Keuntungan sering berlatih bela diri adalah, kamu jadi tahu bagaimana cara mendaratkan pantatmu saat kamu tiba-tiba ditendang, supaya rasanya nggak terlalu sakit.
Tendangan Namjoon cukup kuat untuk seorang koki biasa, dan untungnya aku bisa mendaratkan pantatku di lantai dengan mulus. Yah, mungkin memar sedikit sih, tapi nggak terlalu sakit. Pantatku lumayan tahan banting. Yang sakit itu justru perutku.
Tapi aku bisa tahan, kok, sekalipun rasanya aku bisa muntah kapan saja.
Oke, aku bisa ngeluh nanti. Ada hal yang lebih genting daripada ini.
"Sial, kamu nggak apa-apa?" tanya Yuri, yang langsung berlari secepat The Flash untuk membantuku berdiri.
Aku hanya menggeleng pelan kemudian tersenyum singkat kepadanya.
"Gerakan yang salah, Namjoon!" sahutku kepada cowok yang saat ini tengah menodongkan pisau lipatnya ke leher Yoona yang menangis histeris.
Dan sepertinya, gertakanku barusan juga nggak mempan, karena Namjoon malah semakin menekankan pisaunya ke leher Yoona, sedikit menyayat leher cewek manis itu. Sial, aku bahkan bisa melihat darah mengalir pelan dari sana.
"Kim Namjoon!" bentak ayahnya Yoona. "Lepaskan putriku sekarang juga!"
"Nggak segampang itu, tuan!" seru Namjoon nggak kalah nyaringnya. "Begini kesepakatannya, tuan Im yang terhormat. Aku akan melepaskan nona Yoona kalau kalian membiarkanku membawa liontin yang saat ini melingkar cantik di leher mulusnya, kalau kalian menolak, aku akan menggorok lehernya dan mengambil liontin tersebut kemudian kabur sebelum kalian sempat mengejarku. Bagaimana?"
Ayahnya Yoona tampak berpikir keras, sementara istrinya dan si nenek hanya terdiam menonton adegan ini dengan wajah kacau. Para asisten rumah tangga yang lain juga nggak bisa berbuat banyak, dan raut ketegangan terlihat jelas di wajah mereka.
Apalagi Jinki, yang selama ini mengetahui rahasia gelap Namjoon dan memilih untuk diam karena si cowok-sinting-penggila-liontin itu sudah mengancamnya. Aku tahu pasti Jinki sebenarnya sudah gatel setengah mati ingin ngomong banyak, tapi Namjoon memanfaatkan ke-culunan anak itu supaya dia bungkam dan menjaga agar rahasianya tetap aman.
Aku tahu, licik banget, kan?
"Woy, Namjoon!" sahutku, yang berhasil menarik perhatian cowok itu. "Coba pikir lagi baik-baik. Kesepakatan yang kamu tawarin itu terdengar goblok banget di telingaku, tahu?"
"Jangan menghinaku!" bentaknya.
"Siapa juga yang menghina kamu." balasku nggak kalah kerasnya. Hei, meskipun tampilanku ini seperti cowok lembut berparas ganteng, aku juga bisa galak.
Aku berjalan mendekat kearah Namjoon dan Yoona, sementara dia mulai berjalan mundur menghindariku seperti ubur-ubur, dengan Yoona yang ditariknya secara kasar, membuat cewek itu semakin menangis menjadi-jadi.
Bagus, semakin dia mundur semakin baik.
"Kalau kamu mengambil liontin itu lalu kabur--dengan kamu menggorok leher Yoona atau nggak pun, kamu akan tetap ditangkap polisi dan di masukkan ke penjara dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Lain ceritanya kalau kamu menyerahkan dirimu, hukuman yang bakal kamu dapatkan nggak akan terlalu berat." kataku, kali ini berusaha terdengar lebih santai.
"Jangan meremehkan aku, Lee Donghae! Aku bisa mengelak dari kejaran kamu dan ratusan polisi sekalipun, aku ini nggak sepayah perkiraanmu!" bentaknya lagi.
"Yakin? Kalau begitu coba nengok ke belakang sebentar."
Tepat seperti dugaanku, Namjoon memutar kepalanya ke belakang, kemudian disambut oleh sebuah tempelengan keras dari Yuri yang langsung membuatnya jatuh mencium lantai. Layaknya seorang kiper, aku menangkap Yoona yang ikut terjatuh, memastikan bahwa dia baik-baik saja, lalu gadis itu menangis sejadi-jadinya di pelukanku.
Hoho, kesempatan dalam kesempitan.
Yuri memukul kepala Namjoon sekali lagi--hanya untuk memastikan bahwa cowok itu sudah pingsan, kemudian mengacungkan jempolnya kearahku.
"Yup, dia sudah pingsan." kata Yuri, yang langsung di sambut oleh tepuk tangan meriah dari para asisten rumah tangga--termasuk si nenek dan kedua orangtuanya Yoona.
Sementara mereka masih sibuk dengan Namjoon, aku memeriksa keadaan Yoona sekali lagi, memastikan bahwa dia baik-baik saja.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku, yang dibalas dengan sebuah anggukan kecil darinya.
"Ya."
"Lehermu luka, lho. Yakin nggak apa-apa?" tanyaku lagi.
Yoona mengangguk lagi kemudian tersenyum kecil padaku. Astaga, aku baru sadar kalau cewek ini manis banget.
"Terima kasih." bisiknya.
"Untuk?"
"Karena sudah menolongku. Makasih banyak, ya."
Aku tersenyum simpul kemudian memberikannya sebuah pelukan lagi--hanya saja, kali ini lebih erat dari sebelumnya. Bukannya aku modus ya, tapi cewek ini bergetar hebat di genggamanku dan sebagai gentleman yang baik aku tentu nggak bisa tinggal diam.
Iya, kan?
"Sama-sama." jawabku.
"Okay, enough, love birds." Yuri berdehem pelan, kemudian berjalan menghampiriku dengan tatapan super sinis.
"Ganggu momen aja." desisku, membuat Yoona terkekeh kecil. Kedua orangtua Yoona kemudian ikut menghampiri kami berdua, kemudian mereka langsung memeluk Yoona sambil menangis terharu.
Yah, aku senang melihat Yoona pada akhirnya mendapatkan perhatian yang sudah selayaknya dia dapatkan sekarang, setelah selama ini selalu diabaikan oleh kedua orangtuanya yang sibuk bekerja. Bahkan, si nenek sihir juga ikut berpelukan, membuat mereka jadi terlihat mirip teletubbies.
"By the way, nice work, sis." kataku, sambil mengedipkan sebelah mataku kepada Yuri yang langsung dibalasnya dengan sebuah dengusan kecil.
"Kamu juga, jago banget meluknya."
"Cemburu?"
"Dih, nggak." Yuri mendesis. "Maksud aku, dalam situasi kayak gini, kamu masih sempet-sempetnya meluk cewek."
"Aku cuman menenangkan Yoona, adikku sayang, dia kan lagi terguncang. Lagi pula siapa juga sih yang nggak bakal terguncang sehabis ditodong pisau kayak gitu?"
"Iya sih. Ngomong-ngomong, polisinya bakal datang sebentar lagi." kata Yuri.
"Bagus." aku mengacungkan jempolku padanya.
Singkatnya, setelah adegan penuh dengan adrenalin barusan, aku, Yuri dan ayahnya Yoona menunggu sampai polisi datang sambil menjaga Namjoon yang masih pingsan dengan tangan terikat. Terima kasih banyak kepada Yuri dan tenanganya yang luar biasa sampai-sampai bisa bikin orang KO kayak gitu. Kadang-kadang, untuk urusan pukul memukul, adikku itu bisa lebih kuat dariku.
Tapi aku tetap saja lebih jago daripada dia. Hehe.
Setelah polisi datang, Namjoon langsung diseret ke kantor polisi tanpa ada perlawan sedikitpun. Yah, sekalipun dia sempat teriak nggak jelas seperti 'aku nggak mau masuk penjara!' dan 'aku nggak bersalah!', pokoknya sejenis itulah. Ayahnya Yoona juga menceritakan semua keterangan kepada polisi dengan lancar dan jelas--sekalipun aku membantu melengkapi di beberapa bagian, tapi polisi nggak mempersulit keterangan kami dan semuanya berjalan lancar. Setelah memeriksa TKP dan memotretnya di beberapa bagian, mereka pergi.
Akhirnya, semuanya sudah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Diadem
FanfictionDonghae dan Yuri menyelidiki kasus hilangnya sebuah kalung bernilai milyaran. Akan tetapi, mereka bukan satu-satunya orang yang mencari kalung itu. Ada pihak lain yang menginginkan kalung itu demi uang, dan mereka tidak segan-segan untuk membunuh si...