit-langit kamar mandi yang ada di belakang, tuan Im." jawab Donghae, membiarkan ayah dan ibunya Yoona meminjam ponselnya untuk melihat lebih banyak lagi foto. Aku harap dia tidak menyimpan foto memalukan di galeri ponselnya.

"Setahuku tidak ada lubang seperti itu di kamar mandi belakang." kata Amber.

"Ada, hanya saja selama ini lubang itu ditutup oleh papan triplek, jadi kalian nggak akan menyadari keberadaannya. Yah, sebenarnya, kalau selama ini kalian teliti melihat langit-langit di kamar mandi belakang itu, lubangnya bisa terlihat samar-samar, kok." Donghae menjawab dengan santai. "Buktinya, ada beberapa di antara kalian yang mengetahui keberadaan lubang itu. Iya kan, Seulgi?"

Semua orang yang berada di ruangan ini menatap Seulgi dengan kaget, sementara gadis itu hanya menundukkan kepalanya, tidak berani untuk menatap balik.

"Apa maksudnya?" tanya Bora.

"Maksudnya," Donghae berdehem pelan. "Seulgi adalah orang yang mencuri liontin milik Yoona."

Lagi-lagi, aku berani bersumpah aku tidak berbohong saat aku mengatakan bahwa hampir semua orang di ruangan ini--kecuali aku dan Donghae, tentu saja, kami kan sudah tahu lebih dulu--menatap Seulgi dengan tatapan terkejut, kaget, dan sejenisnya dengan begitu kompaknya.

"Tentunya aku nggak asal main tuduh, aku punya beberapa bukti." sambung Donghae, membuat perhatian beberapa orang kembali kepadanya. "Pertama, aku bisa menyimpulkan bahwa Seulgi adalah orang yang bertugas untuk membersihkan setiap sudut rumah ini, dan itu berarti termasuk kamar milik Yoona, tuan dan nyonya Im, serta nenek Im. Seulgi mengetahui keberadaan lubang di langit-langit kamar mandi itu--yang langsung terhubung dengan lemari di walk-in-closet kamarnya Yoona, kemudian memiliki ide untuk mengambil salah satu perhiasan yang ada disana dengan menggunakan lubang itu sebagai jalan masuk dan keluarnya.

The Lost Diadem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang